•Book 9 | Stopover in the City of Kalmir•

76 26 0
                                    

Sudah lebih dari 5 kali mereka berhenti hari ini. Alsyna yang tidak terbiasa berjalan jauh sebentar-sebentar meminta berhenti dengan alasan tidak kuat berjalan lagi.

“Tuan Putri, kita harus segera melanjutkan perjalanan,” ucap Cleine dengan kesal.

“Tidak! Aku sudah tidak sanggup berjalan lagi. Kenapa kau tidak tinggalkan saja aku sendiri.” Alsyna yang keras kepala mulai merajuk.

Saat ini mereka sedang berada di tengah perjalanan menuju kota terdekat dengan Santos, ibukota Kerajaan Ephemeral. Menurut peta yang Cleine dapat dari penduduk Santos, kota terdekat adalah Kalmir. Mereka mengambil jalan memutar karena jalan utama sudah diambil alih oleh para iblis.

Umumnya membutuhkan waktu sekitar dua hari jalan kaki melewati jalan utama untuk sampai di Kalmir dan sekitar tiga hari jika melewati jalan memutar. Akan tetapi, membawa Putri Alsyna berjalan jauh bukanlah hal yang mudah. Ini jadi kali pertama Alsyna melakukan perjalanan dengan berjalan kaki. Fisik dan mentalnya sangat tidak siap dengan kejadian akhir-akhir ini.

“Kita harus segera menemukan tempat aman sebelum matahari terbenam. Anda tidak ingin diserang oleh iblis lagi bukan?” Cleine mencoba membujuk Alsyna supaya mau melanjutkan perjalanan.

“Bukankah aku sudah bilang tidak sanggup berjalan lagi? Sejak kapan kesatria sepertimu berani memberi perintah pada Putri Raja sepertiku?” teriak Alsyna pada Cleine.

“Sekarang bukan saatnya bertingkah seperti seorang Putri Raja. Matahari sudah berada di ufuk barat, sebentar lagi tenggelam. Saat itu iblis-iblis akan aktif dan menyerang kita. Hamba tidak akan sanggup menahan mereka sendirian, Tuan Putri,” balas Cleine yang sebisa mungkin menahan untuk tidak berteriak di hadapan Alsyna.

“Apa maksudmu? Di mana pun aku berada, aku tetap seorang Tuan Putri Kerajaan Ephemeral.” Alsyna yang awalnya duduk kini berdiri, berhadapan langsung dengan Cleine. “Bukankah kau kesatria? Sudah tugasmu untuk bertarung. Jangan membuat alasan kau tidak bisa melawan iblis sendirian. Itu karena kau lemah, Tuan Eustacio!”

“Tu-tuan Putri, tenangkan diri Anda.” Alista yang sedari tadi diam kini bersuara, walau takut melihat Cleine dan Alsyna yang berdebat.

Cleine mendengkus kesal. Pria itu memalingkan wajahnya dari Alsyna, berusaha menahan amarah yang akan segera meledak. Sadar dirinya tidak akan menang melawan wanita, terutama Alsyna yang keras kepala. Cleine lebih memilih pergi mencari tempat aman untuk mereka beristirahat di malam hari.

“Kalian tunggulah di sini, aku akan segera kembali,” ucap Cleine lebih pada Alista.

“Ke mana Anda akan pergi, Sir Cleine?” tanya Alista yang cemas Cleine akan meninggalkan mereka berdua.

“Aku akan mencari tempat aman untuk kita beristirahat di malam hari. Segera pakai jubah kalian dan jangan membuat banyak suara.” Cleine segera memakai jubahnya lalu pergi meninggalkan Alsyna dan Alista.

Walau Alsyna memakainya dengan terpaksa, mereka berdua tetap menuruti perkataan Cleine.

Hening. Keduanya tidak bersuara, sibuk dengan pemikiran masing-masing. Sampai Cleine kembali, tidak ada percakapan di antara mereka. Bahkan ketika Cleine ingin menyampaikan tempat yang dia pilih, Alsyna dan Alista langsung pergi meninggalkan Cleine di belakang. Dengan terheran-heran, Cleine mengikuti langkah Alsyna dan Alista di depannya.
_Apa yang terjadi dengan gadis-gadis ini? Memangnya mereka tahu di mana tempat yang kupilih?_
_Wanita itu memang sulit dimengerti_ pikirnya.

Akhirnya setelah melewati perjalanan yang menguji kesabaran bagi Cleine, ketiganya sampai di Kota Kalmir.

Baru beberapa menit sejak mereka menarik napas lega, kini ketiganya kembali mendengkus pasrah. Bayangan mereka tentang kota yang ramai dan damai hancur sudah. Sepanjang penglihatan Alsyna, Alista dan Cleine hanya terlihat puing-puing bangunan dan beberapa mayat iblis serta manusia yang mulai berbau busuk. Namun, mayat di kota ini lebih sedikit daripada yang ada di Kota Santos.

Ephemeral Princess [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang