Chapter 39

1.4K 149 4
                                    

✨Happy Reading ✨

.
.
.
.
.
.

Seisi aula ricuh dengan pengumuman kepala sekolah, lalu mereka menatap Arka dan Agatha dengan intens.

Verra yakin Agatha dan sepupunya--Arka tidak mungkin mencuri soal dan jawaban ujian. Kepintaran mereka sudah melebihi rata-rata, jadi untuk apa mereka membutuhkan jawaban? "Tha Lo disuruh ke ruang kepsek, mau gue tungguin sampai lo beres?" tanya Verra.

Agatha menggeleng "Gak perlu, gue bisa sendiri, lo pulang duluan aja."

"Tha," panggil Arka, "ayo kita ke ruang kepsek," ajak Arka yang diangguki oleh Agatha.

.

Suasana ruangan sangat menegangkan, ditambah tatapan Raffa sang kepala sekolah yang sangat menuntut penjelasan. Namun kedua manusia berbeda gender itu masih memikirkan kesalahan apa yang mereka perbuat, Hingga Raffa menatap keduanya dengan marah.

Raffa menaruh dua benda di atas meja, sontak Agatha dan Arka terkejut, di atas meja itu ada sebuah flashdisk dan kondom!

"Arka, Jelaskan kenapa kamu membawa kondom ke sekolah!? Kamu tahu kan bahwa ini sangat-sangaat dilarang?"

"Tapi pak, saya berani bersumpah bahwa itu bukan milik saya pak, saya yakin ada orang yang ingin menjebak saya!"

"Saya butuh penjelasan bukan kata sumpah!"

"Serius deh pak, saya benar-benar gak tahu. Sedaritadi saya berada di kantin bersama kedua teman saya, dan sebelum ujian dimulai juga saya tidak menemukan adanya kondom di tas saya," jelas Arka.

"Jadi menurut kamu, kamu tidak bersalah?"

"Jelas tidak."

Raffa menghela nafas panjang, "Agatha, sekarang kamu Jelaskan mengapa flashdisk ini bisa ada di tas kamu?!"

"Maaf pak, saya tidak mengambilnya. Saya juga berani bersumpah, saya bukan pencuri nya. Lagipula saya tidak membutuhkan soal dan jawaban ujian, karena saya bisa mendapatkan hasil yang memuaskan dengan jawaban saya sendiri. Mungkin perkataan Arka ada benarnya, bahwa kami di jebak!" Agatha menatap serius pada lawan bicaranya.

Raffa sebenarnya mempercayai mereka berdua, karena Arka tidak mungkin membawa kondom ke sekolah, jelas-jelas ia adalah ketua osis, tahu mana yang benar dan mana yang salah, ia juga mengenal dekat dengan Arka dan mengetahui betul kepribadian lelaki itu. Lalu Agatha, gadis itu cukup misterius, tetapi ia sangat cerdas, jika dipikir secara rasional, Agatha mungkin tidak membutuhkan flashdisk itu. Namun bukti tetaplah bukti. Perbuatan mereka berdua harus di hentikan.

"Baiklah, karena saya belum mendapatkan kebenaran yang sebenarnya bahwa siapa pelaku dari semua ini ... dan juga setelah saya dan para guru diskusikan mengenai apa saja yang harus kalian terima sebagai hukuman ... maka dari itu kalian berdua mendapatkan point yang sangat besar, yaitu 100 point, ditambah kalian akan di skors setelah ujian selesai selama 3 hari. Kalian tahu kan jika Itu sangat berpengaruh dengan peringkat kalian?" Arka dan Agatha pun mengangguk. "Saya harap kalian sadar dengan kesalahan yang kalian perbuat."

"Tapi pak, saya benar-benar tidak membawanya!"

"Iya Arka saya tahu kalian pasti tidak melakukan hal buruk seperti ini, tapi bukti tetaplah bukti. Saya dan para guru juga tidak percaya dengan hal ini, jadi kami sudah memutuskan kebijakan yang benar untuk sementara. Kalian doakan saja kebenaran yang sebenarnya terungkap, oke?!"

Mereka berdua sudah pasrah dengan keputusan pihak sekolah, meskipun mereka benar-benar tidak melakukannya. Arka menghela nafas panjang lalu mengangguk, "Oke pak, saya paham."

MISOPHONIA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang