Kevin membawa Najwa ke apartemen miliknya yang bernuasa putih, lalu menyuntikkan serum pemulih tenaga pada Najwa agar kembali pulih. Sudah tiga puluh menit lamanya, Najwa tak kunjung bangun juga.
Kevin terus memandang Najwa dan menggenggam tangannya dengan penuh perhatian.
"Ternyata kamu masih pake cincin pertunangan kita, Naj," gumam Kevin sambil tersenyum kecil.
Beberapa lama kemudian, Najwa tersadar dan membuat Kevin membantu Najwa untuk duduk. Dia mengambilkan segelas air putih untuk Najwa dan langsung di minum habis oleh gadis itu.
"Kenapa kamu bawa aku ke sini?" tanya Najwa.
"Aku ingin obatin kamu, Naj. Aku sudah membuat kesalahan dan aku juga harus memperbaikinya," jawab Kevin.
Najwa tersenyum tipis. "Kamu yakin ingin memperbaiki semuanya?" tanya Najwa memastikan.
"Aku nggak akan mencoba untuk memperbaiki semua ini, Naj. Aku janji!"
Najwa masih mempertahankan senyumnya. "Aku harap kamu bisa menepati janji ini, Vin."
"Maafin aku, Naj," ucap Kevin yang kemudian langsung memeluk Najwa.
"Aku udah maafin kamu, Vin. Hanya saja, kenapa kamu dukung Ara untuk berbuat hal yang jahat? Vin, kamu nggak mungkin ngelakuin sesuatu tanpa sebab. Jadi, apa alasannya?"
Mata Kevin berpendar biru redup. "Waktu itu, setelah pertengkaran kalian di Jogja, dia datang ke sini dan membuat aku penasaran. Aku datang menghampirinya dan saat dia melihatku, awalnya dia tak percaya kalau aku adalah robot yang menjadi tunanganmu, dia minta aku untuk membuktikan kekuatan yang aku punya. Kamu tahu sendiri kalau dia adalah seorang gadis yang ambisius dan aku merasa tertantang hingga aku tak bisa menolak permintaan dia untuk menunjukkan kekuatanku sebagai seorang robot."
"Tapi kenapa kamu bisa terikat janji dengan Ara?"
"Ara bawa gelang yang kamu buat diam-diam tanpa sepengetahuanku, Naj. Waktu itu aku diem aja pas kamu buat gelang itu, tapi sejujurnya aku tertarik dengan komponen yang ada di gelang itu. Dia membawa gelang itu dan aku tertarik untuk memiliki gelang itu. Kamu tahu? Ada beberapa komponen di gelang itu yang bisa mengembalikan kekuatanku. Aku memaksa Ara untuk memberikan gelang itu dan dia memberikanku syarat agar aku tetap menahan Zildan, eh maksudku Rey untuk tetap berada di sini supaya dia tidak kembali ke zaman kamu. Dia bilang kalau kamu suka dengan Rey, bener itu, Naj?"
Najwa melepas pelukan Kevin. "Kamu punya sensor rasa yang bisa mendeteksi pikiran seseorang, Vin. Iya, aku memang menyukai Rey, tapi rasa itu tidak sama dengan apa yang pernah aku rasakan ketika mendengarmu melamarku di depan Raksa."
Kevin mengelus rambut Najwa dengan mata yang berpendar biru terang.
"Vin, apa boleh jika minta satu hal sama padamu?"
"Boleh, kamu mau apa?"
"Aku mau kamu jauhin Ara setelah ini. Bukankah aku adalah tunanganmu?"
"Najwa, aku sudah janji dengan Ara untuk bantu dia, Naj."
Najwa menggelengkan kepalanya dengan wajah yang datar. "Kamu siap jika aku memutuskan pertunangan ini?" ancam Najwa.
Kevin menggelengkan kepala dengan kaku. "Jangan lakukan itu, Naj dan bisakah kamu memberikanku waktu untuk menyelesaikan permasalahan ini?"
"Oke."
Kevin mengelus lagi rambut Najwa. "Aku akan segera kembali!" ucapnya.
"Vin?"
"Iya, Naj. Kamu butuh sesuatu?"
Najwa mengangguk. "Pintunya nggak usah di kunci, ya. Aku pengen jalan-jalan buat cari angin segar nanti. Nggak mungkin 'kan kalau aku ada di dalam apartemen terus? Kamu tahu persis kalau aku nggak suka dengan aroma apartemenmu yang mirip dengan obat rumah sakit. Boleh, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad or Good? (END) ✔️
Science FictionCerita ini telah diikutsertakan dalam event 'Blowing Your Bubble with Us' dengan @Wpe_Surd selama bulan Ramadhan. #eventbubblewpe #Eventbbwpe This story is Win!! Congrats to me and @Gadistina😘 Rey, Zulfan, dan Ando adalah tiga mahasiswa tingkat ak...