Prolog 1 : Shin Ryujin - First Encounter

1K 109 7
                                    

Shit, shit, shit.

Ryujin mengumpat dalam hati sambil melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah jam delapan, itu artinya dia terlambat—seharusnya jam delapan dia sudah mulai bekerja dibalik kubikelnya. And the worst thing is... hari ini adalah hari pertama dia masuk kerja.

Taksi yang ditumpanginya berbelok memasuki area hotel terbesar di Seoul—JJ Hotel. Ryujin menarik nafas lalu memegang handle pintu supaya ketika taksi berhenti dia bisa langsung sprint menuju lift. Taksi berhenti tepat didepan pintu utama, Ryujin langsung membuka pintu dan berlari keluar—mengabaikan beberapa bell boy yang menatapnya heran.

Begitupun dengan beberapa orang yang berada di balik meja front office yang menatapnya bingung. Ryujin cuek saja berlari melewati mereka hingga akhirnya berdiri tepat didepan lift. Ia menekan tombol, selagi menunggu pintu lift terbuka ia berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah.

Butuh waktu hampir dua puluh detik hingga akhirnya pintu lift terbuka. Ia langsung meneguk saliva begitu menyadari ada orang lain disana, seorang lelaki yang menatapnya tajam—tepat di mata.

Ryujin menunduk, lalu masuk ke dalam. Ia berdiri tepat disamping lelaki yang sedang memegang satu cup coffee di tangan kiri sementara tangan kanannya menenteng sebuah tas.

"Karyawan baru?"

Ryujin kembali meneguk ludah, bahkan dari suaranya saja Ryujin langsung tahu kalau lelaki itu sedang menatapnya dengan penuh intimidasi. Ryujin menoleh lalu menyunggingkan senyum termanisnya.

"Iya, pak," ucapnya sambil membungkuk hampir 90 derajat. "Selamat pagi."

Lelaki itu menatapnya dari atas hingga ke bawah, sebenarnya Ryujin benci ditatap seperti itu—siapa juga yang suka, tapi melihat dari penampilannya yang tampak fancy dari mulai sepatu, celana, kemeja, vest, dan jasnya membuat nyali Ryujin mendadak ciut. Lelaki ini sudah pasti atasannya.

"Dan... telat?"

Ryujin menghela nafas gugup. Nada suara lelaki itu seolah mencibir, atau mungkin menyindir?

"Maaf, pak," hanya itu yang bisa Ryujin ucapkan. "Tadi jalanan agak macet, jadi saya—"

"Alasan yang klise," cibir lelaki itu lagi, mulutnya membentuk seringai seolah mencibir. "Impresi yang baik untuk hari pertama kerja."

Ryujin menunduk, tidak berani menatap lelaki itu. Sial, baru juga hari pertama kerja ia sudah dipertemukan dengan bos yang galak. Sebenarnya wajah lelaki itu ganteng, dengan tatanan rambut yang rapi dah menawan, hanya saja tatapan matanya itu loh dan mulutnya yang setajam silet, sukses meruntuhkan semua hal-hal baik tentang lelaki itu.

Oh iya, satu lagi; bekas luka di dekat mata membuatnya terlihat lebih seksi.

"Divisi apa kamu?"

"Finance and Accounting, pak."

"Siapa yang interview kamu waktu recruitment?"

Ryujin merutuki sifat pelupanya. Mana bisa dia ingat nama ketiga interviewer yang menginterviewnya hari itu. Wajahnya saja sudah lupa, apalagi namanya. Ryujin mengigit bibirnya sambil berusaha keras mengingat nama inteviewernya hari itu. Tapi itu kan sudah dua bulan yang lalu, mana bisa ingat.

"Lupa? Kamu juga pasti lupa salah satu regulasi di hotel ini, kan? Regulasi paling penting buat semua karyawan. Harus menghargai waktu, ketepatan waktu itu hal yang utama."

Ryujin menunduk semakin dalam, ia berharap lift segera terbuka di lantai 31. Biasanya lift bergerak cepat, kan? Tapi kenapa sekarang terasa lambat sekali?

"Iya pak, Mohon maaf," Ryujin menunduk semakin dalam, ia berusaha melirik ID Card yang menggantung di leher lelaki itu, berusaha mencari tahu siapa pemilik lidah setajam silet itu.

"Ngapain lihat-lihat?" Lelaki itu langsung membalik ID Card miliknya, membuat Ryujin langsung menegakan tubuhnya.

Pintu lift terbuka. Huft, akhirnya... Hah, kok lantai 32?

Ryujin mengerjapkan mata. Seharusnya kan lantai 31. Lelaki itu meliriknya sebentar lalu berjalan keluar, namun sebelum keluar lelaki itu menekan tombol 31 di panel lift. Ryujin membuka mulutnya—saking gugupnya dia sampai lupa untuk memencet lantai tujuan. Ryujin, bodoh banget sih kamu!

"Selain nggak menghargai waktu, pelupa, kamu juga ceroboh ya..." decak lelaki itu dengan wajah yang kentara dengan kekesalan. "Masa lupa mencet lantai tujuan dimana. Ini baru hari pertama kerja, gimana hari-hari berikutnya?"

"Iya, pak, maaf,"

"Minta maaf aja terus," ucap lelaki itu sambil berdecak lalu keluar dari lift.

Begitu pintu lift kembali tertutup, Ryujin langsung menarik nafas sebanyak yang ia mampu. Selama hampir satu menit di lift membuatnya sesak akhirnya ia bisa bernafas lega. Kenapa sih dia harus telat di hari pertama? Dan yang paling parah adalah dia harus berhadapan langsung dengan salah satu orang penting di hotel ini.

Setahu Ryujin, lantai 32 ditempati oleh Presdir, General Manager dan Executive Assistant Manager. Berarti lelaki itu salah satu pemegang tiga jabatan penting di hotel ini. Ryujin menyadarkan tubuhnya ke dinding, habis sudah karirnya di hotel ini.

Sial. Sial. Sial.

Shin Ryujin (23)

Shin Ryujin (23)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




a/n :

Hai, aku kembali dengan work baru. Selamat datang...

Sesuai judulnya "Vice Versa", aku emang cari visualisasi ceweknya yang karakternya tuh berlawanan sama si cowok. Dan gatau kenapa, tiba-tiba kepikiran aja Ryujin. Tapi kalian bebas kok mau membayangkan si ceweknya siapa, si cowoknya siapa. Dan pairing yang ada disini jangan terlalu diseriusin, santai aja oke? Wkwk

Ini sebenarnya masih satu universe sama It Started In The Winter dan Acrasia. Tapi kamu juga bisa baca terpisah kok, mungkin akan sedikit bingung dengan karakter-karakter yang akan muncul nantinya—aku akan berusaha buat narasi karakter lain yang mudah dikenal dan dipahami sama kalian, tapi kalau kebingungan boleh tanya aku ya (bisa lewat wall, message, atau bisa ke twitter aku @laibooster)

Apa lagi ya... selamat membaca dan menikmati ya :)

And makasih udah mau membaca work ini. 

Vice VersaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang