SakitMark mengusap wajahnya kasar, lalu memandang diam Zessy.
"Kenap--"
"Ke rumah sakit!" Garis wajah Zessy menurun.
"Tap--"
"Ratu disana--"
"A-- apa?" Zessy terdiam, lalu pasrah saat tangannya di tarik Mark.
"Bi! Titip Zracel sama Zifar!" Setelah mengatakan itu, Mark melenggang pergi, bersama dengan Zessy disisinya.
Suasana rumah sakit tampak hening, beberapa ada yang lalu lalang juga.
"Atas nama Ratu!" Mengerti, lalu seorang resepsionis itu segera menggerakkan mose ditangannya.
"Ada dua nama Ratu pak--" Zessy jadi terkesiap, menatap Mark balik.
"Ruang?"
"Anggrek 2 dan Dendelio 3--" Mark lalu beranjak pergi, karena kebetulan arah menuju kedua ruangan itu terpampang satu arah.
"Bu Zessy!" Zessy jadi menengok ke belakang, terkejut. Tentu, merasa aneh melihat seseorang itu yang lalu berlari kecil ke arahnya.
"Bu-- anu, saya bawa non Ratu," Ommah, pembantu di rumah ayahnya itu mengangguk kecil dengan raut wajah gelisah.
"Ibu, anu-- ibu datengin aja dulu, ruangannya ini bu. Yang Dendelio--" Zessy mengangguk menatap Mark, menepis terlebih dahulu tentang kehadiran Ommah itu. Lalu masuk dan langsung disuguhi tubuh putrinya yang tertidur dengan selang oksigen dihidungnya.
"Sayang--" air matanya jatuh, lalu mengusap pipinya.
"Ini kenapa disini?!" Beberapa penunggu pasien lain jadi menengok, lalu mengangguk sopan tersenyum masam.
"T--tadi masuknya ke umum pak--" Mark jadi menghela nafasnya gusar.
"Maaf dengan keluarga Ratu?"
"Saya!" Perawat itu mengangguk ramah.
"Ditunggu di depan pak, di meja perawat ya pak. Permisi"
"Aku ke sana dulu," Zessy mengangguk, lalu kembali fokus menatap putrinya yang tak kunjung bangun itu.
"Ratu kenapa gak bangun bi?" Ommah menautkan jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu
Teen FictionRatu itu cantik, body goal, rambutnya hitam gelambung dan warna kulitnya putih bersih. Sifatnya yang banyak bicara, ucapan yang frontal, humble, ceria, dan mudah tertawa itu ternyata tak membuat gadis-gadis lain mau bersahabat dengannya. Cukup atas...