16. Sebuah kenyataan

75 8 0
                                    

°•• Happy reading ••°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°•• Happy reading ••°

"Berbaringlah, perutmu sudah besar sekali." Jimin menuntun Andresa berbaring di atas kasur.

Andresa yang imut tidak fokus, matanya melirik sana-sini menelusuri apartement milik Jimin.

"Aku baru membelinya, Eomma tidak akan tahu. Jangan khawatir, aku akan lebih banyak menghabiskan waktu bersamamu," janji Jimin yang membuat Andresa melirik Jimin sebentar.

"Ah, itu...terima kasih," balas Andresa tulus.

"Baringkan kepalamu, lihat perutmu sudah semakin besar." Jimin menepuk pantat Andresa. "Nah, pantatmu saja yang tidak membesar," kekehnya karena merasa lucu menepuk pantat Andresa.

"Heh...pantatku mana bisa membesar. Aku akan tidur, ya... pinggulku rasanya nyeri sekali..."

Jimin duduk dipinggaran ranjang. "Aku akan memijitnya kalau begitu."

Jimin mulai memijit pinggul Andresa yang terasa nyeri, lambat laun Andresa akhirnya tertidur lelap karena pijitan Jimin yang sangat enak dan lembut.

Jimin berdiri dan menarik selimut menutupi tubuh Andresa. Mengecilkan volume pendingin ruangan agar Andresa tidak begitu kedinginan.

Di saat itulah, Jimin membuka bajunya dan menampilkan dada telanjangnya. Ada banyak bekas kemerahan pada sekitaran lehernya terpantul dari cermin yang ada di hadapannya. Ia memegangi bekas kemerahan itu dan mengukir senyum gulanya. Dengan mata indahnya ia menatap ke arah cermin, disanalah ia dapat melihat Andresa yang tertidur lelap.

"Dulu aku suka mengganti-ganti pacar dalam waktu yang cukup singkat karena aku bosan... tapi aku tidak pernah bosan berada di sampingmu, bukankah itu artinya memang aku sudah terlalu jauh menyandarkan hatiku pada hatimu?" gumam Jimin.

Jimin menyampirkan bajunya di atas kursi di depan meja rias. Dia keluar dari kamar dan duduk di sofa depan TV. Ia menghidupakn tv dan mengecilkan suara tv-nya. Tangannya bergerak mengambil HP dan menelpon seseorang.

"Hallo...aku Jimin."

"....."

"Carikan perancang busana dan bawa ke apartementku, aku tidak ingin berlama-lama menunda menikahi Andresa."

"...."

Jimin mematikan ponselnya. Kepalanya ia sandarkan pada sofa. Ada banyak yang akan diurus setelah ini. Mana tadi dia bertemu dengan Eunseo, gadis yang dipilihkan Eomma-nya untuk dinikahi, tentu saja Jimin menolak.

Jimin mengingat percakapannya dengan Eunseo tadi...

"Oppa, Eomma-mu hanya ingin kau menikahiku bukan Andresa Eonnie."

"Dia hanya Eomma tiriku, Eomma kandungku tidak melarang aku menikahi siapapun."

"Eomma kandungmu tidak berhak mengaturmu, dia bukan istri sah Appamu."

The Paradise - JHS [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang