note : di cerita ini Ryujin seumuran sama Jungwoo ya, jadi Mark dkk manggil dia dengan sebutan 'noona' 😊
Taeyong terduduk di sofa. Alisnya berkerut seolah ia sedang berpikir serius, kepalanya terasa berputar—memutar kembali kejadian demi kejadian yang terjadi beberapa jam yang lalu. Saat ia melihat Ryujin berdiri sendirian sambil memakan sepotong cake, lalu dengan impulsifnya ia berjalan menghampiri gadis itu.Kemudian entah ada ilham darimana ia mengikuti permainan Ryujin untuk berpura-pura pacaran (yang anehnya justru ia syukuri karena setidaknya ia tidak terlihat menyedihkan didepan Seulgi). Lalu kejadian beralih saat di Jicake, saat mereka menikmati red velvet cake dicampur es krim.
Taeyong bergidik. Kenapa semuanya terasa aneh?
Bagaimana mungkin ia merasa bahwa dinding di antara mereka sudah lenyap entah kemana. Ia menatap tangannya sendiri—tangan yang dengan impulsifnya menepuk punggung gadis itu, lalu tangan yang berusaha menghilangkan noda sisa cream cheese di sudut bibir gadis itu.
Dan sekarang... ia sedang menunggu Ryujin yang pulang dulu ke apartmentnya untuk ganti baju.
Apa-apaan? Sudah gila, ya?
Kalau ada Jaehyun, Mingyu atau teman-temannya yang lain, dia pasti sudah diledek habis-habisan. Untung aja tidak ada mereka disini. But wait... Taeyong mengerutkan alisnya, ada orang yang melihatnya bersama Ryujin hari ini; Yoobin yang kebetulan sedang bekerja di Jicake tadi. Bagaimana kalau Yoobin laporan sama Sicheng, atau bahkan kalau dia laporan ke Jiho—yang kemudian akan diteruskan ke Jaehyun—dan pada akhirnya akan sampai ke telinga Mingyu si biang gosip.
Taeyong kembali bergidik ngeri. Kalau sudah sampai ke telinga Mingyu, bisa bahaya.
Ting.
Taeyong berdiri dari sofa, ia berjalan agak terburu-buru menuju pintu. Ia bahkan tidak sempat melirik intercom dan langsung membuka pintu begitu saja.
"Hai, cepet ba—Mark?"
Mark nyengir di hadapannya tanpa raut wajah bersalah. Ia menenteng satu kotak pizza dan satu kantung plastik yang Taeyong duga isinya berbagai macam minuman.
"Begadang kan, hyung?" tanya Mark, masih tersenyum lebar. "Aku, Haechan sama Jaemin numpang nonton, ya. Nggak seru kalau cuman bertiga nontonnya."
Bukan hanya Mark, tapi juga ada Haechan dan Jaemin?
"Haechan masih di lobi sambil nunggu delivery fried chicken bareng Jaemin, terus katanya Jeno juga mau ikut nonton," ujar Mark dengan cuek, mengabaikan Taeyong yang berdiri dihadapannya dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan. "Aku nggak diajak masuk, nih?"
Taeyong mengerjapkan matanya lalu mengangguk. Ia harus buru-buru menghubungi Ryujin kalau ada banyak pengganggu disini, jadi rencana mereka untuk nonton bola bareng terpaksa ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan.
Namun, sebelum Taeyong meraih ponselnya, pintu apartment sebelah terbuka dan Ryujin muncul dari sana dengan mengenakan celana training polos berwarna abu-abu, kaus hitam yang kebesaran sambil memeluk dua boneka berwarna ungu dan biru yang berukuran cukup besar.
Ryujin nampak shock. Taeyong juga. Mark, apalagi.
"Ooo... h—halo." Ryujin menunduk sopan, menyapa Mark dengan canggung, lalu diam-diam matanya melirik Taeyong yang menatapnya dengan rasa bersalah.
"Halo," Mark balas menyapa. "Noona, apa kabar?"
Ryujin tersenyum canggung. "Baik—baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vice Versa
FanfictionHe hates her and vice versa; she also hates him. Mereka nggak terjebak dalam situasi love-hate relationship, bahkan mereka nggak ada "relationship" apa-apa selain hubungan antara atasan dengan bawahan. Tapi kok bisa mereka saling benci satu sama la...