•Book 3 | Princess Alsyna's Love•

110 34 0
                                    

“Alsyna, kau dilarang untuk meninggalkan istana ini lagi!”

Alsyna yang mendengar hal tersebut spontan menatap mata ayahnya dengan tatapan tidak setuju. Bagaikan petir di siang hari, dia tidak menyangka ayahnya akan semarah itu pada mereka—dirinya dan Almeer.

“Tapi, Ayahanda, bukankah itu terlalu berlebihan? Tidak ada yang tahu kalau perburuan itu akan diserang oleh sekelompok manusia aneh,” bantah Alsyna.

“Alsyna, inilah alasan mengapa awalnya aku tidak mengizinkanmu mengikuti perburuan. Musuh bisa menyerang kapan saja, terutama ketika kita lengah barang sedetik pun. Ini bukan hanya membahayakan nyawamu, tapi juga membahayakan nyawa orang-orang yang ada di sekitarmu.” Sorot mata Sang Raja tetap tegas walau ucapannya lembut di telinga Alsyna.

“Maafkan Alsyna, Ayahanda,” ucap Alsyna pasrah dengan hukuman yang diberikan ayahnya.

“Pergi ke kamarmu dan beristirahatlah! Ayah akan berbicara dengan Almeer.”

Alsyna sedikit murung mendengar titah Sang Raja. Dia pikir dirinya bisa mendengar hukuman apa yang diberikan pada Almeer dan berusaha merayu ayahnya supaya Almeer diberikan keringanan. Akan tetapi, jika sudah begini dia hanya bisa mematuhi apa pun perintah ayahnya.

Alsyna menggangguk patuh lalu berbalik menghadap Almeer dan berbisik, “Maafkan aku Almeer.”

“Tidak apa, Kakak. Aku yang harusnya meminta maaf,” balas Almeer yang membuat Alsyna lebih merasa bersalah pada adiknya itu.

Setelah penyerangan di perburuan dan memastikan Tuan Putri Alsyna aman, rombongan Alsyna dan Almeer segera kembali ke istana. Selain karena takut Alsyna akan dalam bahaya lagi, mereka juga harus segera mengobati orang yang terluka, terutama Alista yang terkena anak panah di bahunya.

Setelah sampai di istana, Almeer selaku penyelenggara dan penanggung jawab perburuan segera melapor pada Sang Raja. Alsyna bersikeras untuk ikut menghadap Sang Raja supaya Raja tidak terlalu cemas dan berharap mereka tidak mendapat hukuman yang berat. Namun, harapan tinggal harapan. Baik Alsyna maupun Almeer mendapat hukuman yang berat bagi mereka pribadi.

***

Setelah sekitar satu minggu sejak penyerangan di perburuan, keadaan kembali normal bagi Alsyna. Alista yang lukanya sudah membaik juga kembali bekerja dan menemani Alsyna seperti biasa. Terima kasih kepada tabib yang merawat para pasien dengan telaten dan penyihir yang menggunakan mantra supaya penyembuhan bisa lebih cepat. Alhasil, semua orang yang terluka ketika perburuan sudah sembuh dan beraktivitas seperti biasa.

Akan tetapi, ada hal tidak biasa yang terjadi pada Alsyna ketika dia bertemu dengan Cleine--Sang Kesatria yang menyelamatkannya. Ketika dia tidak sengaja bertemu dengan Cleine, jantungnya berdebar dan hatinya terasa berbunga-bunga. Ada rasa senang ketika melihatnya, terkadang pipinya merona dan tidak kuasa berkata-kata. Alsyna tidak mengerti akan dirinya sendiri, dia bahkan pernah menemui dokter untuk diperiksa dan hasilnya, tubuhnya sehat dan berada dalam kondisi prima.

Sejak dulu dia selalu merasa ada yang hilang darinya, kini dia merasakan hal baru. Hal itu membuat dirinya bertanya-tanya apakah hal baru ini yang hilang darinya atau bukan. Alsyna kita adalah seorang gadis lugu yang tidak tahu apa pun tentang konsep cinta. Hingga suatu malam sebelum tidurnya, dia teringat tentang sebuah cerita yang pernah dia dengar dari salah seorang pelayannya. Sebuah kisah cinta romantis seorang gadis bangsawan.

“Cinta! Bukankah yang kurasakan ini disebut dengan cinta?” Alsyna tanpa sadar berseru kencang di dalam kamarnya.

Tuan Putri itu segera menutup mulutnya dan melihat ke sekeliling. Setelah beberapa detik memastikan keadaan, dirinya menarik napas lega. Dia takut seruannya terdengar oleh orang lain. Nyatanya tidak ada siapa pun selain dirinya di kamar itu, seruannya juga tidak terdengar oleh penjaga yang ada di depan pintu kamarnya. Alsyna tersenyum senang dan memantapkan hati untuk menerima fakta bahwa dia sedang jatuh cinta.

Ephemeral Princess [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang