Rey kembali melihat potongan koran yang ada di tangannya. Ada rasa kecewa, rindu sekaligus kesal pada dirinya.
Ando dan Zulfan juga sangat kaget setelah mendengar penjelasan Mama Ririn yang lebih mirip seperti cerita dalam novel sci-fic.
Sosok Brasdan yang lembut juga sangat menyayangi Rey, berubah menjadi seseorang yang kasar. Hal itu membuat Rey berbalik untuk membenci sosok pria itu. Namun, ia salah besar, orang yang selama lima tahun ini ada di rumah mereka bukanlah Papa Brasdan, tetapi hanyalah sebuah robot yang diciptakan sampai menyerupai manusia untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh pemiliknya. Sosok penting dalam hidup Rey bahkan sudah pergi untuk selama-lamanya, namun mengapa Rey baru mengetahuinya sekarang?
"Rey ..." ucap Ando seraya mengelus bahu kiri Rey yang justru ditepis begitu saja olehnya.
Rey masih belum bisa mencerna apa yang dijelaskan Mama Ririn. Kenapa hal sebesar ini harus disembunyikan darinya sampai selama ini? Mamah tercinta yang selama ini sangat menyayanginya, bahkan membiarkan puteranya dipukul oleh sebuah robot sampai selama ini juga? Seriously ...
"Rey, sekali lagi, Mamah minta maaf, Sayang! Ini semua demi kebaikan kita, kebaikan kamu dan kebaikan perusahaan!" kata Mama Ririn yang berusaha untuk menjelaskan pada Rey agar dia mengerti.
Tanpa menjawab penjelasan Mama Ririn, Rey memilih pergi meninggalkan ruang kerja ayahnya untuk menuju ke kamarnya dan menutup pintu rapat rapat.
"Ando, Zulfan ...," panggil Mama Ririn kepada Ando dan Zulfan yang masih menatap kepergian Rey dengan rasa iba.
Merasa namanya di panggil, Ando dan Zulfan langsung mengedarkan pandangannya pada Mama Ririn.
"Iya, Tante," jawab mereka bersamaan.
"Tante tau, kalau kalian adalah sahabat Rey dan tanpa Tante suruh pun, kalian pasti akan merahasiakan hal ini, 'kan?" tanya Mama Ririn yang berharap pada kedua sahabat Rey agar bisa menyimpan rahasia yang sudah lima tahun dia jaga.
"Pasti, Tante, kita nggak mungkin emberin rahasia Tante ke orang lain," jawab Zulfan.
"Ando juga janji, Tante, nggak akan bilang hal ini ke siapapun," sela Ando.
Mama Ririn pun mengangguk paham dan percaya dengan apa yang kedua sahabat Rey katakan. Mama Ririn menghapus paksa air mata yang turun begitu hingga membasahi kedua pipinya.
"Rey sangat beruntung karena dia punya sahabat seperti kalian," puji Mama Ririn sambil tersenyum haru.
"kita juga beruntung, Tante, karena punya sahabat seperti Rey," timpal Zulfan dengan jujur.
Mama Ririn menghela napasnya yang terasa sesak dan menundukkan kepala sambil merenungkan kesalahan yang sudah ia perbuat. Hati Rey terkadang cukup sensitif, jika sudah menyangkut orang-orang yang ia sayang dan wanita itu pikir rahasia ini telah membuatnya terluka.
Melihat kondisi Mama Ririn yang sedang tidak baik, Zulfan dan Ando pun pamit untuk pulang agar dapat memberi ruang pada anak dan ibu itu untuk sementara waktu.
"Kalau gitu, kita pamit dulu, ya, Tante?" pamit Zulfan pada Mama Ririn.
Mama Ririn masih tak merespon ucapan Zulfan, seolah tak mendengar apapun.
"Tante," panggil Ando dengan nada biasa namun terdengar lebih kencang di dalam keheningan.
Zulfan langsung memukul pundak kanan Ando. "Nggak sopan banget sih, Lo!" omel Zulfan.
Panggilan dari Ando membuat Mama Ririn terlepas dari lamunannya.
"Iya, ada apa? Kenapa?" sahut Mama Ririn bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad or Good? (END) ✔️
Science-FictionCerita ini telah diikutsertakan dalam event 'Blowing Your Bubble with Us' dengan @Wpe_Surd selama bulan Ramadhan. #eventbubblewpe #Eventbbwpe This story is Win!! Congrats to me and @Gadistina😘 Rey, Zulfan, dan Ando adalah tiga mahasiswa tingkat ak...