~Tanpa sadar, ada yang kurang, ada yang hilang~
.
Jaehan pikir hidup yang dirinya jalani terlampau baik-baik saja. Kedua orang tua yang harmonis, kehadiran adik laki-laki yang menggemaskan, dan juga kebersamaan bersama para sahabat yang sama sekali...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Penasaran setengah mati, Jaehan segera membuaka kolom komentar satu per satu. Tapi setelah membaca secara seksama, dirinya bingung kenapa ada akun miliknya memberikan beberapa komentar.
Tunggu, kenapa ada emoticon hati di akhir komentar yang Jaehan buat?
Dengan spontan Jaehan memeriksa tanggal kapan foto tersebut di-upload. Ternyata 23 september— tepat empat belas bulan yang lalu. Kepala Jaehan mendadak pusing memikirkannya. Entah kenapa, tapi Jaehan pikir ada sesuatu di balik semua ini yang tentunya tidak dirinya ketahui.
Jaehan yang masih mengenakan celana sekolah itu memutuskan untuk mandi. Membasuh diri untuk menghilangkan penat bukan pilihan yang buruk. Walau saat tubuh terguyur hangatnya air shower, hati dan pikiran Jeemin tetap tertuju pada sosok Gaby.
Maaf sepertinya Jaehan sudah jatuh cinta.
Pada gadis incaran sahabatnya.
***
Hampir saja Jaehan berteriak dengan histeris. Andai saja objek yang mengagetkannya dengan tiba tiba tidak memasang seulas senyum lugu, pasti Jaehan sudah meracaukan sumpah serapah bahkan memaki.
Tepat setelah Jaehan membuka daun pintu kamar mandi, dirinya melihat Leo tengah berguling-guling di atas ranjang. Persis seperti cacing kepanasan. Dengan mobil-mobilan biru tua di genggaman bocah cilik itu.
"Abang cepet, Lele lapar." Leo bergumam manja.
Jaehan mengambil kesimpulan jika saat ini sudah watunya makan malam. Dirinya belum turun menuju meja makan dan Leo diutus untuk menjemput dirinya.
"Okey, Adek berhitung sampai sepuluh. Abang pasti selesai pakai baju," ucap Jaehan sembagi segera mengenakan kaos dan celana training hitam panjang.
Leo sang adik juga terlihat begitu bersemangat berhitung sambil memainkan jari-jari mungilnya. Tepat setelah anak itu menyebutkan angka sepuluh, Jaehan berseru bangga. Segera ia menggandeng jemari mungil Leo menuju dapur.
"Yeay, tadi Adek bisa berhitung."
***
Jaehan melahap makan malamnya dalam tenang. Tapi tidak dengan pikirannya. Pria dengan senyum semanis madu itu terus kalut memikirkan salah satu postingan di akun sosial media Gaby.
Seberapa keras pun dirinya berusaha meyakinkan diri untuk tidak jatuh ke dalam gadis itu, hasilnya hanyalah nihil. Entah kenapa Jaehan merasa jika Gaby sangat familiar dan terasa cocok melengkapi kekurangan di dalam hidupnya. Walaupun gadis itu adalah incaran sahabatnya.
Tidak membutuhkan waktu lama, Jaehan sudah menyelesaikan acara makan malamnya. Namun belum sempat Jaehan meneguk tandas air putih dalam genggaman, bel rumah tiba-tiba berbunyi.
Ternyata Jaehan dan keluarga kedatangan tamu dari rumah sebelah. Tetangga mereka baru saja melakukan perjalanan dari Surabaya, mereka datang berkunjung untuk memberikan sedikit buah tangan.