Joo Mi melangkah mendekati pintu kamar Lalisa, dia tahu harusnya dia tidak bersikap begini karena ini sama sekali bukan salah gadis itu. Dia bahkan harus menanggung semuanya sendiri sejak saat itu, tapi bagaimana dengannya? Dia juga harus menanggung semuanya sendiri, suaminya meninggal karena kecelakaan yang disebabkan oleh ayah dari anak yang dia besarkan.
Joo Mi membuka pintu kamar Lalisa, kosong. Tidak ada siapa pun didalam ruang kamar itu. Joo Mi hanya mendengar suara air dari arah kamar mandi dan,,, isakan. Joo Mi berjalan mendekati kamar mandi, namun terhenti setelah mendengar tangisan pilu Lalisa bersama dengan perkataan yang membuatnya tersadar.
"Kenapa mama meninggalkan ku sendiri? Kenapa mama memintaku untuk tetap hidup dan menanggung semua derita ini? Aku sangat kesulitan. Hiks mama aku mau pulang."
Joo Mi terdiam. Dia tahu bahwa suaminya adalah pria yang sangat bijak dan selalu memikirkan sebab akibat dari tidakan yang akan dia lakukan. Begitupun dengan tindakan yang dia lakukan untuk Lalisa. Itu berarti Lalisa benar² membutuhkan dirinya, karena dia orang yang tepat untuk hal ini.
'Apa yang aku pikirkan? Bagaimana bisa aku berpikir untuk membalas nya pada Lalisa? '
Joo Mi menangis didepan pintu kamar mandi Lalisa. Menyesal. Seharusnya tak boleh terlintas pemikiran seperti itu pada benaknya. Dia bahkan membentak Rosé dan meninggalkan nya sendiri di luar.
~~~~~
Rosè mengendarai pelan mobil nya, meninggalkan pekarangan kediaman rumah besar Park Joo Mi. Pikirannya kacau. Lalisa, Lalisa dan hanya Lalisa yang memenuhi pikirannya. Dia khawatir, marah, senang, sedih semua bercampur dalam satu hari, semuanya begitu berat.
"Aku harus fokus. Jika aku mengalami kecelakaan semuanya akan bertambah buruk. "
Rosé menepuk kedua pipinya dengan keras. Untuk sekarang dia harus pulang dan beristirahat, besok hari biarlah menunggu.
"Lalisa aku harap kamu baik² saja"
Rosé kembali menjalankan mobilnya, dia berharap semuanya akan menjadi lebih baik esok hari. Semoga saja.
~~~~~
Rosé menatap pantulan dirinya dari cermin besar yang ada didepan nya. Wajahnya terlihat pucat dengan sedikit lebam merah di pipi kiri nya. Kusut. Sungguh tak seperti dirinya yang biasanya.
Plaak
"Apa yang kau pikirkan Rosé?!! Apa kau tidak berpikir bahwa kami akan sangat mengkhawatirkan mu?!! Apa kau sudah gila?!! "
"Ya aku sudah gila Ibu. Aku menjadi sangat gila setelah aku bertemu kembali dengan Lalisa. "
"A-apa? Apa yang kau katakan? "
"Ayah lepaskan, Ayah bisa menyakiti Rosè."
Bruugh
"Akh"
"Kakaaak! Apa yang Ayah lakukan? Apa kalian berdua sudah gila? Orang tua macam apa kalian ini? "
Plaak
Saat sampai kerumah Rosé berharap bisa beristirahat sejenak. Menenangkan pikiran serta fisiknya yang sama lelahnya. Selama beberapa hari ini dia mengalami begitu banyak kejadian yang membuat nya sangat kelelahan. Namun kedua orang tuanya menanyakan begitu banyak pertanyaan, berdebat dan berakhir dengan dua tamparan pada pipi kirinya. Bahkan Daniel yang berusaha untuk membela nya pun harus menerima kemarahan orang tua meraka karena salahnya.
Dimulai dari rahasia yang di sembunyikan oleh orang tuanya, ingatan samar tentang masa lalu nya yang mulai kembali dengan jelas, Mama Lalisa yang sudah meninggal, Papa Lalisa yang entah kemana dan Lalisa juga penyakit yang di deritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath of Scandal (Luka masa lalu) [slow Up]
RandomLalisa Manoban gadis yang diangkat menjadi anak oleh Ny. Park Joo Mi itu tetap lah sama dengan gadis yang dia temui 6 tahun silam. Tatapan matanya tetaplah dingin, kosong, penuh dendam dan takut terlihat kentara pada kedua bola matanya yang bersih...