🐰17🐰

435 40 0
                                    

"Pelan² Chaeyong, kau bisa terse-,, "
Belum sempat Lisa menyelesaikan perkataan nya Rosè sudah lebih dulu tersedak, Lisa hanya menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Rosé.

"Kau sama sekali tidak berubah, Rosé." Rosé menghentikan kegiatannya, mendengar Lisa yang memanggil nama nya dengan panggilan "Rosé" dia tidak menyukainya.

"Aku tidak suka kau memanggil ku 'Rosé', Lalisa. " Lisa hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Baiklah, Chaeyong. "

"Lalu, apa kau ingin ikut dengan ku, Lily-ya? " Rosé menatap Lisa yang memberikan tatapan seperti 'memang kemana?' untuknya.

"Kemakam Mama mu." Seketika Lalisa langsung menghentikan aktivitas makannya dan menatap marah pada Rosè.

"Kenapa kau terlihat marah, Lisa? "
Rosè tak tahu kenapa reaksi yang Lisa berikan padanya sekarang terlihat seperti tidak suka.

"Aku tak akan pernah kembali kesana." Rosé terkejut, nada bicara Lisa terdengar begitu dingin dan ditekan, ada apa dengan Lalisa.

"Kenapa? Disana ada makam Mama mu kan? Aku mengunjungi nya bersama Wendy saat aku kesana. " Lisa memukul meja itu dengan gelas yang masih ada ditangannya, gelas itu pecah dan membuat tangannya terluka. Rosé panik melihat darah dari tangan Lisa, semua orang yang melihat pun berusaha untuk membantunya, namun Rosé terkejut saat Lisa menepis kasar tangan nya.

"Sudah ku bilang, aku tak akan pernah kembali kesana lagi, apa kau tidak mengerti!? " Lisa menekan perkataan nya, semua orang yang berniat membantu nya pun ikut terdiam. Rosè tak bisa berkata, kenapa Lisa sampai semarah itu hanya karena dia mengajak nya berkunjung ke kampung halaman nya dulu.

"Biarkan aku mengobati tangan mu dulu, Lisa-ya." Rosé menarik Lisa ke  mobilnya setelah membayar dan meminta maaf atas keributan yang dia sebabkan. Mengambil kotak obat yang ada di mobil nya dan mulai membersihkan luka Lisa.

"Maaf, aku tidak tahu apa yang terjadi sampai kau semarah ini menanggapi pertanyaan ku. Tidakkah kau ingin menceritakan nya padaku, Lily-ya?" Lisa menundukan kepalanya, tidak ingin Rosé melihat wajah marah nya sekarang.

"Aku tak ingin siapapun terlibat dalam masalalu ku, tidak Ibuku, kau atau siapapun. Kalian semua berkata bahwa kalian akan membantu ku, lalu apakah penting bagi kalian untuk tahu tentang masalalu ku?"

Rosé terdiam, dia tidak bisa melihat ekspresi Lisa sekarang, tapi dia tahu bahwa Lisa sedang menahan amarah nya sekarang ini.

"Itu karena aku kehilangan banyak waktu ku dengan mu, aku ingin tahu apa saja yang sudah kau alami sampai jadi seperti ini, mungkin akan lebih mudah membuatmu sehat kemba-,! "

Rosé menghentikan ucapan nya saat Lisa tiba² saja mencengkeram kedua bahunya dengan kuat. Wajah nya memerah menahan marah, air matanya pun mengalir dengan deras, Rosè bergeming melihat kesakitan Lisa sekarang.

"Kau sama sekali tak mengerti apa yang terjadi, jadi tidak usah sok tahu dan ikut campur terlalu jauh dengan hidup ku, Park Chaeyong! " Dengan kasar Lisa melepaskan cengkeraman nya, membuat punggung Rosé terbentur dengan kaca mobilnya. Rosé terdiam, dia takut, tak pernah sekalipun Lisa berlaku seperti ini padanya. Tatapan marah dan kesakitan itu membuat Rosé bergeming, keduanya hanya diam tanpa menjalankan mobil nya yang masih terparkir disana.

~~~~~

"Hey Jung, mau berpesata malam ini?" Jungkook membuang botol mineral yang sudah dia habiskan, memukul kepala Taehyung yang baru saja mengatakan hal aneh begitu.

"Lebih baik kau mengisi otak mu dengan hal lebih baik, Taehyung." Namjoon hanya menggelengkan kepalanya.

"Padahal aku setuju dengan usulan Tae. " Jimin merangkul bahu Taehyung yang lebih tinggi dirinya, sampai membuatnya sedikit berjinjit, Taehyung pun membalas rangkulan nya membuat temannya yang lain melihat mereka dengan tatapan jijik.

"Bodoh" Dengan nada dingin khas nya, Suga memberikan kritik pada duo bodoh itu.

"Kau mau kemana? " Suga bertanya pada Jungkook yang mengangkat tas nya.

"Pulang. Kepalaku berat, aku mau istirahat. " Jimin dan Taehyung tertawa sambil menunjuk ke arah Jungkook yang hanya menatap heran keduanya.

"Apa yang lucu? " Jhope yang biasa nya bergabung dengan duo itu juga bingung kenapa mereka tiba² tertawa.

"Kau terus memikirkan Lalisa sampai sakit kepala, hah? Hahaha... "

"Kau benar² jatuh cinta rupanya, hahaha... " Taehyung dan Jimin terbahak, mereka tak memperhatikan  sekeliling, sampai tak menyadari kalau Jungkook sudah keluar bersama dengan Namjoon.

"Ayo teruskan gamenya, Jhope. " Suga dan yang lainnya pun mengacuhkan Jimin dan Taehyung yang masih saja tertawa tak jelas.

~

"Apa yang kau pikirkan, Jung? " Namjoon berjalan mengiringi Jungkook keluar dari rumah Jin, dia tahu kalau sesuatu benar² sedang mengganggu pikirannya.

"Lalisa" Jungkook hanya menjawabnya singkat.

"Aku tahu, tapi bukan itu maksud ku." Jungkook memperhatikan Namjoon yang berjalan disamping nya, menghela nafasnya berat.

"Kau tahu kalau keluarga ku punya pengaruh besar, kan? Jadi aku mencoba mencari data pribadi milik Lalisa dengan itu, tapi tak ada satupun data yang timbul tentang dirinya. Ibu Lisa berkata kalau sejak dulu dia juga mencari data tentang Lisa namun tak menunjukkan hasil apapun. " Jungkook menjelaskan beban pikiran nya pada Namjoon, dia tahu temannya ini pasti bisa membantu.

"Ibu Lisa berkata kalau dulu dia bertemu Lisa di desa tanpa nama, sebenarnya aku tak tahu tempat apa atau dimana tempat yang di maksud olehnya, dia bilang kalau suaminya mengalami kecelakaan dan meninggal didesa itu. Penyebab nya karena  suaminya ingin mengusut kasus pembunuhan seorang Ibu dari anak desa itu dan  sepertinya itu adalah kecelakaan yang direncanakan. Begitu yang dikatakan oleh Ibu Lisa."

Namjoon hanya diam mendengarkan penjelasan Jungkook, mencoba menemukan cara agar bisa membantu sahabat nya itu.

"Ibu Lisa bilang, kalau suami nya meminta dia untuk mengasuh anak  itu, tapi sampai sekarang dia tidak menemukan anak yang dimaksud oleh suaminya karena tidak ada penjelasan tentang siapa anak yang dimaksud."

Namjoon langsung menghentikan langkah nya, Jungkook yang ada di samping nya pun menoleh heran padanya.

"Kenapa? " Jungkook bertanya pada Namjoon

"Bukankah Lalisa itu anak yang dimaksud oleh Alm. Suami nya. "

Jungkook menautkan alisnya, kenapa Namjoon berpikir demikian.

"Apa maksud mu? Kenapa kau berpikir begitu? "

"Kau pernah bilang kalau Ny. Park menemukan Lalisa yang hampir melompat dari jembatan di desa itu, bukan? Dan hari itu bertepatan dengan hari meninggal suaminya, benarkan? Jika di sebut sebuah kebetulan itu terlalu hebat..." Namjoon tersenyum dan menepuk pundak Jungkook. "Itu pasti takdir."

Jungkook terdiam, apa yang dikatakan Namjoon terasa sangat benar sekarang, apakah Ibu Lalisa juga memikirkan tentang hal itu. Kalau anak yang dimaksud oleh suaminya mungkin saja adalah Lalisa, benarkan?.


Sebagai bentuk apresiasi untuk penulis, jangan lupa tinggalkan jejak dan vote nya, berkomentar dan tujukan bahwa kalian adalah pembaca yang bijak.
Love you ❤

Breath of Scandal (Luka masa lalu) [slow Up]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang