27 -- Kembali

12 2 0
                                    

Najwa sedang duduk santai di balkon sambil memandangi langit malam.

"Najwa!" panggil Rey.

Rey baru datang seraya membawa dua gelas teh jahe hangat dan sepiring roti selai kacang.

"Rey, aku baru menyadari kalo langit malam di sini begitu indah, ya?"

"Hem, begitulah ... ."

"Emmm ... Rotinya enak banget, Rey. Kamu sendiri yang buat?" puji Najwa sambil menikmati roti selai kacang yang dibawa Rey.

"Beneran muji atau ada maunya?" tanya Rey sambil terkekeh kecil.

"Hahaha ... Cuma ada maunya, ya beneran muji lah, Rey. Masa iya sama pacar mujinya cuma ada maunya!" balas Najwa.

"Iya cantik ... ."

"Sebenarnya aku alergi sama kacang, Rey. Kalo makan sesuatu yang berhubungan sama kacang pasti jerawat di mukaku langsung muncul," curhat Najwa tiba-tiba.

"Yaudah, jangan dipaksain buat makan, sini biar aku ganti sama selai stroberi. Mau nggak?" ucap Rey yang kemudian beranjak dari kursi.

"Eh jangan, aku suka selainya, Rey!"

"Katanya alergi!" Rey menoleh dan memasang wajah yang heran.

"Ya emang kenapa kalo alergi? 'Kan tadi aku cuma cerita. Apa kamu nggak mau ya kalo aku jerawatan? Takut aku jelek, ya?" goda Najwa.

Rey pun menggaruk kepalanya yang tak gatal dan tersenyum kaku.

"Bercanda kali, Rey!" kata Najwa seraya tersenyum manis, ia tak tega melihat kekasihnya salah tingkah karena keusilannya.

"Enggak kok, Naj. Mau kamu jelek atau cantik, kalau aku udah suka sama kamu, mau gimana lagi?"

Najwa kembali tersenyum manis, lalu mendekati Rey dan menyandarkan kepalanya di bahu Rey.

"Besok kita pulang, Naj." ucap Rey tiba-tiba.

"Ternyata tempat ini enak juga ya, Rey. Pertama kali aku dateng ke sini, aku takut banget, tapi setelah lama kenal tempat ini, aku jadi terbiasa."

"Tempat ini juga yang buat aku berani ngungkapin perasaan aku ke kamu." sambung Rey.

"Aku jadi kangen mamah, Naj."

Najwa menoleh ke arah Rey. "Mamah kamu udah tenang di langit, Rey!"

Rey menghela napas dan menatap Najwa sambil tersenyum. "Maksud aku robot Mamah Ririn, entah mengapa selama ini aku tak pernah merasakan kalau dia adalah robot. Dia begitu menyayangiku persis seperti mamah menyayangiku, mereka sama sekali tidak ada bedanya."

"Kamu menyayanginya, Rey?"

"Iya, sayang sekali, meskipun dia robot, tapi dia sama persis dengan mamah. Jauh berbeda dengan Robot Papah Brasdan." Rey diam sejenak setelah menjelaskan soal robot yang menyerupai mamahnya.

"Kamu tau, Naj? Mamah selalu tanya kapan aku punya pacar dan kalo mamah lihat kamu, pasti dia seneng banget!" sambung Rey seraya tersenyum lebar ketika mengingat keinginan Robot Mamah Ririn yang kini telah ia penuhi.

"Besok, kita langsung pergi ke rumah kamu atau ke Jogja dulu, Rey?"

"Ke Jogja dulu lah, Naj. Kita kabarin Ando, Zulfan, dan Naura dulu baru kita bareng bareng pulang dan kamu ikut aku buat aku kenalin ke mamah."

"Pasti Ando, Zuldan, dan Naura khawatir banget sekarang karena kita nggak bisa kasih kabar ke mereka."

Rey mengedikan bahu tak peduli. "Biarin aja mereka penasaran."

Bad or Good? (END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang