21. Gak ada tikungan

236 29 0
                                    

Tersisa Kanara, Daniel, Gentala, Rifaldi, Dylan, Gevran dan Glen yang kini masih berada di dalam ruang pasien yang Hengga singgahi.

Kanara tidur nyenyak disamping Hengga, sedangkan Hengga duduk bersandar diatas kasur pasien sambil pukpuk pundak Kanara.

Sisanya juga sebenarnya masih ada dirumah sakit ini. Cuma lagi pergi keluar ruangan sebentar. Entah pergi kemana dan melakukan apa, terserah.

"Dugaan lu salah, Bang." Ucap Hengga tak membenarkan sebuah dugaan, dugaannya Gentala jika dilihat dari dia yang melihat kearah dimana Gentala berada.

Gentala mengangguk. Dia paham dugaan mana yang Hengga maksud.

"Jadi menurut kalian si Rangga Rangga itu beneran ada dipihak Avigator?" Rifaldi dengan pertanyaannya.

"Hhm." Hengga mengangguk. "Gue yakin itu. Siapa lagi orang yang potong kabel rem motor gue kalo bukan Rangga sama kronco-kronconya? Itu tanda bukti kalo mereka emang udah niat banget mau celakain gue, tanda bukti juga kalo si Rangga emang beneran ada di pihak musuh...

... Si Rangga celakain gue, gue yakin itu pasti karena permintaan langsung Avigator ke dia. Mungkin Avigator pengen gue mati di balapan tadi, atau paling nggak bikin gue gak bisa berbuat apa-apa di hari Kelulusan nanti. Mereka pengen gue lemah di hari itu."

Hhm. Agaknya apa yang Hengga pikirkan benar. Pasti seperti itu kenyataannya.

"Tapi dengan si Rangga yang celakain lu, bukannya itu terlalu jelas banget ya buat nunjukkin kalo dia beneran ada di pihak Avigator?" Lanjut pertanyaan dari Glen.

"Itu juga yang awalnya Bang Gentala pikirin. Tapi itu dugaan yang salah... Kita dan Avigator udah sama-sama tau kalo kita bakal saling serang, jadi mungkin menurut mereka gak bakal rugi buat mereka kalaupun mereka bertindak secara terang-terangan, bahkan sebelum hari Kelulusan tiba."

"Jadi fiks banget nih mereka bakalan serang kita secara langsung di hari Kelulusan? Dengan tambahan orang-orang dari si Rangga padahal jumlah Avigator jumlahnya nggak sedikit?" Gevran bertanya.

Hengga mengangguk. "Pasti. Tapi demi cewek-cewek kita, kita harus berhasil tahan perang itu terjadi. Pokonya harus berhasil bikin Avigator bungkam."

"Tapi apa yang harus kita lakuin? Masih lurus ke rencana sebelumnya? Rencana yang buat kita harus mata-matain ketiga Leader Avigator?" Daniel dan pertanyaannya.

"Nggak." Hengga tak membenarkan. "Kayaknya Pearlgirl's aja udah cukup buat bikin mereka yakin kalo kita emang lagi mata-matain mereka. Selanjutnya, kita pergi ke rencana lain." Katanya.

"Tapi yakin Avigator engah kalo orang-orang yang malam ini deketin Vanessa adalah Pearlgirl's dan rekan-rekannya?" Sekarang Gentala yang bertanya.

"Yakin sih." Bukan Hengga yang menjawab, melainkan Jihan yang sosoknya baru muncul dari balik pintu. Sendirian.

"Postingan yang Pearlgirl's unggah tadi, gue rasa itu udah cukup buat kita jadiin sebagai jejak. Kita yakin Vanessa bisa langsung paham kalo orang-orang yang mendadak banyak tingkah terhadap dia itu adalah kita... Nggak. Mungkin emang sebenernya dia udah paham dan tau sejak awal."

Apakah dugaan Jihan benar? Ya. Itu benar. Vanessa paham kalau orang-orang yang malam ini banyak tingkah didekatnya ditempat biasa dia nongkrong, itu adalah orang-orang yang ada di pihak Hengga, alias Pearlgirl's dan rekan-rekannya.

Kenapa bisa Jihan tahu dan yakin itu? Karena kan orang-orang di Clubbing Fajar sebelumnya tidak ada yang berani banyak tingkah terhadap Vanessa. Mereka semua takut sama Vanessa. Jadi pastinya Jihan yakin dengan dugaannya, dugaannya dan teman-temannya tidak mungkin salah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LAST LOVE  ||  HEERINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang