Warning : too much 'sugar' on this chapter. Be prepare 😂
Ryujin benci berada di tengah kerumunan—apalagi sendirian.
Tapi disinilah dia hari ini; di tengah pesta pernikahan yang megah dan semua orang tampak menggandeng pasangan masing-masing sementara Ryujin hanya sendirian dan tampak menyedihkan.
Huft. Nasib jomblo, memang.
Ryujin tidak mengenal satu pun orang di ruangan ini, semuanya orang asing baginya. Lagipula dia tidak sedekat itu dengan kedua mempelai. Mempelai pria yang sekarang sedang tersenyum bahagia sembari menyapa para tamu itu adalah supervisornya saat ia menjalani internship waktu kuliah. Sedangkan mempelai wanitanya; Ryujin tidak mengenalnya sama sekali.
But wait... tapi kok mukanya agak familiar, ya? Seolah Ryujin pernah bertemu dengan wanita dengan senyum manis itu.
Ryujin berusaha keras berpikir dimana kira-kira ia pernah bertemu dengan wanita itu hingga tanpa sadar matanya justru mengarah pada seseorang yang sangat ia kenal—lelaki itu berdiri di dekat meja minuman, sedikit menjauh dari kerumunan—dan bahkan memunggungi pasangan pengantin yang sibuk menyapa para tamu.
Ryujin bisa menyadari kegelisahan di wajah Taeyong, bagaimana lelaki itu nampak berusaha menarik nafas berat dan menghembuskannya secara perlahan.
Ryujin mengedarkan pandangannya berharap menemukan salah satu teman Taeyong atau siapapun yang mungkin saja datang bersama lelaki itu. Tapi hasilnya nihil; he's alone and seems lonely.
Ternyata bukan hanya dia yang kesepian di pesta ini. Ada seseorang yang terlihat lebih kesepian di ruangan ini. Ryujin ingin sekali menghampiri Taeyong, hanya sekedar basa-basi agar dia tidak terlihat seperti jomblo ngenes, tapi membayangkan tatapan dingin Taeyong langsung membuat nyalinya ciut.
Ryujin menggedikan bahu, memilih mencomot satu potong cake dan memakannya dengan santai, matanya beralih menatap wedding cake yang berdiri dengan ukuran besar di dekat altar. Ia selalu memikirkan hal ini setiap melihat wedding cake; siapa yang akan menghabiskan kue sebesar itu? Dan berapa banyak kalori serta kandungan gula didalamnya?
"Sendirian aja?"
"Eh?"
Ryujin nyaris memuncratkan kue yang masih dikunyahnya. Entah kapan Taeyong berjalan kearahnya, yang jelas sekarang lelaki itu sudah berdiri disebelahnya dengan segelas wine di tangan kanannya.
Ryujin berusah payah mengunyah cakenya yang seolah tersangkut di kerongkongan. Taeyong meraih segelas air putih dari meja di belakang lalu menyerahkannya pada Ryujin yang langsung ditenggak hingga hampir tandas. Ryujin berusaha menekan dadanya, merasakan sisa-sisa cake yang masih tersangkut di kerongkongannya.
Bola mata Ryujin nyaris keluar saat ia merasakan tangan dingin Taeyong menyentuh punggung Ryujin yang terbuka karena dressnya memiliki "lingkaran setan" di area punggungnya. Taeyong menepuk punggung Ryujin dengan lembut dan hati-hati—mungkin dia takut di damprat karena disangka melakukan pelecehan.
"Makanya hati-hati!" ucap Taeyong sembari mendekatkan bibirnya ke telinga Ryujin—suara musik di ruangan ini memang cukup keras. "Makannya pelan-pelan aja, nggak usah buru-buru."
Ryujin masih berusaha mengatur detak jantungnya, karena tangan lelaki itu masih menempel di punggungnya. "Bapak sih bikin kaget aja."
"Bikin kaget gimana?" ujar Taeyong sambil menggedikan bahu. "Saya cuman nyamperin kamu, eh kamu langsung keselek."
Ryujin tidak menjawab, ia masih sibuk menekan dadanya—entah karena merasa masih ada makanan yang tersangkut atau sedang berusaha menenangkan jantungnya yang sedang disco karena tangan Taeyong masih di situ—menepuk punggungnya dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vice Versa
FanfictionHe hates her and vice versa; she also hates him. Mereka nggak terjebak dalam situasi love-hate relationship, bahkan mereka nggak ada "relationship" apa-apa selain hubungan antara atasan dengan bawahan. Tapi kok bisa mereka saling benci satu sama la...