07 -- Pantai Ancol (pt. 02)

43 23 7
                                    

Flashback

"Ra, tadi malam setelah gue dari kamar mandi, gue tersesat ke jurang. Di sana gue ketemu anak kecil yang habis jatoh dari mobil. Gue berhasil nyelametin dia, tapi pas gue bilang ke dia buat ikut ke sini, dia nggak mau. Dia bilang mau nyari temennya yang hilang. Menurut lo gimana?" ucap Najwa panjang lebar.

Ara menganga lebar ketika mendengar Najwa menceritakan sesuatu yang aneh. Jurang, bagaimana mungkin Pantai Ancol memiliki jurang? Itu sangat mustahil, karena menurut sepengetahuan Ara, tak ada jurang yang ada di sekitar wilayah Ancol. Ya, mungkin kecuali dengan wilayah Jurang Mangu. Tetapi, itu bukanlah nama jurang, itu adalah nama stasiun kereta!!

"Naj, gue tahu kalo lo tuh bukan orang sini asli dan tak tahu kalo di sini kagak ada wisata hutan yang punya jurang. Lo ngigo, ya?" tanya Ara sambil memandang Najwa dengan prihatin.

Najwa mengernyitkan dahi saat mendengar jawaban Ara. Kemarin dengan jelas, dia bisa merasakan kalau ia sempat masuk ke tempat bekas Camp yang ada di dekat jurang. Apa kemarin itu dia hanya mimpi?

"Kata petugas dari Ancol yang kebetulan adalah saudara gue yang kerja di bagian keamanan. Jam satu pagi, mereka melihat lo berputar-putar di pojok pantai dan terlihat seperti orang yang linglung. Kemudian, jam empat pagi, mereka melihat lo berbincang sebentar dengan seorang pengunjung yang datang dari selatan, lalu kau pergi setelahnya. Yang jadi pertanyaan dalam pikiran gue, siapa gadis yang lo maksudkan, Naj? Dari cara berbicara lo tadi pagi, lo kagak keliatan kayak orang yang lagi bohong. Lo baik-baik aja, Naj?" jelas Naura sambil menyeruput ice tea dan memandang kedua teman cowoknya yang sibuk bermain voli di pantai.

Najwa tak menjawab pertanyaan dari Naura, ia menghela napas sebentar, lalu bangkit dari kursi pantai sambil menenteng tas kecilnya.

"Gue pengen istirahat dulu di penginapan. Hari ini gue bener-bener letih, gue bakal kembali ke Camp, sore nanti. Bye-bye ...," ucap Najwa sebelum pergi dari pantai.

Naura dan Ara menatap sedih sahabat mereka yang sepertinya tertekan dengan apa yang baru dia hadapi beberapa jam yang lalu di Pantai Ancol.

.
.
.

Ansabella berjalan semakin jauh menjauhi wilayah pantai yang sejauh ini terlihat sangat berbeda dari pantai yang sering ia lihat bersama Rey dan keluarganya, jika sedang berlibur di Ancol.

Ansabella duduk di dekat pohon kelapa dan segera memasang baterai cadangan yang ia simpan di dalam tas kecil. Kebetulan yang sangat ia syukuri, karena sebelum pergi dari Jogja, Mama Ririn sempat memberikan tambahan baterai cadangan untuknya. Kemarin di Las Vegas, ia bahkan tak menggunakan baterai cadangannya, tetapi sekarang, ia bahkan sudah menghabiskan dua baterai cadangan yang itu berarti, dia sudah menempuh banyak jarak. Dia tak sempat untuk mengisi ulang daya baterai yang sudah kosong karena dia ingin cepat-cepat bertemu dengan ketiga teman ayahnya.

Baterai cadangan milik Ansabella hanya akan digunakan saat dalam keadaan mendesak saja, karena pada dasarnya, tenaganya berasal dari sinar matahari. Selama sinar matahari masih ada, dia akan baik-baik saja. Apalagi, setelah peng-upgrade-an di Atlantic Lab Services, Inc., ia merasa kalau bahwa tubuhnya sangat ringan dan tak cepat panas.

"Aku memiliki banyak cadangan energi, tapi aku ingin mengistirahatkan tubuhku agar tidak semakin panas. Namun sejauh aku berjalan, aku tak melihat penginapan apapun kecuali suasana yang masih hijau seperti ini. Aku seperti tersesat di sebuah hutan," ucap Ansabella bermonolog.

Saat Ansabella sedang mengamati suasana, seorang gadis kecil berambut cokelat pendek menghampirinya.

"Kakak, kenapa duduk di sini? Kakak terlihat sangat lelah. Ayo datang ke rumah!" ucap gadis itu dengan riang.

Bad or Good? (END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang