Sungchan rasa kepalanya tak lagi berdenyut dan sakit, tapi kenapa tangannya kaku sekali dan berat?
Sungchan membuka matanya perlahan. Ia bisa lihat mamanya tertidur duduk dengan tangan yang menggenggam tangannya.
Sungchan melepaskan genggaman mereka perlahan lalu mengelus kepala mamanya. Sungchan melirik jam di atas tv ruang inapnya. 06.18.
"Ma."
Mijoo terbangun, ia terdiam sebentar. "Butuh apa sayang?"
Sungchan menggeleng, "Mama kok sendiri?"
Mijoo mengambil gelas di atas nakas lalu menuang air mineral dan memberikannya pada Sungchan, "Papa kamu di rumah sama Yujin. Biar mama aja yang jaga kamu, nanti sebelum berangkat sekolah Yujin ke sini."
Sungchan menerima gelas dari mamanya lalu ngangguk.
"Kalian kenapa?"
Sungchan terdiam beberapa saat. Ia meletakkan gelas kembali ke atas nakas lalu menatap Mamanya.
"Mama pernah iri sama saudara mama ga?"
Mijoo duduk kembali, "Pernah."
"Terus?"
"Ya ga ada, mama irinya di dalem hati doang. Ga pernah bilang."
Sungchan menarik kontrol di bawah bangsal, posisinya menjadi setengah duduk. "Sungchan bilang sama abang kalau Sungchan ga mau jadi adeknya bang Jihoon."
Mijoo menatap Sungchan sesaat, ia lalu tersenyum kecil dan mengusap tangannya Sungchan yang ditusuk sama infus.
"Percaya ga percaya, papa sama mama ga pernah bedain kalian. Papa sama mama berusaha banget supaya kalian ngerasain kasih sayang sama rata."
Sungchan menyandarkan tubuhnya, "Papa sama mama ga ada masalah, yang masalah itu orang-orang yang selalu gunain bang Jihoon buat perbandingan sama aku ma."
"Aku ga pernah dapat label atas namaku sendiri tapi selalu pake embel-embel bang Jihoon. Sungchan cape."
"Kalau kamu bilangnya gitu, gimana mama yang ga pernah dapat label atas nama mama lagi? Labelnya mama cuman, isterinya Pak Hongseok, Mamanya Jihoon, Mamanya Sungchan, Mamanya Yujin. Mama lo yang bayang-bayangnya lebih banyak daripada kamu."
Sungchan diam sejenak, "But that's not same."
Mijoo menaikkan alisnya sebelah, "Dimana ga sama? Sama kan, kalau mama lagi ngumpul mereka ga pernah manggil mama 'eh, Mijoo' mereka malah bilang 'eh, mamanya Jihoon, mamanya Sungchan, mamanya Yujin'. Sama kan?"
"Mama ga bilang kalau perlakuan orang-orang yang ngebandingin kamu sama abang, melabeli kamu bukan sebagai diri kamu tapi saudara kamu adalah hal yang benar, itu salah. Tapi kamu juga perlu koreksi diri kamu sendiri, harusnya kamu marah sama mereka yang ngebandingin kamu, bukan malah marah sama abang."
Sungchan akui sore itu dia kalap, ke bawa emosi.
"Salah abang emangnya kalau dia berprestasi, anak kebanggaan orang-orang? Kak, kita dianugerahkan Tuhan buat punya hikmat. I will give you the solutions, tapi kalau kamu mau sih. Kalau ga mau, biarin aja kamu kayak gini terus hubungan sama abang juga jadi jelek yaudah."
Sungchan lagi-lagi menghela nafasnya, "Yaudah apa?"
Mijoo tersenyum, "First, say sorry to your big brother no matter if he would jump and kick you back or slap your head because you deserved it."
"Maaaaaa~"
Mijoo ketawa tapi setelahnya balik serius, "Sakit banget lo hati abang pas kamu bilang kamu ga mau jadi adeknya. Itu pernyataan langsung kalau dia gagal jadi abang buat kamu. Kalau itu mama, mama beneran ga bakalan nganggap kamu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Little Sister [✓]
أدب الهواةYujin tidak pernah sekalipun menyesal dalam hidupnya jadi anak bungsu yang punya dua kakak laki-laki hebat kayak Jihoon dan Sungchan. Jihoon tak pernah menyesal harus menjadi si sulung yang harus menjaga dua adiknya terlepas dari tanggungjawab nya s...