12

1.1K 195 30
                                    

Awali pagi dengan jadi supir. Iyap, Jihoon bangun pagi langsung ditarik-tarik sama mamanya buat nganter si Nyonya Besar. Sungchan sama Yujin asik main di ruang keluarga. Tumben akur padahal masih pagi, biasanya mereka akurnya kalau udah mau tidur doang. Apalagi sejak libur sekolah, rasanya kalau dua orang itu udah ribut Jihoon pengen menghilang.

"Kemana ma?"

Mijoo membetulkan seat belt, "Ke studio Om Jangjun yah."

Jihoon mengernyit, dia kenal Jangjun. Dari kecil malah.

"Ngapain?"

Sadar anaknya bingung Mijoo ketawa renyah, "Dia perlu banget manager, manager yang lama tiba-tiba ngundurin diri. Jadi hari ini mama mau bantuin dia."

Jihoon memandang mamanya tak suka, "Udah bilang Papa belum?"

Mijoo terhenyak, dia menatap anak sulungnya was-was.

"Papa ga perlu tahu lah. Sehari juga."

Ini, ini yang Jihoon ga suka dari mamanya. Pandang enteng banget. Padahal udah lama berumahtangga. Tapi tetap aja enteng banget kalau semuanya bisa dia kerjain sendiri tanpa beritahu pasangannya.

"Jihoon ga mau ngurusin urusan mama sih apalagi papa. Tapi Jihoon harap kalau nanti ada masalah jangan sampai adek-adek tahu."

Mijoo tersentak mendengar omongan Jihoon. Dia menatap sendu anak sulungnya.

"Kenapa hanya Sungchan sama Yujin aja yang ga tahu? Kamu bukannya pengen ga tahu juga?"

Jihoon menghela nafas panjang, "Papa berangkat kerja duluan tanpa pamit ke kita semua aja Jihoon udah tahu kalau Papa sama Mama lagi ribut."

Lagi-lagi Mijoo terhenyak. Benar, anak sulungnya adalah anak terpeka jika mengenai keluarganya.

"Udah nyampe ma."

Mijoo melepas lamunannya, ia menatap bangunan kecil di hadapannya. Lalu kembali menatap anak sulungnya.

Ia menarik Jihoon kepelukannya lalu mengusap bahu anak laki-laki pertamanya itu, "Maafin mama yah dan makasih udah jagain adek-adek kamu juga."

Jihoon tersenyum getir, kepalanya mendadak pusing. Ia tidak membalas pelukan mamanya.

Mijoo melepas pelukannya, ia keluar dari mobil menyisakan Jihoon yang tengah meringis.

Perasaan keluarganya baik-baik aja sebulan belakangan tiba-tiba kok gini.

Jihoon mengambil ponselnya mencari kontak seseorang. Setelah tersambung ia tersenyum kecil.

"Karina, I need hug."

*

Hadoooh, ini siapa sih yang buat Jihoon jadi bayi besar kayak gini. Pengen Karina pukul tahu ga. Udah capek banget dia nepuk-nepuk punggung Jihoon supaya jangan merengek lagi. Pengang telinga Karina dengarnya.

"Lo merengek dari tadi kenapa sih?"

Jihoon makin-makin ngeratin pelukannya. Lumayan cuy kapan lagi melukin Karina coba.

"Papa mama gue ribut."

Karina melotot, matanya yang emang udah gede makin gede jadi kayak udah mau keluar.

"Kok bisa?"

Jihoon mengedikkan bahunya, "Palingan tentang duit, Papa gue susah banget belakangan ini kayaknya. Lembur terus. Atau masalah mama gue yang pengen kerja lagi gue ga tahu. Atau mungkin orang ketiga kayak di drama-drama. Gue juga ga ngerti."

Our Little Sister [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang