12 -- Najwa and The Genk

32 17 17
                                    

Ando dan kedua temannya sudah kembali ke penginapan saat orang-orang yang ada di ladang sedang beristirahat. Mereka bertiga pulang melewati ladang dan sesekali menyapa orang yang dijumpai.

Ando yang menenteng sebuah kresek yang berisikan tiga bungkus nasi pecel, memutuskan untuk memberikan itu pada Najwa dan kedua temannya. Dia mengetuk pintu sambil melihat-lihat keadaan penginapan yang terasa sepi. Pintu terbuka dan nampak Ara yang muncul sambil mengikat rambut panjangnya. Gadis itu membuka pintu dengan lebar agar Ando dapat masuk ke dalam kamar.

Ando menatap sekilas pada Najwa dan Naura tertidur pulas di bawah kipas angin. Tempat penginapan itu memang sengaja dibuat dengan nuansa khas perdesaan, lagipula hawa di desa yang ada di pegunungan itu akan selalu dingin saat pagi dan sore hari tiba. Apalagi ketika malam hari tiba, kadang-kadang suhu udara bisa mencapai 12°C. Walau begitu, penginapan dibuat dengan ventilasi yang cukup dan menyediakan satu kipas angin besar agar dapat bermanfaat ketika hawa terasa panas di siang hari.

"Eh, udah pada tidur ternyata!" guman Ando.

"Iya Ndo, karena mereka merasa lelah," ujar Ara.

"Jarak dari rumah kalian ke sini 'kan cukup deket. Gue yang enam jam perjalanan aja kagak terlalu lelah tuh," ujar Ando menyombongkan diri.

"Ya, biasalah, kita 'kan cewe, lagipula kita aja harus berangkat dulu dari Jakarta untuk ke rumah Najwa," kilah Ara.

"Yaudah, nih!" Ando menyodorkan kresek yang ia bawa tadi dan langsung di sambut baik oleh Ara.

"Yaudah, Gue, balik ke kamar dulu ya! Eh jangan lupa, Rey tadi nyuruh gue nyampein ke kalian kalau nanti jam tujuh malam kita kumpul di teras," pesan Ando.

"Oke ...," jawab Ara di sertai dengan anggukan.

Ando yang berniat pergi ke kamarnya, tiba-tiba di tahan oleh Ara.

"Ndo," panggil Ara.

Ando pun membalikan badannya dan mengerutkan dahi karena heran. "Kenapa?"

"Apa gue boleh minta nomer lo? Ya buat jaga jaga aja,sih. Siapa tau ada yang perlu, 'kan?" pinta Ara.

"Najwa 'kan udah punya nomer gue, kenapa gak minta sama dia aja?" tanya Ando bingung.

"Ah, iya! Em, maksud gue biar sekalian aja gitu! Tapi kalo lo nggak mau, nggak papa kok! Gue tadi cuma tanya aja!" kata Ara dengan sedikit malu.

"Ya ampun, santai aja kali ..., yaudah, gue sebutin lo catet ya," kata Ando yang merasa tak nyaman ketika Ara menjadi canggung karenanya.

"Bentar, bentar," Ara masuk ke kamar dengan sedikit berlari untuk mengambil ponselnya.

Ando lalu meyebutkan nomernya dan Ara mengetiknya di ponsel.

"Ada lagi?" tanya Ando lagi.

Siapa tahu 'kan kalau seandainya Ara masih ingin menanyakan sesuatu padanya.

"Hm, udah kok ..., makasih ya," jawab Ara sambil tersenyum.

"Kalau gitu, gue ke kamar dulu, ya!" pamit Ando.

Ara mengiyakan ucapan Ando dan kembali masuk ke kamarnya.

.
.
.
.

Najwa lantas terbangun dari tidurnya setelah Ara menutup pintu kamar.

"Siapa tadi Ra? Kok lo jadi senyum-senyum gitu?" tanya Najwa sambil mengucek mata.

"Tadi Ando nganterin kita makan," jelas Ara singkat.

Najwa mengangguk paham. "Oh dia, toh!"

"Eh iya, tadi Ando juga bilang kalau Rey minta kita buat nanti kumpul di teras jam tujuh malam."

Bad or Good? (END) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang