Belajar dari Alam

5 1 0
                                    


Kudengar nyanyian burung burung yang berterbangan,

Mereka bertebaran mencari rezki di muka bumi Tuhan.

Setinggi-tinggi ia melayang menempuh kapas-kapas awan,

Masih ia berzikir kepada-Mu ya Rabbi.

Maka untuk kita yang berdiri di tanah - Mengapa masih takabbur dan menyombongkan diri?


Kutatap indahnya senyuman Mentari di saat fajar dan senja tiba.

Semenjak wujudnya Adam di muka bumi, ia masih bergerak sama mengikut paksinya.

Matahari tidak pernah ingkar kepada ketetapan Tuhan, dan itu yang menjadikan semesta aman dari kehancuran.

Satu yang aku hairankan, sahabat.

Bukankah matahari dan kita itu, sama?

Bukankah ia dan kita, adalah makhluk ciptaan-Nya?

Maka mengapa matahari yang gagah perkasa itupun masih memilih patuh,

sedangkan kita yang kerdil ini pula yang berani ingkar dan menjauh?


Masih kuingat bagaimana rasanya sapaan angin pantai dingin yang menampar pipiku,

Dapat kulihat tenangnya air laut yang damai, membiaskan warna biru yang mengusir resahku.

Lautan itu terhampar luas, tidak berpenghujung dan tidak berketepian

Sungguh, begitu banyak tanda kebesaran-Mu yang dipersembahkan alam.

Dari sekecil kecil semut sehingga sebesar-besar bintang yang berkerdipan  di waktu malam

Setiap dari mereka mengirimkan pesan yang sama,

" Renunglah kebijaksanaan-Nya dalam penciptaan semesta, dan jadilah kalian dari golongan yang berfikir.

juga golongan yang ingat dan berzikir. "


Sungguh, beruntunglah bagi mereka yang menggunakan akal fikiran

Dan apabila melihat ciptaan-Mu, semakin meningkat pula keimanan

Tuhan, pilihlah kami dalam kalangan hamba-Mu ;

Yang sentiasa mengabdikan diri -- hingga tibanya saat untuk kami dijemput pergi

Yang sentiasa patuh pada-Mu, hingga kami berjaya tiba di pintu syurga-Mu.

Berdamai dengan kenyataanWhere stories live. Discover now