10. Tidak bermaksud meminta

380 9 0
                                    

°•• Happy reading ••°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°•• Happy reading ••°

"Aku pergi dulu, nanti kembali lagi. Paper bag di depan itu milikmu," ucap Hoseok yang mencium mata Andresa. Gadis itu sedikit membuka matanya karena efek ngantuk.

"Kau memberikanku apa?" tanyanya tanpa menatap Hoseok, matanya sudah ingin terpejam lagi.

"Baju bayi dan juga baju hamil untukmu."

Dalam hati Andresa berteriak senang karena Hoseok membelikannya baju. "Terima kasih....," jawab Andresa.

Tidak menjawab, Hoseok hanya tersenyum sembari mengusap kepala Andresa.

***

Pukul empat sore Andresa keluar dari rumahnya, dirinya berniat untuk bekerja ke mini market seperti biasa. Namun hari ini, dia memutuskan untuk mengundurkan diri dan memberitahu bossnya.

Andresa berjalan melewati proyek yang di maksud Joy tadi. Andresa menghentikan langkah kakinya di depan tempat itu. Di tatapnya lamat-lamat gundukan pasir, semen, batu-bata dan bahan bangunan yang lainnya. Di samping pagar pembatas yang terbuat dari seng, Andresa melihat sebuah papan dengan tulisan 'proyek bangunan Momo dari Jung's Group.' Marga itu adalah marga Hoseok, Andresa tahu itu bangunan milik Momo yang sedang dibuat oleh perusahaan Jung.

Andresa terus menatap ke dalam sana. Kedua tangannya hanya berani menggenggam tali tas slempangnya yang sudah mulai usang. Kalau di tanya, apakah Andresa iri melihat Momo yang begitu di sayang Hoseok dan keluarganya? Jawabannya Andresa iri. Tapi, Andresa menutupinya dengan bertindak tidak egois, karena Andresa bukan siapa-siapa Hoseok.

Andresa lalu menatap ke bawah, memandangi sepatunya yang sudah di jahit berkali-kali dan kulit tasnya yang sudah mulai terkelupas. "Bahkan untuk mengganti sepatu dan tasku aku harus berpikir ribuan kali, bagaimana bisa aku berpikir membangun bangunanku sendiri?" tanyanya pada diri sendiri.

Andresa juga ingin memiliki bangunan sendiri, tapi apa daya uangnya hanya pas-pasan untuk kebutuhan hidupnya dan persiapan untuk melahirkan. Lihat saja, rumah sewanya sangat penuh dengan rangkaian bunga dan rajutan tas yang dibuatnya sendiri. Itu artinya, Andresa belum mampu untuk meyewa bangunan lagi.

Andresa membuang napas pasrah. "Tidak apa, aku harus bersyukur," gumamnya pelan. Kakinya melangkah lagi menuju mini market untuk bekerja yang terakhir kalinya.

***

Di dalam rumahnya, Andresa dan Hoseok sedang bercengkrama. Andresa duduk di depan tv sembari merajut tas-tas pesanan dari para pelanggan. Di belakang Andresa, Hoseok sedang berbaring di atas kerpet bulu milik Andresa sembari mengunyah cookies buatan Andresa, matanya fokus menonton televisi.

"Aku tadi melihatmu," ucap Hoseok yang telapak kakinya menyentuh paha Andresa.

"Tadi kan kau ke sini, jelaslah bertemu denganku," jawab Andresa. Kini, ia mengganti benang rajutan menjadi warna biru tua.

"Bukan itu, aku melihatmu berdiri di depan proyek bangunan yang sedang aku bangun."

"Oh, itu. Iya, aku hanya melihat saja."

"Kenapa melihatnya dengan merenung?"

"Aku tidak merenung."

"Kau mau pergi kemana, tadi?"

"Aku pergi bekerja di minimarket dan kini sudah berhenti." Andresa mengambil remot dan menukarnya dengan siaran lain.

