Jihoon ketawa puas banget lihat muka papanya yang cengo. Mijoo bahkan ketawa gede banget sampai Yujin harus ikutan ketawa sambil tutup telinga karena ketawa mamanya yang bising.
"Nah, demikian persentasi sederhana dari Sungchan. Terimakasih."
"WOOOOOOOH!"
"PIW PIWWW KEREN KAK!"
"TEPUK TANGAN SEMUA! Pa, tepuk tangan dong." Mijoo ngegas, dia narik tangan suaminya terus ditepuk-tepuk.
Hongseok pasrah ditarik-tarik sama istrinya itu.
"Sekarang masuk sesi tanya. Ada yang ingin bertanya?" Sungchan membetulkan posisi kacamatanya. Tangannya masih megang pointer.
Jadi dalam rangka meyakinkan Papanya kalau Sungchan bakalan tetap milih prodi pilihannya, Sungchan buat powerpoint tentang prodi pilihannya. Lengkap banget cuy, mulai dari pengertian, akreditasi sampai prospek kerja Sungchan nanti semuanya dimuat di PPT.
Si sulung sama si bungsu ikutan bantu dengan nyiapin proyektor mini yang emang ada di rumah hasil gabutnya tangan Jihoon pas lagi 12.12. Sedangkan si Mama, bujuk-bujuk si Papa.
Yujin bergerak heboh, dia ngangkat tangan.
"Iya adek. Silahkan pertanyaannya."
"Nanti peluang kakak jadi orang kaya berapa?"
Jihoon ngakak dengar pertanyaan Yujin. Apalagi pas lihat muka Sungchan yang udah pias. Dia bisa ga sih punya adek yang waras sedikit.
"Nanti gue kaya setelah gue ga punya adek kayak lo lagi."
Makin-makin ketawanya Jihoon.
Yujin ga terima dong di sarkasin begitu, "Kan tadi dari tujuan kakak bilang supaya jadi orang kaya. Wajar dong Yujin nanya begitu."
Sungchan ngacak rambutnya, "Ya iya, tapi pertanyaannya lo itu astaga. Udah pertanyaan lo gue skip."
Mijoo ngangkat tangan, "Mama dong. Mama mau nanya."
Sungchan ngangguk patuh, "Okay Mama. Silahkan ma."
"Kalau kakak milih prodi itu, kakak bisa collab bareng perusahaan papa nanti ga? Maksud mama, bakalan nyambung kan kalau misalnya perusahaan papa buat proyek dan kakak ikut bantuin?"
Bahkan Mamanya mereka yang udah ga sekolah lagi lebih pinter daripada Yujin yang pertanyaannya adhsgklp.
"Boleh dong, perusahaan papa juga bukan perusahaan gede yang ngurusnya susah." Jawab Sungchan.
Jihoon sama Yujin ketawa heboh, "HAHA PERUSAHAAN PAPA DI ROASTING SAMA SUNGCHAN. Dikatain apa Jin?"
"Ga gede wkwkwk. Ga gede berarti kecil dong yah. HaHaAhA aduh sakit bang tolong. hAHa duh duh."
Tolong dong ini Jihoon sama Yujin ga takut dikutuk Papanya apa yah. Orangtua sendiri diketawain.
"Heh! Kalian makan dari sana yah."
Akhirnya si kepala rumah tangga buka suara. Hongseok galak natap Jihoon sama Yujin yang masih ketawa bengek sampai terduduk di lantai.
"Iya iya Pa, aduh masih sakit hahaa." Yujin benerin bajunya yang udah kusut karena guling-gulingan sama Jihoon di lantai.
"Jelasin jawaban kamu terkait pertanyaan mama. Jawaban kamu kendalikan jawaban papa, setuju atau engga."
Dengar suara serius papanya, si tiga bersaudara itu menegang. Balik kalem. Apalagi si Jihoon, ikutan degdegan dia parah.
Sungchan menarik nafas panjang, "Jadi gini. Bang Jihoon sama Sungchan jelas tahu papa pengen kalau ga bang Jihoon yang nerusin usaha Papa pasti Sungchan. Tapi bang Jihoon udah milih statiska, dan Sungchan juga milih teknik sipil. Gapapa Pa, kayak yang Sungchan bilang tadi perusahaan papa bukan perusahaan gede yang pimpinannya meninggal perusahaannya jadi amburadul."

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Little Sister [✓]
FanfictionYujin tidak pernah sekalipun menyesal dalam hidupnya jadi anak bungsu yang punya dua kakak laki-laki hebat kayak Jihoon dan Sungchan. Jihoon tak pernah menyesal harus menjadi si sulung yang harus menjaga dua adiknya terlepas dari tanggungjawab nya s...