"Woy woy, bu Diana dateng! Bareng Ghari sambil bawa kertas hasil ulhar kemaren!!" Heboh Azep setelah melihat keluar kelas.
Mendengar hal itu seluruh murid berkeringat dingin lalu tergesa-gesa kembali ke tempat duduk masing-masing.
Bu Diana pun datang bersama Ghari sebagai ketua kelas.
"Pagi anak-anak. Hari ini ibu akan bagikan nilai hasil ulhar kalian minggu lalu. Dan seperti biasa ibu akan memanggil kalian beserta nilainya, agar kalian bisa saling termotivasi, okay!?" jelas Bu Diana.
"Waduh, bukannya termotivasi bu, tapi malah bikin mental breakdance inimah," batin seluruh siswa, terkecuali Agatha.
Ghari pun kembali ke tempat duduknya. Lalu Bu Diana mulai membagikan kertas hasil ulangan.
"Waode!" panggil bu Diana, tak lama seorang gadis berkulit sawo matang dengan rambut keriting datang menghampiri "70," lanjut bu Diana.
"Ghari!" Tak lama Ghari pun menghampiri "seperti biasa 80," ucap bu Diana tersenyum yang dibalas senyum oleh Ghari. Lalu dipanggilnya nama murid lain beserta nilainya.
"Verra!," Verra yang merasa terpanggil pun menghampiri, "ckck, kamu ini masa nilai cuma naik 1 digit angka, nilai kamu 48!" Verra pun mengambil kertas ulangan itu lalu berjalan menunduk, bu Diana pun menggeleng kala melihat tingkah Verra.
"Sekarang nilai tertinggi jatuh kepada..."
"Saya kan bu! saya mah yakin. kemaren juga saya yang paling tinggi nilainya. Ya kan gaes?!" Tiba-tiba Chessi menyahut, lalu diangguki oleh kedua temannya.
"Itu dulu sekarang udah nggak," balas Bu Diana.
"Gak mungkin bu ada yang lebih tinggi nilainya daripada saya!"
"Ada," balas bu Diana membuat seluruh siswa penasaran, masalahnya Chessi termasuk siswi pintar di sekolah. Dan di kelas ini cuma Chessi yang memiliki nilai tertinggi. Jika benar ada, itu hanya ada di kelas sebelah, yaitu kelas 11 Ipa 1. Siapa lagi kalau bukan Arka, siswa yang hampir semua mata pelajaran mencetak angka 100, entah itu 95, 89. Dan yang mereka dengar nilai terendah Arka itu jatuh di angka 87. Tidak heran jika Arka dijadikan Ikon Sekolah dan menjadi siswa berpengaruh.
"Emang siapa sih bu? Saya yakin orang itu pasti liat google!" Tukas Chessi tidak terima.
"Let's welcome... Agatha!"
"What?!" Pekik Chessi dengan muka tercengang nya. Sama hal nya dengan siswa lain yang tercengang.
Agatha pun beranjak dan maju ke depan. "98! Wow, kamu bahkan bisa mengalahkan nilai Sarah dan Arka, Sarah dengan nilainya 90, dan Arka dengan nilai 97 nya," seru bu Diana tersenyum bangga, dan matanya yang berbinar saat menatap Agatha. "Tepuk tangan dong! Susah loh buat ngalahin dua orang itu," ucap Bu Diana pada siswa.
Agatha yang mendengar itu pun panik.
Prok prok prok
Semua murid pun bertepuk tangan heboh, bahkan ada yang berteriak memanggil nama Agatha.
Ngingg...
Suara dengingan pun terdengar menyakitkan di telinga nya, Agatha pun merapatkan Headphone yang menempel di telinganya.
Ia sudah tak tahan dengan kebisingan.
"STOP, AKH PLEASE... STOP CLAPING, AND MAKE NOISE!" bentak Agatha memekik kesakitan. Seketika semua siswa pun diam. Bu Diana yang melihat pun khawatir.
"Agatha, are you okay?" tanya Bu Diana.
"Please jangan buat kebisingan," tukas Agatha.
"Why? Kita juga kan bayar di sekolah ini, miskin! Terserah kita dong mau apa," ucap Chessi sombong.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISOPHONIA (HIATUS)
Teen FictionICE GIRL telah berganti menjadi MISOPHONIA Seorang gadis pindahan yang tiba-tiba datang menggemparkan seluruh warga sekolah SMA Angkasa, karena keanehannya yang selalu mengenakan headphone di kepalanya. Agatha Mouza Aurelia, gadis cantik yang membu...