✨Happy reading✨
.
.
.
.
.Arka dan Agatha pun berjalan di koridor sekolah, menghiraukan bermacam-macam tatapan dan suara dari para siswa.
Sebenarnya Agatha cukup canggung berada di samping Arka, mengingat kejadian kemarin yang dapat membuatnya meledak saat itu juga. Kemarin lelaki itu sukses membuatnya tidak dapat tertidur dengan nyenyak karena nyanyian dan tindakannya yang di luar dugaan.
Dan dengan konyolnya Agatha mengatakan bahwa Arka adalah kekasihnya, di depan Rino. Saat itu ia pun tidak menyadarinya, mungkin Arka sama terkejutnya, dan Rino, ia tidak tahu pasti tapi ia melihat lelaki itu menatapnya dengan tatapan kecewa? We don't know.
Sejak ia bertemu dengan Arka, entah kenapa Agatha merasa hari-harinya memiliki warna, tidak seperti dulu saat ia kehilangan saudarinya, Aressa. Dunia serasa Monokrom dan sunyi.
Kini keadaan telinganya mulai membaik. Terkadang sesekali ia dapat melepas Headphone kedap suaranya. Tidak seperti dulu, mendengar suara orang berbicara saja sudah membuatnya pusing. Dan ini semua juga berkat Arina yang selama ini mendukung dan mensupport agar ia dapat terus bertahan.
Agatha POV
Berjalan seorang diri melewati koridor, Arka sudah pergi ke Ruang OSIS nya, dan aku pun sampai di ruang Kelas.
Dari kejauhan aku dapat melihat Verra. Gadis itu selalu menunggu. Gadis berkacamata yang menurutku lucu. Ya, dia salah satu gadis yang cocok mengenakan kacamata. Tapi jangan sangka, di balik kacamata nya itu dia termasuk siswa yang berada di peringkat pertama——dari belakang. Ia juga sangat lemot atau bisa dikatakan lambat, bahkan saat aku menjelaskan dengan rinci mengenai aljabar pun ia tetap tidak mengerti. Gadis itu lebih banyak berbicara dibanding berfikir. Aku sempat heran, kok ada gadis ceria sepertinya yang dapat bertahan dengan nilai dibawah. Wah julid sekali diriku ini.
Kini ia tengah tersenyum kepadaku, tersenyum cerah tanpa ku tahu apa ia memiliki masalah atau tidak, ia tersenyum tanpa beban. Sungguh aku ingin dapat tersenyum seperti itu juga, tapi——aku tidak bisa.
"Pagi Agatha... tugas MTK udah?" Nah kan bahkan pelajaran Matematika yang paling mudah sekalipun tidak dapat ia kerjakan.
Aku pun hanya mengangguk.
"Wahh liat dong, gue belom sama sekali. Kemaren gue beneran gak ngerti deh."
Aku pun mengeluarkan buku tulisku dan ku berikan padanya, "lo harus bimbel deh kayaknya, otak lo agak bermasalah soalnya."
Ia pun hanya tercengir, "lo ya tutor nya, hehe..."
Aku menatap nya malas, "gak."
Verra menatapku dengan binar, "plis lah, tar gue bayar gede deh kalo lo bisa bikin gue pinter."
"Bukan gue yang bisa bikin lo pinter, tapi diri lo sendiri yang bisa! Nggak, gue gak buka jasa barbel."
"Bimbel! Barbel-barbel, mau fitness kali gue diajar barbel. Plis lah Tha... gue takut bonyok marah kalo sampai nilai gue nggak naik-naik," Mohonnya lagi, arghh aku paling tidak suka mengajar seseorang.
Aku menyesal telah memberi saran padanya, "Sekali nggak, ya nggak."
"Gue bayar 500k deh ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MISOPHONIA (HIATUS)
Ficção AdolescenteICE GIRL telah berganti menjadi MISOPHONIA Seorang gadis pindahan yang tiba-tiba datang menggemparkan seluruh warga sekolah SMA Angkasa, karena keanehannya yang selalu mengenakan headphone di kepalanya. Agatha Mouza Aurelia, gadis cantik yang membu...