Setelah menempuh perjalanan panjang yang memakan waktu hampir sebulan, Alsyna, Alista, dan Cleine kembali menemukan sebuah kota. Letaknya berada jauh dari pusat kerajaan Ephemeral. Namanya Kota Romusa. Penduduk di sini amat sedikit, bangunannya pun masih dengan bilik. Bahkan menara penanda ujung kota tak ada, hanya ada sebuah batu besar dengan tulisan Romusa.
Sebelum ke Kota Romusa, mereka lebih dulu ke Kota Equala, sayang kota itu juga sudah ditinggal penduduknya. Tampaknya iblis sudah menggapai Kota Equala, meski tidak ada mayat bergelimpangan, tapi ada beberapa kuburan baru.
Mereka mengembuskan napas lega saat memasuki sebuah penginapan. Setidaknya masih ada kota yang selamat tanpa adanya tanda-tanda penyerangan iblis.
Perbekalan mereka habis, hanya bersisa beberapa keping uang koin dan untungnya pemilik penginapan mengizinkan mereka menginap secara gratis.
“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Alista mengawali pembicaraan. Ketiganya sedang duduk di ruang tengah sembari menikmati jamuan dari penduduk di sini.
“Tinggal di sini?” Alsyna bertanya, mungkin lebih ke arah pernyataan daripada pertanyaan.
“Aku ingin membantu lebih banyak,” jawab Cleine, membuat Alsyna menoleh ke arahnya dengan alis naik sebelah.
“Bagaimana caranya?” tanyanya.
“Entahlah, mungkin mencari informasi lalu kembali melanjutkan perjalanan.”
“Aku tidak mau!” bentak Alsyna.
“Hamba tidak mengajak Anda, Tuan Putri.”
Cleine tersenyum simpul seolah tengah meledek Alsyna dan hal itu sukses membuat Alsyna kesal.
“Apa-apaan kau, Kesatria Cleine!”
Cleine mengembuskan napas jengah, sementara Alista hanya diam menonton. Perdebatan seperti ini terlalu sering terjadi di perjalanan, bahkan sekarang mereka mulai berdebat lagi.
Hening. Tidak ada yang bersuara. Mereka memakan makanan masing-masing. Lelah juga lapar membuat mereka semakin cepat melahap makanannya. Walau hanya menu sederhana, setidaknya ini jauh lebih baik.
“Aku akan ke kamarku, kalian istirahatlah,” ujar Cleine yang lebih dulu menghabiskan makanannya. Alsyna dan Alista menoleh padanya lalu mengangguk serentak.
Cleine langsung memasuki kamarnya, lalu berbaring di atas dipan kayu sembari memandang langit-langit kamar. Otaknya mulai berkelana menjajahi hari-hari kemarin dan berpikir apa yang akan ia lakukan setelahnya.
Jujur Cleine lelah. Dia juga ingin berhenti sama seperti yang Alsyna inginkan. Namun, melihat bagaimana mayat-mayat bergelimpangan di sepanjang jalan, dia tidak tega. Bagaimana mungkin seorang kesatria sepertinya hanya diam dan bersembunyi sedangkan keadaan di luar sana sedang kacau-kacaunya.
_Apa yang harus kulakukan?_ Kalimat tanya itu terus-menerus berputar-putar di otaknya hingga dia pusing sendiri. Cleine memejamkan matanya. Untuk sekarang dia tidak akan memikirkan apa-apa dulu. Untuk sekarang dia hanya akan beristirahat.
***
Matahari kini sudah tak tampak. Diganti dengan sinar temaram rembulan dan bintang-bintang. Langit tampak lebih indah malam ini.
Di bawah indahnya langit malam itu, Alsyna, Alista dan Cleine duduk di bawahnya. Mereka akan melakukan pertemuan terbuka dengan walikota dan beberapa kepala desa di penjuru Kota Romusa.
“Apa yang ingin Anda katakan, Tuan, Nona?” tanya Sang Wali Kota.
“Baik, saya Cleine. Di samping kanan Alsyna dan di kiri saya Alista. Kami ingin memberi sebuah informasi penting untuk keselamatan nyawa kalian.”
Cleine menjeda ucapannya membuat orang-orang di sana kebingungan. Dia juga sengaja merahasiakan identitas mereka. Kita tidak tahu, mungkin di antara mereka ada musuh kerajaan yang akan mengambil kesempatan ini untuk menyerang.
Sementara di samping kanan dan kirinya, Alsyna dan Alista hanya diam. Entah apa yang kedua gadis itu pikirkan. Lagian keduanya juga malas menjabarkan panjang lebar nasib na’as yang menimpa mereka.
“Kerajaan Ephemeral diserang, bahkan beberapa kota kini menjadi kota mati. Penghuninya memilih pindah untuk menyelamatkan diri. Kami juga begitu hingga bisa sampai di Kota Romusa ini,” jelas Cleine.
“Bukannya pertahanan militer Ephemeral sangat kuat? Bagaimana mungkin kerajaan ini diserang sampai penduduknya pindah? Itu tidak masuk akal, memang siapa yang menyerang mereka?” Salah satu kepala desa mengintrupsi dengan rentetan pertanyaan.
“Iblis, yang menyerang Ephemeral ialah bangsa iblis.”
Mereka kontan bungkam, terkejut setengah mati. Namun, salah seorang kepala desa langsung berdiri dan membantah dengan tegas lantaran tak percaya.
“Apa yang kamu katakan, hah? Tidak mungkin iblis menyerang Ephemeral! Memang untuk apa mereka melakukan itu? _Tcih,_ tidak ada gunanya!”
Cleine tersenyum lalu berkata, “Terserah kalian ingin memercayaiku atau tidak, aku hanya memberi tahu. Dan aku berpesan, jika kalian merasa kondisi tidak aman, segeralah lari ke tempat yang menurut kalian aman.”
Selepas mengatakan itu, Cleine bangkit berdiri diikuti Alsyna dan Alista. Ketiganya kompak membungkukan badan seraya berucap, “Kami pamit kembali ke penginapan.”
“Tunggu, duduklah sebentar saja.”
Wakil wali kota mengintrupsi, mencegat kepergian mereka. Tanpa banyak bicara ketiganya kembali duduk.
“Kau bilang kau tidak tau alasan iblis menyerang Ephemeral?” tanyanya.
Cleine, Alista dan Alsyna mengangguk serempak.
“Ya, kami tidak tahu,” jawab Cleine.
Wakil wali kota itu melirik Sang Wali Kota yang hanya diam menyimak.
“Mungkinkah Alamanda Sang Penyihir mengetahui sesuatu?” tanyanya pada Sang Wali Kota.
“Entahlah, tapi kurasa ada sesuatu yang dia tahu. Tidak mungkin penyihir besar sepertinya tidak mengetahui apa pun.”
“Siapa Alamanda?” Cleine menyela.
“Dia penyihir tua yang tinggal tidak jauh dari sini,” jawab wali kota.
“Bisakah aku bertemu dengannya?” tanya Cleine lagi.
“Aku tidak yakin dia akan mengizinkanmu masuk ke rumahnya, tapi aku akan menyuruh seseorang mengantarmu ke sana.”
Wali Kota Romusa tersenyum hangat dan kali ini Cleine tahu apa yang akan dia lakukan. Dia tidak akan menyerah di sini, bahkan jika Tuan Putri Alsyna menyerah. Semoga, titik terang masalah bisa mereka ketahui dari sini.
(~•~) To be Continued (~•~)
Hai, guys? Gimana kabarnya? Yuhuu ... gimana sama part 10 ini? Suka nggak? ^^
Okelah, jangan lupa vote dan comment, ya, karya Orion Belt ini! Kritik dan sarannya, jangan lupa, oke?^^
See u next part! Love, Dwi Asriati
Kamis, 6 Mei 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral Princess [Segera Terbit]
Fantasía[Follow sebelum membaca~] Advance Team 3 - Orion Belt -A Fantasy Story- **** • Ephemeral Princess • Alsyna, sang Putri Ephemeral yang manja jatuh hati pada seorang kesatria, namanya Cleine Aegus Eustacio. Namun, sayang kesatria Cleine justru mencint...