•Book 7 | Desctruction of the Ephemeral Empire•

92 29 0
                                    

Mereka semakin dekat dengan ruang singgasana bersama raungan iblis yang semakin memekakkan telinga. Ketiganya berusaha lari sekencang mungkin, mencoba tidak peduli pada raungan-raungan mengerikan iblis. Namun, langkah mereka harus berhenti dengan paksa kala iblis dengan bentuk mirip dinosaurus yang bisa terbang dengan tubuh berwarna hitam berhenti di depan mereka. Awalnya hanya satu, hingga beberapa teman iblis itu mulai berdatangan mengepung mereka dari segala arah.

“Sir. Cleine, bagaimana ini?” Alista bertanya takut-takut.

“Tenanglah, aku akan menghadapi mereka.”

Cleine kembali berusaha menjadi tameng. Dia menyerang iblis itu lebih dulu hingga makhluk-makhluk abstrak itu kini mengepungnya.

Sebisa mungkin Cleine menghindar sembari mencari celah untuk balik menyerang. Iblis yang menjadi lawannya kali ini cukup gesit ditambah jumlah mereka terlalu banyak, sedang dirinya hanya seorang.

Akhirnya dia bisa menyerang. Cleine menyabetkan pedangnya beberapa kali pada iblis di hadapannya sebelum akhirnya iblis itu mati dengan cairan hitam yang mengucur deras.

Lelah. Keringat mulai bercucuran dari dahi Cleine. Dia lelah terus menghindar dengan kemungkinan menyerang yang sangat sedikit. Fokusnya semakin berkurang, hingga salah satu iblis berhasil melukai bahunya cukup dalam. Cleine mengerang dan refleks melempar pedang dari tangannya. Sebelum fokusnya kembali, iblis yang sama kembali menancapkan kuku tajamnya, kali ini pada kaki Cleine.

Melihat Cleine yang semakin melemah, Alista berinisiatif membantu. Dia mengambil pedang yang tergeletak beberapa meter darinya, lalu mengendap ke belakang salah satu iblis dan langsung menancapkan pedangnya secara asal. Iblis itu mengerang, dia langsung berbalik dan mengayunkan cakarnya, beruntung Alista segera menghindar dan kembali menancapkan pedang ke arah jantung Sang Iblis dan membuat iblis itu mati terkapar.

Para iblis yang melihat temannya mati kompak mengerang keras ke arah Alista. Mereka serempak mengayunkan cakarnya. Namun, sebelum cakar-cakar tajam iblis mengenai kulit Alista, mereka sudah lebih dulu tumbang. Alista terbengong sesaat melihat Pangeran Almeer dan para kesatria tersenyum ke arahnya sambil memegang busur panah, berikut dengan Alsyna.

Panah itu sudah dilumuri racun, maka dengan begitu iblis akan langsung mati, terkecuali yang mempunyai ketahanan tubuh kuat. Tadi sewaktu Alista menyerang iblis, Alsyna berlari ke ruang singgasana dan memanggil Pangeran Almeer untuk membantu bersama para kesatria.

“Ayo Alista, kita harus segera ke ruang singgasana. Cleine sudah lebih dulu diamankan.”

Pangeran Almeer berderap ke arahnya, meraih tangannya sebelum membawanya berlari ke arah ruang singgasana.

Hela napas lega dari ruang singgasana terdengar begitu rombongan Pangeran Almeer dan Putri Alsyna memasuki ruangan. Alsyna dan Almeer langsung menghadap ke arah Raja.

“Ayahanda, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa iblis menyerang kita?” tanya Alsyna.

“Ayahanda juga tidak tahu kenapa iblis menyerang kita, tapi ayahanda yakin inilah maksud ramalan penggembara buta yang datang waktu itu.”

“Maksud Ayahanda, kehancuran dimulai dari sini?” Kali ini Pangeran Almeer yang angkat suara.

Raja Tayron hanya diam, membuat Pangeran Almeer menganggap jawabannya adalah ‘Iya’.

“Ayahanda, kita harus bagaimana?” tanya Alsyna. Wajahnya pias seketika. Rasa takut mulai menghantuinya.

Raja Tayron turun dari singgasananya. Mendekat ke arah putri satu-satunya lalu meletakkan tangannya di bahu gadis itu. Raut khawatirnya kentara jelas.

“Alsyna, kau harus keluar dari istana,” ujarnya.

Alsyna menggeleng, tubuhnya bergetar.

“Tidak! Aku ingin bersama Ayahanda!”

“Alsyna dengar ...  keadaan istana sangat kacau sekarang, Sayang. Kau pergi ke luar istana, kau harus selamat.”

Raja berujar lembut sambil mengelus punggung putrinya guna menenangkan. Sementara Alsyna hanya diam.

Kini Raja Tayron beralih pada Almeer, menepuk pundak laki-laki itu sebanyak dua kali. Dia tersenyum sekilas.

“Almeer, kau akan ikut kakakmu ke luar. Jaga dirimu baik-baik. Dan jaga juga kakak yang sangat kau sayangi. Pilih pengawal-pengawal terbaik.”

“Lalu bagaimana dengan pangeran yang lain, Ayahanda?” tanya Almeer sembari memandang deretan para pangeran di sebelah kanan dan kiri singgasana.

“Mereka tetap di sini. Sisa pengawal dan beberapa penyihir akan melindungi tempat ini.” Raja tersenyum lalu mengelus lembut surai pangeran Almeer.

Mulai hari ini sudah ditetapkan. Lusa, rombongan Tuan Putri Alsyna dan Pangeran Almeer akan berangkat ke luar istana.

***

Hari yang tidak ditunggu Alsyna datang, hari di mana dia akan ke luar istana. Dulu mungkin, dia selalu mengharap hari ini tiba, tapi dalam situasi sekarang, rasanya menakutkan untuk melihat dunia luar yang mungkin sudah dipenuhi iblis.

Dengan perbekalan seadanya dan beberapa senjata serta gulungan racun mereka mulai keluar dari ruang singgasana setelah acara perpisahan yang cukup penuh drama. Dalam setiap langkah mereka berusaha tetap bersembunyi di balik tiang-tiang Ephemeral yang masih berdiri. Sementara jerit sakit, raungan iblis dan teriakan takut menjadi _backsound_ perjalanan kali ini.

Alsyna dan Alista saling bergandengan tangan. Beberapa kali Alsyna nyaris tumbang melihat darah-darah hitam iblis dan darah manusia tumpah ruah di sekitarnya. Ephemeral benar-benar hancur.

Namun, sebelum Alsyna nyaris tumbang untuk keempat kalinya, segerombolan iblis berhasil menekukkan mereka. Iblis-iblis itu berkepala anjing dengan badan domba serta ular sebagai ekornya. Bentuknya benar-benar aneh. Namun, kenapa harus sekarang? Kenapa saat tenaga mereka terkuras, iblis baru muncul?

Iya, mereka lelah oleh keadaan sekarang. Sedari kemarin lusa mereka tidak tenang tiap detiknya. Para kesatria bahkan hanya beristirahat sebentar sebab para iblis terus mengamuk. Jika boleh, Alsyna lebih memilih menyerah dan mati dari pada harus menghapi hari menyeramkan seperti ini.

(~•~) To be Continued (~•~)

Hai, guys? Gimana kabarnya? Yuhuu ... gimana sama part 7 ini? Suka nggak? ^^

Okelah, jangan lupa vote dan comment, ya, karya Orion Belt ini! Kritik dan sarannya, jangan lupa, oke?^^

See u next part! Love, Dwi Asriati

Kamis, 29 April 2021

Ephemeral Princess [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang