Pagi ini, Aya sedang berkutat di dapur. Tadi malam, ia berhasil pulang sebelum papanya kembali. Ia sangat senang mempunyai teman seperti Arjuna, yang dengan suka rela membantu dirinya, tidak malu berteman dengannya.
Aya pun tengah keribetan dengan sup ayamnya. Ia sesekali melirik youtube yang menayangkan bumbunya. Berapa sendok garam, lada dan yang lainnya. Sekarang, dirinya sudah sedikit ahli dalam memasak. Walau, sesekali harus melihat youtube.
Akhirnya sop ayamnya pun selesai dimasak dan telah disajikan. Ia pun terburu-buru ke kamarnya. Ia segera mandi dan bersiap-siap untuk sekolah.
Setelah mencepol rambutnya asal. Ia pun segera memakai sepatu sekolahnya dan mengambil tas serta ponselnya.
Aya membuka kamarnya secara perlahan. Ia tak mau mengganggu papanya yang sedang sarapan. Papanya itu tak pernah mengajak dirinya untuk sarapan bersama. Entah karena apa. Hati seorang anak mana yang tak sakit melihat sikap papanya dingin padanya.
"Pa?" panggil Aya dengan pelan.
Papanya yang sedang sarapan itu menengok pada putrinya.
"Aya, sekolah dulu, ya?" ucapnya dengan sedikit takut.
"Suruh siapa Kamu sekolah?! Kemarin Papa bilang jangan sekolah, ya, jangan sekolah! Tapi Kamu malah sekolah!"
"Tapi, Pa? Sekarang Aya ada ulangan, Pa."
Papa Aya menatap putrinya itu dengan sangar, "Bener?!" tanyanya dengan suara yang tajam.
Aya mengangguk, "Bener, Pa."
Papa Aya pun menghela napas. "Ya udah, sekarang Kamu boleh sekolah. Dengan syarat, Kamu harus dapat nilai seratus di ulangan harian Kamu ini!" tekan papanya.
Aya meringis, "Iya, Pa. Aya usahain."
Papa Aya pun telah selesai sarapan, ia segera memakai sepatu dan juga mengambil kunci motornya. Tanpa berpamitan pada Aya, Ia segera keluar dari rumahnya begitu saja.
Aya mengehela napas. Tak bisa ditahan, satu tetes airmata turun dari mata indahnya. "Kapan Aku diperbolehkan mencium punggung tangan Papa?" monolognya dengan suara serak. Jujur, Aya sangat menyayangi papanya itu. Apakah papanya itu juga menyayangi dirinya?
Aya dengan cepat mengusap airmatanya. Ia pun membersihkan bekas papanya sarapan tadi. Setelah selesai semua. Ia segera keluar dari rumah.
🍂🍂🍂
"Bener, ya? Nanti pulang sekolah, ya?" tanya Aya untuk kesekian kalinya.
Arjuna mengehela napas. "Lo gak pegel, Ya? Nanya itu terus?"
Aya menggeleng polos.
"Aya!" sapa seseorang. Arjuna dan Aya yang sedang berada di koridor pun meoleh ke arah belakang.
"Leon?" gumam Aya bingung.
"Hai, Ya!" sapa Leon saat sudah berada di hadapan Aya.
"Hai, Yon!" sapa Aya balik.
Leon menatap Arjuna sebentar, lalu beralih pada Aya. "Ya? Lo jangan deket-deket sama Juna."
Aya mendelik tak suka, "Kenapa?"
"Dia itu gak baik buat, Lo!"
"Maksud lo apa, ya?" tanya Arjuna dengan wajah datarnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/261700574-288-k180684.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JERITAN BATIN [TELAH TERBIT] ✔
Genç KurguSemua orang hanya bisa mendengarkan, bukan bantu menyelesaikan. Lantas, untuk apa bercerita kepada dirimu? -Ardelia Khanaya Dengan bercerita, luapan emosi keluar sudah. Batin yang selalu disiksa olehmu hanya butuh didengarkan, dengan siapa pun dan...