SUDAH END [COMPLETE]
Jika cinta hanya menggenggam dua pilihan, hidup dan mati. Maka aku akan memilih mati. Mati membawa cinta karna cinta yang hidup hanya akan membuatku sengsara - Kim Andresa.
Mungkin, saat ini aku bodoh. Memilih meninggalkan dari...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°•• Happy reading ••°
"Jimin aku tidak mau....," ucap wanita itu dengan tangan mencengkram erat sebuah kursi di dalam rumah Tuhan.
Jimin mencoba melepaskan jari-jari Andresa yang mencengkram pada kaki kursi. "Apa kau takut pada eommaku?"
Andresa hanya menggelengkan kepalanya.
Jimin berjongkok mengambil dagu Andresa dan dibawa mendongak menatap mata Jimin. "Apa aku selalu menyakitimu? Apa aku tidak pantas untuk dirimu? Apa aku tidak sebaik Hoseok? Katakan, dimana letak kekuranganku Andresa?"
"Jimin... bukan begitu," lirih Andresa.
"Apa kau mau merebut kebahagian Momo? Kau tega? Coba tanya dirimu, apa masih pantas kau mengharapkan Hoseok kembali?" tanya Jimin bertubi-tubi. Jimin hanya ingin Andresa mengerti bahwa semua sudah tidak seperti dulu.
Membayangkannya membuat mata Andresa memerah. "J-jimin....."
Andresa meluruhkan semua genangan air mata yang tertumpuk di ujung mata. "J-jimin... aku sangat lelah... a-aku hanya ingin... uh... Jim-"
Melihatnya menangis seperti itu membuat Jimin menjadi tidak tega. "Maafkan aku." Jimin memeluk tubuh Andresa dan di dekapnya erat-erat. Jari jemari Jimin yang cukup besar memberikan ketenangan untuk mendamaikan hati Andresa.
"Tapi tidak untuk ini, aku akan tetap memaksa untuk menikah sekarang juga," final Jimin membuat Andresa mendongakkan kepalanya.
"Jimin..."
"Tidak ada penolakan Kim Andresa."
Andresa menarik kerah Jimin lalu mengecup bibir Jimin secepat kilat, membuat Jimin terkejut.
Wajah Jimin berubah menjadi kemerahan saat sesuatu seperti yupi menyentuh bibirnya. Apalagi yupi itu berasal dari wanita yang dicintainya.
"B-beri aku waktu.... j-jangan sekarang..."
Jimin masih terdiam merasakan euphorianya. Bolehkah Jimin meminta lagi karena ketagihan? Sungguh Jimin, kau sedang berada di rumah Tuhan sekarang.
"K-kenapa?" tanya Jimin dengan suaranya yang serak. Terdengar sangat sexy sekarang, belum lagi di tambah dengan senyum gulanya.
"A-aku hanya... perlu memikirkan ini itu...," jawab Andresa. Ia memandang ke bawah memainkan jari-jarinya. Tiba-tiba saja berada di dekat Jimin membuatnya sangat gugup.
"Memikirkan apa?"
"Tidak secepat itu, beri aku waktu.... aku tidak ingin menikah seperti ini."
"Tidak ada bedanya menikah hari ini dengan besok," serang Jimin.
"Aku kan juga ingin pakai gaun pengantin...," lirih Andresa pelan. Jari-jarinya berpindah mengusap sikunya untuk menetralkan rasa gugupnya.
Jimin tercekat, lalu seulas senyum terbentuk dari sudut bibirnya. Baik, Jimin kalah hari ini.
"Baik, nanti akan kubelikan gaun yang paling cantik untukmu."
"Y-ya sudah," jawab Andresa gerogi, lalu kembali memainkan jari-jarinya.
Jimin mengambil jari-jari itu untuk di usap. "Ayo lihat mataku...," pinta jimin. Mata laki-laki itu memandang Andresa yang wajahnya menunduk.
"Apa sekarang berada di dekat Jimin membuatmu malu?"
Andresa mengangguk pasrah, dirinya memang sangatlah malu dan jantungnya yang ketar-ketir setelah hampir empat bulan tidak bertemu Jimin.
Jimin menaikkan satu alisnya. Di usapnya tengkuk leher Andresa, membuat wanita itu mendongakkan kepalanya.
Jimin mengeluarkan senjatanya, senjata senyum gula. Lebar sekali, sampai-sampai pipi Andresa berubah warna menjadi kemerahan.
Pelan dan lembut, diiringi kepastian. Bibir Jimin mendarat di atas bibir Andresa. Jimin melumat bibir Andresa untuk menyalurkan apa yang selama ini sudah dia tahan-tahan dan disembunyikan. Jimin berjanji di dalam rumah Tuhan ini, ia akan selalu menjaga wanita yang berada dalam pagutan ciumannya.
Andresa membalas dengan membuka mulutnya. Membiarkan Jimin menemui lidah Andresa di dalam sana. Jari-jarinya meremas bahu Jimin, pertanda dia juga membutuhkan Jimin.
Andresa harap keputusannya tepat kali ini, memilih Jimin untuk menjadi suaminya.
Semoga tuhan membelanya kali ini, biarkan Jimin menjadi sebuah pelangi untuk Andresa.
Sungguh, Jimin mencintai Andresa sangat-sangat. Wanita itu hanya perlu memberikan cinta yang tulus untuk Jimin, dan itu cukup bagi Jimin.