Ara menggeser slide demi slide foto-foto yang ada di ponselnya sambil tersenyum.
"Gue baru sadar kalo lo seganteng ini, Vin," puji Ara ketika menatap layar ponsel dengan senyum yang lebar.
Namun ketika slide yang dia geser sedang menampakan fotonya dengan kedua sahabat yang kini ia tinggalkan, senyumnya luntur seketika.
"Ckckck aissh, kenapa foto para munafik ini masih ada, sih?" gerutu Ara segera menghapus foto-foto yang menunjukan dirinya sedang bersama Najwa dan Naura.
"Sungguh malang nasib gue, punya sahabat kaya lo berdua, dulu gue begitu takut sendiri, takut kalau kalian sampe ninggalin gue, tapi sekarang gue sadar kalau sendiri itu lebih baik daripada bersama, namun kalian justru merebut semua hak gue." ucap Ara bermonolog.
Ara kembali teringat kepada peristiwa saat ia datang ke penginapan untuk mengambil beberapa barangnya yang masih tertinggal.
Baru saja dia ingin masuk ke kamar itu, dirinya justru melihat Najwa yang telah kembali ke penginapan itu.
"Hah? Bukannya Kevin bilang kalau Najwa ada sama dia, tapi kok Najwa bisa pulang, sih?" gumam Ara kesal.
Ara mendengar banyak hal yang mengejutkan dirinya. Dari Najwa yang bilang kalau tugas mereka sudah selesai dan Rey aman, sampai pada beberapa fakta yang mampu membuatnya shock berat.
"Kenapa Kevin biarin ini semua terjadi? Bukankah dia udah janji untuk tetap nahan Rey? Sepertinya gue kudu tanyain hal ini lagi pada Kevin."
Ketika Ara melewati kamar Rey, Zulfan, dan Ando, dia mendengar suara tawa dari ketiga sahabat itu.
"Mereka sama saja dengan kedua mantan sahabat gue," gumam Ara sebal.
Ara yang sudah merasa sangat jengah, lantas berlari ke arah taman dan berusaha untuk memanggil Kevin. Biasanya jika dia memikirkan Kevin, maka Kevin akan datang untuk menemui dirinya.
"Kevin, kok lo nggak dateng, sih? Apa dia udah lupain gue?" gumam Ara.
Ara berkacak pinggang sambil mondar-mandir karena tak sabar. "Kalo Kevin nggak bisa nepatin janjinya, berarti gue harus gerak sendiri."
Ketika Ara ingin kembali ke penginapan untuk mencari informasi lagi, ia melihat kedatangan Raksa dan Ansabella secara tiba-tiba dari kejauhan. Gadis itu buru-buru bersembunyi dan mencoba untuk menguping pembicaraan keduanya.
"Tugas kita sekarang tinggal dua, yaitu mengambil kedua Robot AI itu dan memastikan kalau semua orang yang terseret dalam masalah ini untuk segera mendapatkan serum penghapus sebagian memori dari kenangan. Kevin dan kedua orangtua Rey sudah lenyap, lalu MadCow-30 di dalam Rey sudah banyak berkurang dan membuatnya aman. Bonusnya, Rey dan Najwa sudah menjadi sepasang kekasih. Kita akan pamit dulu pada Pak Darman sebelum pergi ke Jakarta. Apa kau setuju?"
Raksa menghela napas, lalu tersenyum tipis. "Kita sudah mengalami banyak hal, Bel. Kau bahkan merelakan Rey untuk bersama Najwa. Aku menyukai gadis itu, tapi sepertinya aku bernasib sama dengan dirimu."
Ara mengepalkan kedua tangannya ketika mendengar semua ucapan Raksa. "Mereka udah bikin gue bener-bener kehilangan dan terpuruk."
Ara yang sudah terlanjur muak, lantas mengirim pesan ancaman pada Naura. Ia juga memutuskan untuk menjadi mata-mata dari para pecundang yang dulu mengaku sebagai sahabatnya agar bisa mendapatkan informasi lain yang sewaktu-waktu bisa digunakan sebagai 'peluru' untuk menembus perasaan mereka.
Hal itu memang tidak mudah bagi Ara, namun ia terus berusaha untuk bangkit dan tak jatuh setelah kehilangan Kevin.
Ara yang memang pandai dalam Fisika Kimia, diam-diam juga memiliki beberapa alat canggih yang ia ciptakan sendiri. Salah satunya adalah kamera pengintai super mini yang tak terdeteksi oleh sensor apapun karena dia sendiri yang sudah mengatur kamera itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad or Good? (END) ✔️
Science FictionCerita ini telah diikutsertakan dalam event 'Blowing Your Bubble with Us' dengan @Wpe_Surd selama bulan Ramadhan. #eventbubblewpe #Eventbbwpe This story is Win!! Congrats to me and @Gadistina😘 Rey, Zulfan, dan Ando adalah tiga mahasiswa tingkat ak...