"Hati-hati di jalan, Tika," ucap seorang pemilik kafe pada Tya.
Benar, kini Tya memiliki nama Tika. Ia sengaja melakukan hal itu menyembunyikan identitasnya. Karena upayanya dan Kirana untuk melarikan diri dari Kaivan, salah satu cara yang mereka gunakan adalah mengganti nama mereka untuk mengaburkan jejak. Karena pengalaman hidup bertahun-tahun di jalanan ketika dirinya masih muda, Tya tahu cara seperti apa yang harus ia gunakan untuk menghindari pengejaran serta mengaburkan jejaknya.
Saat Tya mendengar cerita Kirana mengenai rencana Kaivan, Tya saat itu merasa begitu marah. Ia pikir, Kaivan adalah pria baik yang bisa membahagiakan Kirana. Meskipun mereka menikah dengan cara yang tidak terduga, Tya berharap bahwa Kaivan memang bisa membahagiakan Kirana pada akhirnya nanti. Namun sayangnya, semua harapan dan ekspektasi Tya untuk Kaivan hancur begitu saja. Rasanya, Tya ingin menghajar pria itu ketika mendengar cerita Kirana. Namun, Tya tahu jika ada hal yang lebih penting yang perlu ia lakukan.
Tya tidak membuang waktu untuk berkemas dan segera melarikan diri bersama Kirana. Tentu saja Tya tidak mungkin membiarkan Kirana kabur sendirian. Tya memilih untuk membuang semua kenyamanannya selama dan hidup dalam pelarian bersama seseorang yang sudah menolongnya itu. Seperti yang sudah dikatakan oleh Tya sebelumnya, ia berhutang budi pada Kirana. Karena uluran tangan Kirana, Tya bisa ke luar dari kehidupan jalanan dan belajar banyak hal. Semula, Kirana melakukan hal itu karena ingin membalas budi pada Tya yang menolongnya saat hampir kecopetan.
Namun ternyata, pada akhirnya Tya yang berhutang budi atas semua bantuan yang diberikan oleh Kirana padanya. Karena itulah, Tya tidak memiliki keraguan sedikit pun ketika dirinya harus membuang semua kenyamanannya dan melindungi Kirana dengan segala hal yang ia miliki. Tya tersenyum pada pemilik kafe dan menjawab, "Terima kasih, Pak!"
Setelah itu Tya segera beranjak untuk pulang. Karena Kirana, Tya selalu meminta pada pemilik kafe untuk bertugas di siang hari. Tya berkata jika kakaknya tengah hamil dan ia tidak merasa tenang jika meninggalkan sang kakak pada malam hari. Untungnya, pemilik kafe yang baik hati itu mendengarkan permintaan Tya. Alhasil, saat matahari hampir terbenam, Tya sudah bisa pulang ke rumah kontrakan mereka. Tya menyusuri jalanan di tepi pantai dan menikmati keindahan air laut yang berkilauan. Burung-burung terlihat terbang dalam gerombolan dan menghiasi langit yang tampak indah.
Ia menatap kantung plastik di tangannya dan tersenyum. "Kakak pasti menyukainya," ucap Tya menyebut Kirana sebagai kakak. Hal itu sesuai dengan keinginan Kirana.
Tya mengernyitkan keningnya tanpa mengurangi kecepatan langkahnya. Saat ini tiba-tiba Tya merasa tengah diikuti dan diawasi oleh seseorang. Tanpa aba-aba, Tya menghentikan langkahnya dan berbalik. Namun, Tya sama sekali tidak bisa melihat siapa pun. Tya pada akhirnya menghela napas, merasa jika dirinya hanya paranoid karena kini memang tengah hidup dalam pengejaran. Pada akhirnya Tya kembali melanjutkan perjalanan pulangnya. Tidak membutuhkan waktu lama, Tya sampai di rumah kontrakan yang tidak seberapa besarnya. Namun memiliki dua kamar, sebuah dapur, dan sebuah kamar mandi. Cukup lengkap dan nyaman.
Saat Tya mengucap salam dan masuk ke dalam rumah, Tya pun mendengar suara isakan tangan Kirana yang rilih. Ia termenung beberapa saat sebelum menghela napas pelan. Tya sadar, jika Kirana pasti sangat terguncang dengan fakta yang telah ia ketahui. Selain tidak menyangka bahwa Kaivan memiliki pemikiran sekeji itu, Tya sendiri tahu jika Kirana tengah patah hati. Tya sudah mengenal Kirana cukup lama, dan ia sadar bahwa Kaivan sudah menempati posisi tersendiri di hari Kirana.
Sesuatu yang terasa menyedihkan mengingat bahwa ternyata Kaivan sejak awal hanya menjebak dan memanfaatkan Kirana. Rasa sakitnya menjadi berkali lipat, mengingat jika Kirana saat ini memiliki perasaan mendalah para Kaivan. Tya benar-benar tidak mengerti, mengapa Kaivan bisa melakukan hal yang kejam seperti itu. Padahal, Kaivan sudah berhasil mendapatkan hati Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pengantin Pengganti
Roman d'amour[Karena mengandung unsur DEWASA maka SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW SEBELUM MEMBACA. Biar nyaman bacanya😄] Di usianya yang mencapai dua puluh lima tahun, Kirana belum memikirkan pernikahan. Ia masih sibuk sebagai seorang desainer yang tengah n...