"Sebelumnya kau bekerja sampai jam berapa, sehingga kau berhenti sekarang?" tanya Hoseok penasaran.

"10 malam. Uangku sudah cukup, jadi aku pikir aku berhenti kerja sampai bayiku lahir."

Hoseok diam saja setelah mendengar jawaban Andresa.

"Apa proses kerja bangunannya Momo berjalan lancar?" tanya Andresa mencairkan suasana.

"Kau tahu tentang bangunan itu untuk siapa?"

Andresa mengangguk. "Aku tahu, ada tulisannya di papan dekat pagar. Apakah Momo menambah cabang lagi atau membuat usaha baru?"

"Membuat usaha baru," jawab Hoseok.

Lalu, Andresa menggangguk paham dan kembali diam melanjutkan rajutannya. Sekarang ia mengambil benang berwarna merah muda dan mulai merajut lagi membentuk topi bayi.

"Kenapa kau bertanya tentang usaha Momo?" tanya Hoseok yang terus menatap punggung Andresa, gadis itu sibuk dengan rajutannya.

"Ah, aku hanya bertanya saja," jawab Andresa pelan.

"Kau ingin juga punya gedung sendiri? Memangnya kau siapa? Kau bukan istriku seperti Momo, kau hanya mengandung anakku. Kenapa berharap mendapatkan sesuatu yang sama seperti Momo? Kenapa kau terlalu berlebihan menginginkan sesuatu seperti itu?"

DEG
Jantung Andresa berdenyut, ada rasa sakit tercipta saat pertanyaan Hoseok menembus indra pendengarannya. Andresa sedih, dia tidak bermaksud ingin minta sesuatu kepada Hoseok. Kenapa Hoseok begitu sensitif meresponnya?

"Tidak mau menjawab? Sadar kalo dirimu salah? Aku benar kan? Untuk apa aku memanjakan perempuan lain selain istriku? Apalagi kau hanya mengandung anakku bukan sebagai istriku. Kenapa otakmu berpikiran ingin memiliki gedungmu sendiri? Coba jawab, memangnya apa hakmu terhadapku? Tidak ada kan? Jangan coba-coba membandingkan hidupmu dengan istri sahku. Kau jalani saja hidupmu sendiri tanpa pikiran anehmu itu yang ingin memiliki apa yang Momo inginkan."

Tangan Andresa bergetar mendengar penuturan dari Hoseok. Akibat pertanyaannya tentang usaha Momo, Andresa mendapatkan serangan bertubi-tubi dari Hoseok. Tangannya tak mampu lagi memasukkan benang rajutan ke dalam lubang jarum.

Niatnya hanya ingin bertanya, bukan bermaksud meminta bangunan seperti Momo istrinya. Andresa jelas tahu posisi dia, tidak mungkin dia berani mengharapkan seperti Momo.

Apa Hoseok tidak tahu, bahkan Andresa kegirangan saat Hoseok membelikannya baju hamil dan membelikan baju bayi. Sungguh, Andresa merasa lebih dari cukup dengan pakaian dari Hoseok yang tengah dikenakannya sekarang.

Andresa melirik ke kanan sedikit, ekor matanya melihat Hoseok yang masih menatap punggungnya. "A-aku tahu...aku t-tidak bermaksud begitu...hanya ingin be-bertanya...," jawab Andresa gagap karena ketakutan. Lalu, matanya kembali fokus pada rajutan di tangannya. Seketika sebulir air mata turun dari ekor matanya. Dengan hati-hati Andresa mengusapnya agar tidak ketahuan Hoseok.

Jika ketahuan, Andresa takut Hoseok akan memojokkannya lagi karena menangis tidak mendapatkan sesuatu seperti Momo. Padahal, Andresa benar-benar hanya ingin mengobrol santai, bukan ingin meminta sesuatu yang tersirat lewat pertanyaannya tentang usaha Momo.

🌸🌸🌸

JANGAN LUPA BAHAGIA 💜💜💜

The Paradise - JHS [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang