Gilang Pariwijaya sedang menunggu Ardelia Khanaya, atau kerap dipanggil Aya. Gadis itu belum terbangun dari pingsannya. Petugas PMR bilang, ia mempunyai penyakit yang petugas itu tidak mengetahui. Gilang ingin membawanya ke rumah sakit. Namun, setelah dipikir-pikir kembali, lebih baik dirawatnya di sekolah saja.
Tak lama, datanglah Arjuna, ia berdiri di samping Gilang yang sedang memegangi tangan Aya. "Belum bangun juga?" Gilang tidak menjawab. Kalau boleh jujur, Gilang sebenarnya suka sekali dengan Princess-nya ini. Hanya saja, ia melihat Akbar yang sepertinya sangat menyayangi gadis ini. Maka, ia mundur. Persahabatan lebih penting dari apa saja.
Tak lama, tangan Aya bergerak dan ia membuka matanya secara perlahan. "Gil?" lirihnya.
"Iya, Ya? Kenapa? Masih sakit?" Dengan sigap Gilang langsung menyahut.
Aya menggeleng, "Kita ke kelas, yuk," ajaknya dengan suara pelan.
"Lo lemes banget, Ya. Lo di sini aja, ya? Lo udah makan belum?" Kentara sekali dari suara Gilang, kalau ia sangat khawatir.
Aya tersenyum tipis, "Udah, kok. Di rumah." Seakan tidak peduli dengan kehadiran Arjuna, ia sama sekali tidak mengajaknya bicara.
Gilang mengusap kepala gadis itu. Namun, Aya menepisnya dengan pelan. "Kita ke kelas, yuk!" ajaknya kembali.
Gilang terkekeh, "Bandel banget sih, lo!"
Aya berusaha bangkit dari tidurannya. Arjuna sendiri bingung, ia tidak tahu harus berkata apa.
"Sini gue pakein." Dengan senang hati Gilang memakaikan sepatu Aya. Arjuna yang melihat itu sedikit meringis. Ia jadi teringat, dulu Arjuna juga pernah melakukan itu.
Aya tersenyum saat Gilang sudah memakaikannya. "Yuk!" Aya mendahului Gilang.
"Gue duluan." Dengan datar Gilang berucap pada Arjuna. Lalu ia keluar UKS menyusul Aya.
Arjuna menghela napas. Apa selama ini ia salah? Ia pun keluar juga dari UKS.
"Shut, Arjuna!" bisik seseorang dari arah belakang Arjuna. Cowok itu menoleh, ia mendapati Sabrina dengan gelagatnya yang mencurigakan.
"Kenapa?" tanya Arjuna dengan alis yang terangkat.
"Sini!" perintah Sabrina. Arjuna pun menghampirinya.
"Ada apa?" tanya Arjuna bingung.
"Lo harus tau apa yang terjadi. Sini, lo liat ini," ucap Sabrina sambil menayangkan sesuatu dari ponselnya.
🍂🍂🍂
Aya sekarang sedang membaca buku paket Matematikanya. Ia terlihat sangat serius, sehingga tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikannya, yaitu Arjuna.
"Serius amat sih, lo!" celetuk Akbar yang berada di sebelah Aya. Ia mengacak-acak rambut Aya gemas. Namun, dengan kasar gadis itu menepisnya. "Ih! Sama Kakak sendiri!" sebal Akbar. Ia pun mencoba untuk bersender di bahu Aya. Namun secepat mungkin gadis itu menghindar. "Ck! Pelit!"
"Inget! Semua orang gak ada yang tahu kalau kita Kakak-Adek!" kesal Aya.
Arjuna tersenyum miris. Seharusnya ia menyadari hal ini lebih awal. Aya adalah gadis yang bukan murahan. Ia sangat tidak suka disentuh. Bahkan, sama kakak tirinya pun ia tidak mau. Arjuna juga mengingat, saat Gilang mencoba mengusap kepala gadis itu, tetapi Aya segera menepisnya. Bahkan gadis itu berjalan mendahului Gilang. Ia juga teringat, selama ini Aya tidak ingin memegang pinggang cowok itu saat diboncengkan. Ia lebih memilih memegang pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JERITAN BATIN [TELAH TERBIT] ✔
Teen FictionSemua orang hanya bisa mendengarkan, bukan bantu menyelesaikan. Lantas, untuk apa bercerita kepada dirimu? -Ardelia Khanaya Dengan bercerita, luapan emosi keluar sudah. Batin yang selalu disiksa olehmu hanya butuh didengarkan, dengan siapa pun dan...