Saat ini Jungkook sedang menikmati semilar angin malam yang dingin menembus masuk ke badan nya yang hanya berbalut kaos oblong putih dan celana hitam pendek. Pikirannya menerawang kejadian tadi siang, dimana dia melihat sisi lain dari Lisa murid baru yang membuat Jungkook tak bisa melepaskan pandangan darinya. Teriakan Lisa terus saja berdengung di telinganya.
"Jangan, tolong jangan sakiti Mama, lakukan saja padaku jangan pada Mama, bunuh saja aku jangan Mama, jangan Mama, JANGAAAAN! "
Jungkook memejamkan matanya membiarkan angin memainkan rambut hitam miliknya, melebarkan kedua tangan nya kesamping kemudian menurunkan nya dan membuka kedua matanya, gelisah sekali perasaan nya sekarang ini.
Jungkook mengambil handphone nya yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Mencari nama seseorang kemudian menghubungi nya.
"Halo Paman, apa paman punya waktu sekarang ada sesuatu yang ingin aku tanyakan"
".........."
"Baikalah aku akan kesana sekarang Paman"
".........."
"Baiklah paman."
Tuuut
Setelah menelpon Pamannya Jungkook masuk ke kamar mengambil sebuah jaket hitam dan kunci mobil kemudian berjalan keluar meninggalkan apartemen nya, melajukan mobil hitam kesayangan nya dengan kecepatan sedang menuju apartemen pamannya yang berjarak sekitar 3km dari apartemen miliknya. Setelah sampai Jungkook langsung menuju apartemen milik pamannya yang memang berada di salah satu kawasan elit di kota Seoul ini. Tak butuh waktu lama Jungkook sudah berada di depan kamar apartemen pamannya, mengetuk pintu yang terbuat dari kayu itu dengan punggung tanggan nya."Jung masuk lah" setelah dibuka kan pintu oleh si pemilik apartemen Jungkook masuk dan menyerahkan sekantong bahan dapur yang tadi di pesan oleh pamannya. Mendudukan bokongnya pada salah satu kursi di ruang tengah apartemen tersebut.
"Apa yang ingin kau minum Jung? "
Pamannya bertanya sambil melirik Jungkook yang tengah mengganti chanel Televisi.
"Cola saja paman"
Pamannya datang sambil membawakan 4 cola dan cemilan ringan diatas nampan berbentuk kotak meletakannya di atas meja dan ikut mendudukkan diri di salah satu kursi di ruangan itu.
"Jung apa yang ingin kau tanyakan?" Jungkook yang sedang meminum cola menolehkan kepala pada pamannya, memang pamannya ini tidak mau berbasa basi dulu jika menyangkut sesuatu yang menurutnya penting.
"Apa ada cara menyembuhkan trauma seseorang, paman? " Lee Jong Suk orang yang dipanggil paman oleh Jungkook itu menaikan sebelah alisnya heran, Jungkook tak pernah menanyakan hal seperti ini sebelumnya.
"Kenapa kau bertanya begitu? Apa ada yang salah? "
Bukan nya menjawab pamannya justru balik bertanya pada Jungkook. Jungkook menundukan kepalanya, bingung bagaimana caranya menjelaskan pada paman nya ini tentang kejadian yang dia alami tadi siang. Jungkook membuang nafasnya kasar, menatap pamannya yang masih terlihat heran dengan nya.
"Ini akan sedikit panjang untuk diceritakan jadi dengarkan dengan baik paman. "
Jungkook menceritakan kejadian yang dia alami tadi siang, paman nya terlihat sedikit menganggukkan kepalanya mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh Jungkook.
"Jung, kau tau trauma itu memiliki tingkatan yang berbeda, secara tidak langsung trauma membuat psikologi seseorang terganggu. Tingkatan trauma sendiri bermacam macam dari tingkat paling rendah sampai pada tingkat paling tinggi. Tingkatan terendah berada pada zona disaat seseorang mengalami rasa takut namun masih bisa dia kontrol dan atasi, tapi jika traumatis seseorang berada pada tingkatan paling tinggi maka orang yang mengalaminya akan sangat kesulitan, dia tak bisa mengontrol apalagi mengatasinya. Penderitanya biasanya akan memerlukan obat penenang untuk mengatasi rasa trauma itu, trauma tingkat tinggi ini mirip dengan depresi atau hampir mendekati gila, kamu juga harus tau penggunaan obat2an sangat memiliki resiko untuk pengguna nya, begitulah Jung. "
Penjelasan paman Lee membuat Jungkook terkejut, depresi atau hampir gila bagaimana mungkin.
"Kadang genetika juga memengaruhi dalam kasus seperti ini Jung, namun faktor dari hal itulah yang menjadi titik utamanya. "
Jungkook terdiam pikiran dan hatinya berkecambuk sebenarnya apa yang terjadi padanya. Dia bahkan tak mengenal gadis itu, betemu juga baru tadi pagi tapi kenapa dia begitu mengkhawatirkan Lisa.
"Tapi Jung kenapa kau menanyakan hal seperti ini tak biasanya? "
Jong Suk bertanya pada Jungkook sambil meneguk cola yang sedari tadi dipegang nya. Jungkook menatap pamannya dengan tatapan sendu.
"Sebenarnya dia siswi baru di sekolahku paman."
Jong Suk menautkan kedua alisnya, jika feeling nya benar maka gadis yang dimaksud Jungkook adalah pasien yang dia tangani secara khusus dan jika itu memang benar maka mungkin ada harapan untuk membantu gadis itu sembuh dari rasa traumanya.
"Hey Jung apakah gadis itu bernama Lisa ?"
Jungkook membulatkan matanya bagaimana pamannya itu bisa tahu dia bahkan belum memberi tahukan hal itu.
"Mungkin kau bisa membantu, Jung"
Pamannya menatap Jungkook dengan yakin, harapan baru muncul dengan perlahan namun sangat menjanjikan, jika Jungkook bisa meyakinkan Lisa bahwa rasa traumanya hanyalah masa lalu maka semuanya akan berjalan sangat mudah.
Sayangnya hal itu pasti akan bertentangan, trauma bukan lah hal yang mudah untuk dihilangkan tapi Lisa harus menggerakkan hatinya agar bisa mengikhlaskan semuanya dan melangkah maju.
"Kamu harus membantunya, Jung"
KAMU SEDANG MEMBACA
Breath of Scandal (Luka masa lalu) [slow Up]
RandomLalisa Manoban gadis yang diangkat menjadi anak oleh Ny. Park Joo Mi itu tetap lah sama dengan gadis yang dia temui 6 tahun silam. Tatapan matanya tetaplah dingin, kosong, penuh dendam dan takut terlihat kentara pada kedua bola matanya yang bersih...