Seorang Cucu

1.6K 195 19
                                    

Kirana mengerjap pelan saat dirinya berhasil membuka kedua matanya yang terasa begitu menempel dengan eratnya. Namun begitu dirinya bisa melihat dengan jelas, Kirana tersentak dan menjerit tanpa suara saat melihat seorang pria tampan yang tidur satu ranjang dengannya. Kirana secara refleks tentu saja segera memeriksa pakaiannya, dan terkejut jika saat ini pakaian yang tengah membalut tubuh rampingnya tak lain adalah sebuah gaun tidur yang tidak ia kenali. Itu jelas-jelas bukan pakaian miliknya. Karena Kirana tidak memiliki pakaian seperti itu.

Di tengah kepanikan Kirana, ia pun memilih untuk segera turun dari ranjang luas yang rasanya sangat nyaman lebih nyaman daripada ranjang miliknya sendiri di butik. Meskipun merasa tubuhnya lelah bukan main, Kirana pun beranjak turun dari ranjang tersebut. Walau pada dasarnya Kirana tidak tahu di mana dan apa yang sudah terjadi, hal yang paling penting saat ini adalah segera pergi dari tempat tersebut. Namun begitu berdiri dan berniat melangkah, serangan pusing tiba-tiba membuat Kirana ambruk begitu saja. Kirana benar-benar tidak mampu berdiri karena rasa pusing yang membuat dunia seakan-akan berputar.

"Astaga," erang Kirana sembari memegang kepalanya yang terasa begitu pusing.

"Kebiasaan minum istriku, benar-benar luar biasa."

Mendengar suara rendah yang mengalun merdu dari arah ranjang, membuat Kirana segera melemparkan pandangannya ke arah sumber suara dan melihat pria tampan yang sebelumnya tidur di sisinya sudah terbangun. Ia kini berbaring menyamping dengan menyangga kepalanya dengan salah satu tangannya. "Selamat pagi istriku," ucap Kaivan sembari tersenyum tipis.

Namun, Kirana yang sepertinya masih mabuk tampak bingung dengan apa yang terjadi. Ia tampak ling-lung, apalagi setelah Kaivan berulang kali menyebutnya sebagai istrinya. Kaivan yang menyadari hal tersebut beranjak dari posisi berbaringnya dan membantu Kirana untuk bangkit. Kaivan membantu Kirana untuk duduk di sofa, sementara Kaivan mengambilkan air dingin untuk Kirana.

Kaivan membantu Kirana untuk minum, setelah itu Kaivan pun duduk di tempatnya dan bertanya, "Sepertinya mabuk membuatmu melupakan beberapa hal penting. Kebiasaan yang cukup mengkhawatirkan. Tentu setelah ini aku akan memastikan jika kau tidak akan pernah menyentuh minuman beralkohol lagi."

"Tu, Tunggu," ucap Kirana tampak benar-benar kebingungan.

"Meskipun begitu, sepertinya agak keterlaluan jika kau melupakan momen pernikahan kita sebelumnya, Kirana. Bagaimana, apa sekarang kau sudah mengingatnya?" tanya Kaivan membuat memori yang sebelumnya tertutup menyeruak dan memenuhi benak Kirana.

Kirana yang sebelumnya kebingungan, mulai berganti emosi. Ia merasa kesal, karena jelas Kirana sudah mengingat apa yang terjadi. Kini, ia sudah berstatus sebagai menantu keluarga Mahaswara, keluarga konglomerat yang juga kabarnya memiliki garis keturunan bangsawan. Status yang rasanya sama sekali tidak bisa Kirana sambut dengan suka cita, karena ia menikah dengan Kaivan bukan dengan dasar cinta. Kirana terpaksa untuk menjadi pengantin pengganti. Mereka sama sekali tidak terikat perasaan apa pun dalam pernikahan ini.

Kirana menghela napas panjang dan Kaivan pun menyeringai tipis. "Sepertinya kau sudah mengingatnya. Benar, kemari kita sudah menikah. Kini, aku sudah menjadi suamimu, dan kau sudah menjadi istriku. Kita sudah resmi menjadi pasangan suami istri yang bersumpah untuk sehidup semati," ucap Kaivan.

Kirana mendengkus. Jelas mengerti dengan maksud Kaivan yang menekankan jika mereka sudah menikah. Kaivan juga tengah mengolok-olok reaksi Kirana sebelumya. Sungguh, Kirana tidak pernah berpikir bahwa Kaivan ternyata memang semenyebalkan ini. Pantas saja, Kaivan ditinggalkan calon istrinya di hari pernikahan mereka. Memangnya siapa yang mau menghabiskan hidup mereka bersama dengan pria menyebalkan sepertinya? Pasti perempuan itu sama menyebalkannya dengan Kaivan.

Bukan Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang