Penilaian

1.1K 190 39
                                    

"Istirahatlah," ucap Kaivan lalu mencium kening Kirana dengan lembut. Akhir-akhir ini, Kirana memang sangat sibuk, dan sangat sulit untuk tidur. Karena itulah, setiap malam Kaivan memiliki tugas untuk membuat Kirana merasa nyaman dan terlelap.

Namun kali ini, Kaivan harus meninggalkan Kirana untuk sementara waktu karena ia harus menghadiri sebuah pesta. Sebenarnya Kaivan dan Kirana yang harus menghadiri pesta tersebut menggantikan kedua orang tua Kaivan yang berhalangan hadir. Hanya saja, karena berbagai alasan, Kaivan memilih untuk menghadiri pesta tersebut seorang diri. Apalagi saat melihat Kirana tertidur dengan lelap seperti ini.

Toh ini bukan pesta yang terlalu penting yang memang membutuhkan kehadiran Kaivan dengan istrinya. Kaivan sendiri hanya akan berada di sana sekitar satu jam, sebelum kembali pulang. Tentu saja Kaivan lebih memilih untuk tidur bersama istrinya, daripada menghabiskan waktu di tengah pesta orang lain. Tidur dengan Kirana adalah hal yang lebih menyenangkan bagi Kaivan.

Setelah memastikan bahwa Kirana benar-benar tidur dengan lelap, Kaivan pun beranjak untuk meninggalkan kamar tersebut. Saat bertemu dengan Citra—kepala pelayan—Kaivan berkata, "Jika istriku terbangun, segera hubungi aku."

"Baik, Tuan," jawab Citra.

Kaivan pun segera berangkat dengan Joan yang memang sudah menyiapkan mobil untuk sang tuan. Kaivan sebenarnya enggan untuk menghadiri pesta ini, tetapi Kaivan sudah menyanggupi permintaan kedua orang tuanya untuk menggantikan mereka menghadiri pesta. Tidak membutuhkan waktu lama, mobil pun tiba di sebuah hotel yang memang menjadi tempat di mana pesta tersebut.

Setelah berhenti di depan pintu, Kaivan turun dari mobilnya dan melangkah dengan begitu berkharisma. Karena pesta tersebut diselenggarkan oleh orang yang cukup berpengaruh, beberapa media juga hadir untuk mengabadikan tamu-tamu dan kemeriahan pesta. Walapun, mereka tidak bisa memasuki area pesta. Mereka hanya bisa meliput berita dari tempat yang sudah ditentukan oleh pihak hotel.

Kehadiran Kaivan tentu saja menarik begitu banyak perhatian. Para tamu undangan yang juga berasal dari kasalang sosial kelas atas sudah sangat mengenal Kaivan. Tentu saja ingin menjalin hubungan dengan Kaivan yang jelas nantinya akan memberikan keuntungan pada mereka yang memiliki hubungan dengannya. Kaivan hanya menjawab sekilas sapaan orang-orang, dan memilih untuk segera menuju pemilik pesta.

"Selamat ulang tahun Nyonya Nadya," ucap Kaivan sembari mencium punggung tangan seorang nenek yang masih cantik walaupun usianya sudah tidak lagi muda.

"Wah, ternyata pengantin kita yang datang. Kukira, ayah dan ibumu yang akan datang," jawab Nadya sembari tersenyum lembut.

Keluarga Mahaswara dan keluarga Wirasana yang dipimpin oleh Nadya, memang sudah menjalin hubungan yang baik sejak lama. Kedua keluarga memiliki kerja sama di beberapa bidang yang membuat hubungan mereka semakin baik sebagai rekan kerja. Karena itulah, saat Rama dan Helga tidak bisa menghadiri acara pesta ulang tahun tersebut, keduanya meminta Kaivan dan Kirana untuk menggantikan mereka. "Ayah dan Ibu kebetulan tengah berada di Jogja. Ada suatu hal yang membuat keduanya tidak bisa kembali dan menghadiri acara ini. Hanya saja, Ayah dan Ibu menitipkan doa yang terbaik untuk Nyonya."

Nadya yang mendengarnya pun menguum senyum. "Terima kasih. Nikmatilah pesta ini, Kaivan," ucap Nadya. Kaivan pun beranjak menjauh, mengingat ada tamu lain yang ingin menyapa bintang acara tersebut.

Kaivan beranjak menuju sebuah tempat yang cukup sepi, agar dirinya bisa menikmati waktu yang cukup tenang sebelum waktunya dirinya pulang tiba. Kaivan mengambil segelas minuman dan menikmatinya di sudut ruangan. Lalu tak lama, seorang wanita cantik mendekati Kaivan dan berkata, "Ternyata kau datang sendiri."

Menyadari kehadiran wanita itu, Kaivan sama sekali tidak berniat untuk meliriknya dan berkata, "Memangnya apa urusannya untukmu, Bela?"

Mendengar apa yang ditanyakan oleh Kaivan, Bela yang terkekeh pelan, seakan-akan sudah dirinya sudah memperkirakan hal tersebut. Benar, Bela juga menghadiri pesta tersebut dengan mengenakan gaun yang dirancang oleh Kirana. Hal tersebut membuat Bela tampil lebih anggun dan memesona daripada biasanya. Sosoknya bahkan terlihat sangat serasi ketika bersanding dengan Kaivan. Bela terkekeh dan berkata, "Tentu saja urusan bagiku, karena semua hal yang berkaitan denganmu selalu menarik bagiku."

"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?" tanya Kaivan lalu menatap Bela yang juga tengah menatapnya.

"Seperti biasanya, kau cepat tanggap," jawab Bela sembari merapikan helaian rambutnya.

Bela pun berkata, "Aku memiliki sebuah pertanyaan mengenai istrimu. Apa kau tahu, siapa dia? Apa kau tau dengan jelas asal usulnya?"

Kaivan yang mendengar hal itu pun jelas-jelas mengernyitkan keningnya. Merasa jika apa yang ditanyakan oleh Bela sama sekali tidak pantas. Kaivan pun bertanya, "Aku rasa, aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaanmu itu. Selain itu, memangnya apa hubungannya hal itu denganmu, Bela?"

Bela yang mendengar pertanyaan itu, mengalihkan pandangannya dari Kaivan dan menatap tamu-tamu undangan yang menikmati pesta tersebut dengan penuh suka cita. "Dia mungkin seorang desainer yang kini memiliki nama dan kesuksesan, kini namanya sudah dikenal oleh banyak orang sebagai salah satu desainer terpandang. Namun, apakah kau tau jika seseorang tidak akan pernah bisa menghapus masa lalunya. Tidak ada seorang pun yang bisa menyembunyikan latar belakangnya, Kaivan."

Bela kembali menatap Kaivan dan melanjutkan perkataannya, "Seekor tikus got, tidak pernah bisa menghilangkan nalurinya untuk kembali bermain dengan lumpur. Karena itulah, orang-orang yang memiliki darah rendahan dan berasal dari keluarga miskin, sama sekali tidak pantas bersanding dengan orang-orang seperti kita yang berasal dari kalangan yang terpandang. Kaivan."

Jelas, Kaivan memahami apa yang ingin disampaikan oleh Bela. Jelas Kaivan merasa sangat tidak senang dengan apa yang ia dengar. Namun, pria tampan itu masih terlihat tenang. Ia meletakkan gelasnya, dan mengambil gelas anggur, sebelum dengan tenang menumpahkan minuman berwarna pekat itu pada gaun yang dipakai oleh Bela. Tentu saja Bela terkejut bukan main. "Apa yang kau lakukan?" tanya Bela hampir meninggikan suaranya.

Untungnya, karena keduanya berada di sudut aula pesta, apa yag terjadi di sana tidak menarik perhatian orang-orang, bahkan tidak ada yang menyadari apa yang terjadi di sana. Sebenarnya, Kaivan tidak masalah jika ada yang melihat hal itu. Toh, ia hanya tengah memberikan pelajaran pada seseorang yang tidak tahu posisinya. Kaivan masih terlihat tenang. Ia kembali meletakkan gelasnya yang sudah kosong dan mengibaskan tangannya yang terasa basah.

"Kau seharusnya malu memberikan penilaian seperti itu terhadap orang lain, Bela. Sebaiknya kau bercermin, apakah dirimu memang pantas memberikan penilaian seperti itu untuk orang lain."

Setelah mengatakan hal itu, Kaivan berniat untuk beranjak pergi. Namun, ia menghentikan langkahnya dan berkata, "Ah, satu lagi. Aku tidak membutuhkan penilaian orang lain mengenai istriku. Karena bagiku, dia adalah istri yang sangat sempurna."

Bela terdiam degan kemarahannya. Ia menatap kepergian Kaivan dengan penuh kebencian. "Aku akan membuatmu menyesal sudah melakukan hal ini padaku," ucap Bela.

Bela pun beranjak untuk pergi dan mengganti gaunnya. Jelas, ia harus tetap kembali dan menghadiri pesta tersebut. Namun, saat Bela akan pergi, Bela menyadari sesuatu yang janggal. Bela menyeringai dan kembali melihat arah kepergian Kaivan. "Ah, sepertinya kau sudah mengetahui masa lalu Kirana. Sungguh menarik. Sepertinya, aku akan mendapatkan begitu banyak hiburan jika menggali lebih dalam. Nantikan apa yang akan aku lakukan selanjutnya, Kaivan. Aku akan mengembalikan semuanya ke tempat yang semestinya, termasuk Kirana. Karena dia sama sekali tidak pantas berada di sisimu, Kaivan," gumam Bela.



.

.

.

Pada akhirnya Mimi up lagi deh, soalnya tanggung ternyata ada juga yg nunggu kisah ini.
Cuma jangan lupa tinggalin komen yaw. Kasih vote juga, siapa tau Mimi updatenya makin rajin. Misal, abis tarawih, sama sebelum sahur. Wkwk.

Bukan Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang