19

34 6 1
                                    

Selamat membaca ...

Jaehan menautkan jari jemarinya gusar. Entah mengapa rasanya segugup ini. Bukankah dahulu mereka sering bertemu dan berbagi kisah.

"Jadi, mau bilang apa?" Akhirnya Gaby membuka suara. Sungguh tidak suka dengan suasana canggung seperti ini.

Entah bagaimana caranya Noah mempertemukan mereka.

"Emm, udah lama ya," ucap Jaehan. Sama sekali tidak tahu harus berkata apa.

Tapi gugup dan canggung seperti ini bukan style-nya.

Gaby membalas itu hanya dengan gumaman. Gaby sedikit tidak menyukai ini. Bukannya tidak ingin membiarkan menyelesaikan urusan.

Tapi sangat tidak suka dengan cara Noah membuatnya berada di tempat ini.

Penipuan.

"Gue di sini Cuma mau bilang maaf." Final Jaehan menuju inti dari pembicaraan

"Untuk?"

"Semua," Jaehan memamerkan senyum andalannya. "Kesalahan sebelum satu tahun lalu dan pelukan tempo hari," lanjutnya.

"Waktu itu bukan salah Lo kok Jaem. Mereka emang gak suka Gue yang ikut-ikut lomba. Malahan kecelakaan itu, gara-gara Lo mau ketemu Gue."

Jaehan membola mendengarnya. Pemuda itu sedikit menggeleng samar guna menampik semua pemikiran itu. "Enggak, itu gak bener. Gue kecelakaan karena jalan licin."

Gaby tersenyum mendengarnya. "Iya in aja deh."

"Langgeng ya sama Noah," ucap Jaehan tiba tiba.

"Eh."

"Tapi kalo dia gak ada, Lo bisa dateng lagi ke gue."

***

Noah menghela napas lega. Melemaskan bahunya lalu duduk di slaah satu kursi panjang dekat parkiran.

"Akhirnya," gumam lelaki dengan hidung mancung itu pelan.

Hari ini dirinya menjalankan dua misi sekaligus. Jika boleh tahu semua misi ini tentunya sangat penting.

Misi pertama adalah mempertemukan Jaehan—sahabatnya dengan Gaby—kekasihnya.

Sesering apa pun kekasihnya berkata jika sudah tidak ada yang perlu dipermasalahkan perihal Jaehan—atau sebanyak apa pun Jaehan berkata sudah mengikhlaskan perilah Gaby.

Tetap saja—mereka harus berbicara. Menyelesaikan kesalahpahaman berdua. Tentunya dengan kepala dingin. Walau harus sedikit bersilat lidah nantinya karea sudah membohongi sang kekasih.

Sedangkan misi kedua adalah mempertemukan Haidar dan Chika. Untuk apa—tentunya untuk menyatakan perasaan.

Jika misi pertama Noah sendiri yang merencanakan dan mengatur. Misi kedua dirinya hanya membantu membentuk situasi.

Memblokade jalan menuju belakang perpustakaan. Agar sahabatnya dapat lebih khidmat dalam menyatakan perasaan.

"Kamu bohongin Aku," keluh Gaby sambil berteriak.

Membuat Noah otomatis menoleh dan mengacungkan jari telunjuk di depan bibir. "Ssst, jangan berisik."

Gaby hanya berekpresi ada apa membalas perkataan Noah

"Si Haidar lagi nembak Chika."

***

Di lain tempat ...

Haidar menautkan jemarnya gelisah. Di depan mata, sudah ada Chika yang menyerngit bingung dengan keadaan ini.

"Ada apa sih?" Chika sengsi melihat Haidar sedari tadi hanya menunduk kaku.

Missing Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang