🐰6🐰

823 67 0
                                    

Rose merebahkan diri diranjang kesayangannya, kejadian disekolah siang tadi entah kenapa membuatnya jadi tidak karuan. 'Siapa dia sebenarnya? Kenapa hanya dengan melihatnya membuat hatiku berkecamuk. Resah. Aku sangat mengkhawatirkan nya sekarang. Lisa, Lalisa siapa sebenarnya kamu? '

Rose mendudukkan dirinya, menoleh pada sebuah bingkai foto kecil yang terletak disamping tempat tidurnya. Rose meraih bingkai foto tersebut, memandang lamat pada sebuah bunga Lily yang telah diawetkan dalam bingkai tersebut. Baru terpikir olehnya sekarang sejak kapan dia memiliki bingkai tersebut, kenapa bukan sebuah foto melainkan bunga Lily yang terdapat disana.

Rose kembali membaringkan dirinya, ingatannya memutar kejadian siang tadi saat Jungkook berlari dengan Lisa berada di dalam dekapannya, berteriak panik didepan ruang kesahatan. Kepalanya pusing entah kenapa gadis bernama Lalisa itu begitu menggangu pikirannya.

Praaak

Bingkai yang dipegang nya terlepas begitu saja, tapi Rose bergeming tak mencoba untuk melihat apakah bingkai tersebut pecah, patah atau bahkan rusak matanya sudah terpejam lebih dulu sebelum menyadarinya.

"Sayang apa kamu tidak turun? Makanan nya sudah siap"

Ibu Rosè terkejut setelah memasuki kamar putrinya, bingkai foto yang biasanya terpajang rapi di atas nakas itu kini telah jatuh dan hancur tapi bunga Lily yang telah di awetkan didalam nya masih utuh tergeletak diantara pecahan kaca. Matanya menatap nanar sang putri, raut sedih tergaris jelas di wajahnya.

"Maafkan Ibu sayang ini semua demi kebaikan mu"

Ibu Rosè membersihkan pecahan kaca dilantai dan mengambil bunga Lily beserta sebuah foto yang telah lama tersimpan dalam bingkai tersebut. Foto 2 orang gadis kecil dengan senyum ceria yang terpatri jelas di sana, di elusnya pelan foto tersebut rindu perlahan muncul dalam hatinya "entah bagaimana kabarnya sekarang? ".

Tak ingin terlarut dengan lamunan nya Ibu Rosè bangkit sambil membawa foto beserta pecahan kaca meninggalkan bunga Lily di atas nakas putrinya. Dia tak ingin Rosé mengingat masa lalunya, namun tak ingin juga putrinya lupa akan perasaannya yang dulu.

Ibu Rosè berlalu meninggalkan kamar putrinya tak ingin menggangu tidur nyeyak anak semata wayang nya tersebut. Beribu maaf selalu terucap dalam hatinya berharap sang putri akan memaafkan nya jika nanti semua akan kembali teringat dalam benak putrinya. Dia hanya mengikuti nalurinya untuk melindungi sang putri, itu saja.


"Chong-ah, chong-ah, apa yang mau kau lakukan pada sahabat ku, lepaskan, lepaskan dia, aku, aku akan menghajar wajah mu, aku akan membunuh mu, lepaskan, LEPASKAN!!!

"tolong aku ....-ya, tolong aku ....-ya hiks hiks ....-ya sakit, ini sakit sekali"

Gadis kecil itu membuat tangan nya terluka karena melepas paksa ikatan yang melilit tangannya ke belakang, darahnya mengalir dengan deras di tengah ruang tamu yang terang karena cahaya bulan. Aku hanya menjerit kesakitan, tubuhku mati rasa, entah sejak kapan aku ada di sini.

Gadis itu berteriak nyaring menyebut nama'ku?' entahlah, wajahnya terlihat samar ditengah cahaya bulan dalam ruang gelap ini. Tanpa aba-aba gadis tersebut memukul keras kepala pria dewasa yang sejak tadi menindihku. Sebuah vas bunga yang dia jadikan alat pemukul itu pecah berkeping-keping diiringi dengan jeritan nyaring dan darah yang keluar dari kepala pria tersebut.

Pria tersebut bangkit setelah melepaskan cekikan nya pada leherku, aku terbatuk dan jatuh terbaring menghadap gadis yang baru saja menolongku tadi, dia terlihat cemas dengan terus meneriaki nama'ku'. Pria itu terjatuh dengan memegang kepalanya yang mengeluarkan banyak darah.

Breath of Scandal (Luka masa lalu) [slow Up]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang