Bagian 21.

4 0 0
                                    

Lamaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lamaran

Tiga hari berlalu benar-benar Ratu istirahat full. Urusan selokah yang jam belajarnya senggang karena telah melaksanakan ujian itu tak menjadi masalah besar.

Hari ini Ratu dapat menghirup udara segar halaman rumahnya, sesekali tersenyum ramah pada tukang kebun dan beberapa pekerja lainnya.

"Ini tuh ada yang beda gak sih?" Zessy mengangguk sambil membenahi tas yang dibawanya.

"Itu! Mama tanem bunya anggrek," seketika mata Ratu terbinar.

"Ih iyaa, bagus banget. Apalagi yang warna kuningnya, cerah"

"Papi kamu yang beliin, waktu kamu tinggal di rumah papa kamu--" Ratu jadi terdiam, apa benar dugaannya. Mark mengalihkan perhatian Zessy saat ia tak di rumah?

"Zifar sekolah?" Zessy mengangguk. Lalu duduk di sofa ruang tengah saat telah masuk.

"Mamaaa!" Kembali berdiri, lalu mengambil alih tubuh Oxcel dari pangkuan Mark.

"Padahal aku bisa jemput,"

"Sama supir ini," Mark mengangguk, sempat mengelus sayang rambut Ratu lalu ikut duduk bersama.

"Kamu bilang satu minggu ting--"

"Mas!" Mark menghela nafas, tahu jika Ratu akan tinggal bersama Rama hanya dalam waktu satu minggu saja. Jadi ia hanya penasaran.

"Aku gak lagi nginep di rumah papa--"

"Kenapa?" Ratu menggigit pipi dalamnya.

"Dua minggu ini aku sama papa udah baikan, kedepannya mungkin akan sering ketemu aja" dan ucapan Ratu itu berhasil membuat hati Mark tersentil. Ada rasa tak rela jika putrinya itu dekat dengan orang yang berstatus papa kandungnya.

"A--aku ke kamar dulu ya ma?" Zessy mengangguk.

"Bisa sendiri?"

"Iya," sempat menoleh ke arah Mark, lalu permisi dan naik tangga dengan langkah kaki kecil.

"Ini udah makan dia?" Alih Zessy.

"Iya-- udah,"

"Pinter banget si? Makan sama apa hayoo?" Zracel tertawa ringan.

"Ma ayamm! Uaa!"
(Sama ayam! Dua!"

"Ih, jadi suka ayam ya sekarang?" Mengangguk kecil, bocah 3 tahun itu merengek ingin bermain. Alhasil Zessy menurunkannya, menggelengkam kepalanya saat anak itu mengeluarkan seluruh mainan dari tempatnya.

"Habisnya dii--"

"Elesinnn!"
("Beresin!")

"Aku ke kantor bentar,"

"Lho? Pake baju itu?"

"Ya, bentaran. Ambil map buat besok meeting"

"Hati-hati!"

.
.
.

Ratu dikejutkan dengan kehadiran Mateo dan-- kedua orang tuanya. Merutuki dirinya yang kelewat santai saat akan mengambil air minum di dapur. Lalu menghela nafas lega saat menengok ke bawah ia mengenakan training sopan.

"Ratuuu! Sayang sini!" Ratu jadi tersenyum masam, melangkah lambat ke arah sofa ruang keluarga.

"Ih, udah sehat kamu? Maaf ya mami gak sempet jenguk ke rumah sakit," melihat wajah sendu Angel membuat Ratu menggeleng kecil.

"Alhamdulillah baik mami, gak papa kali. Sakit biasa juga," Ratu menggapai tangan seorang laki-laki. Marsel, papi dari Mateo.

"Lho? