•Book 6 | Demon Assault•

97 31 0
                                    

Seminggu berlalu sejak kedatangan pengembara buta ke istana. Alsyna, Cleine dan Alista menjalani aktivitas mereka seperti biasa. Walau mereka masih penasaran dengan isi ramalan, ketiganya memilih untuk tidak ambil pusing. Alsyna, Cleine dan Alista berpikir kalau itu bukan urusan yang harus mereka pedulikan. Ketiganya memilih abai, tanpa tahu seperti apa takdir mereka ke depannya akibat ramalan tersebut.

Alsyna yang masih belum menyerah dengan cinta bertepuk sebelah tangannya seringkali mengganggu Cleine hanya untuk mendapatkan perhatian. Kesabaran dan keteguhan hati Cleine dalam menolak Alsyna patut diberi acungan jempol, sedangkan Alista hanya bisa memerhatikan dan sesekali melerai mereka jika sudah kelewat batas. Semakin lama, hubungan ketiga orang ini semakin dekat. Namun, belum cukup untuk mengatakan mereka berteman dekat dengan Putri Mahkota dari kerajaan Ephemeral. Mereka masihlah seorang yang melayani dan dilayani.

“Alista, bukankah akhir-akhir ini para pelayan sering sekali berbisik-bisik? Apa yang sedang mereka perbincangkan?” tanya Alsyna yang sedang dirias oleh beberapa pelayan termasuk Alista.

Gerakan tangan Alista yang sedang menyisir rambut Alsyna terhenti. “Apakah Anda merasa terganggu, Tuan Putri?”

“Ah, tidak juga. Aku hanya penasaran.” Alsyna menggelengkan kepalanya.

“Syukurlah jika Putri tidak terganggu. Saya pikir mereka membicarakan rumor yang beredar di istana.” Alista melanjutkan kegiatannya menyisir rambut Alsyna. “Bukankah beberapa hari yang lalu terjadi beberapa keanehan di kerajaan Ephemeral? Menurut rumor yang beredar, hal itu adalah ulah seorang penyihir.”

“Ada rumor seperti itu? Ya, memang sih beberapa hari yang lalu terjadi keanehan di kerajaan Ephemeral.” Alsyna berpikir sejenak. “Ah, bagaimana kalo kita tanya saja pada Ayahanda?”

“Izinkan hamba menjawab, Tuan Putri. Sepertinya saat ini Yang Mulia Raja sedang sibuk,” ucap seorang pelayan Alsyna yang ada di sana.

“Sibuk?” Alsyna melirik pelayan yang tadi berbicara.

“Iya, Tuan Putri. Para bangsawan keluar-masuk istana dan Raja seringkali tidak di tempat. Beberapa penyihir bahkan datang ke istana.” Pelayan tersebut membungkuk dan menjawab dengan sopan.

“Hm, terakhir kali aku bertemu dengan Ayahanda adalah ketika pengembara buta itu datang ke istana. Sudah sekitar seminggu sejak itu,” ucap Alsyna lebih pada dirinya sendiri.

Setelah selesai dirias, Alsyna berniat memanggil Cleine untuk menemaninya menemui Sang Raja bersama dengan Alista. Belum sempat Alsyna memerintahkan hal itu, Cleine sudah lebih dahulu masuk ke kamarnya dengan tergesa-gesa. Semua orang yang ada di sana terkejut dengan tingkah Cleine yang sangat tidak sopan.

“Sir. Cleine, itu sangat tidak—“

“Maafkan atas ketidaksopanan saya, Tuan Putri. Nanti akan saya jelaskan, sekarang Tuan Putri harus lari!” Cleine bahkan memotong ucapan Alsyna. “Semua! Lari dan selamatkan diri kalian, sekarang juga!”

Cleine menarik tangan Alsyna dan Alista keluar kamar, menyeret dua gadis itu untuk berlari. Keduanya berontak, tidak terima dengan yang dilakukan kesatria ini secara tiba-tiba.

“Hei, apa yang kau lakukan? Lepaskan tanganku! Penjaga!” teriak Alsyna.

Kosong. Lorong yang seharusnya terdapat penjaga di sisi kanan-kirinya itu kini kosong melompong. Beberapa prajurit berlari menuju kamar Alsyna. Alsyna berbalik dan melihat para pelayannya berbincang sebentar dengan para prajurit lalu pergi mengikuti para prajurit itu, entah ke mana.

“Sir. Cleine, jelaskan apa yang terjadi! Ke mana para prajurit itu membawa pelayanku?” Alsyna tidak lagi memberontak dan bertanya dengan tenang.

Ephemeral Princess [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang