Hari ini, tepat lima hari sudah Aya menjalankan skorsnya dan juga perkerjaanya menjadi kasir minimarket.
"Woi!"
"Eh?!" Aya terkejut. "Jasmine, ih!" Ia memukul pelan pundak sahabatnya itu.
"Lagian bengong aja, kerja yang bener," kekeh Jasmine.
"Iya! Lagian juga belum ada pembeli!" kesal Aya. Sekarang sudah pukul 09.00 Pagi. Pengunjung baru sedikit yang datang. Tiba-tiba ia teringat sekolah. Ia kangen duduk dengan Arjuna. Diajarkan pelajaran yang dia tak mengerti olehnya. Arjuna dengan sabar membantu Aya yang bisa dibilang cukup lemot dalam masalah pelajaran.
Ia memandangi ponselnya. Papanya apa kabar, sekarang? Apa iya, papanya tidak mencarinya selama ini? Ia rindu. Walau papanya galak dan suka memukulinya, tetap saja hal itu tidak membuat rasa cinta pada papanya berkurang.
"Lo kenapa?" tanya jasmine prihatin.
"Gue tiba-tiba kangen sama Papa gue. Pola makan Papa gue bener gak, ya? 'Kan biasanya gue yang masak. Gue takut, Papa gue jarang makan," renung Aya.
Jasmine memegang kedua pundak sahabat barunya itu, "Kalau lo kangen, lo janguk Papa lo, minta maaf walau sebenarnya lo gak salah."
Aya menatap Jasmine, "Gue waktu itu langsung minta maaf. Cuma Papa gue tetep marah sama gue."
Jasmine menghela napas, "Iya, gue tau. Tapi setidaknya lo jengukin Papa lo sekarang. Masa iya, lo bener-bener pergi dari rumah dan gak balik lagi?"
"Papa gue sendiri yang bilang, Min. Papa gue gak mau ketemua gue!" sungutnya.
"Dengar gue, mau Papa lo galak, kasarnya minta ampun, tetap aja, dia Papa lo. Gak ada orangtua yang benar-benar membenci Anaknya. Paling Papa lo cuma kebawa emosi waktu itu." Jasmine mencoba menjelaskan pada Aya secara perlahan. Agar gadis muda ini paham apa yang dimaksudnya.
Aya tampak berpikir, tetapi rasanya, ia tak pernah melihat papanya menunjukan rasa sayang pada dirinya walau hanya sedikit.
Ting ting ting
Dering ponsel Aya berbunyi menandakan ada panggilan yang masuk.
"Apakah benar, ini dengan Aya, Putri dari Pak Altar Mawardi?"
Deg.
Aya mencoba berpikir positif, "Iya, benar. Ini Aya, Putri dari Pak Altar Mawardi. Maaf, ini siapa, ya?"
"Saya Dokter Laila, Mba. Saya ingin memberitahu, Bapak Mba masuk rumah sakit, karena pingsan di warung makan, jam 08.00 Pagi tadi."
Deg.
Hati Aya mencolos mendengarnya, ia terpaku untuk beberapa saat sebelum akhirnya Jasmine menyadarkan dirinya. "Ya? Kenapa?"
Aya menatap Jasmine dengan tatapan kosong.
"Halo, Mba?"
Aya segera menempelkan ponselnya kembali ke telinganya. "Iya, Dok? Papa Saya hanya pingsan saja, 'kan, Dok?" Sungguh hati Aya deg-deg'an tidak karuan sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
JERITAN BATIN [TELAH TERBIT] ✔
Ficção AdolescenteSemua orang hanya bisa mendengarkan, bukan bantu menyelesaikan. Lantas, untuk apa bercerita kepada dirimu? -Ardelia Khanaya Dengan bercerita, luapan emosi keluar sudah. Batin yang selalu disiksa olehmu hanya butuh didengarkan, dengan siapa pun dan...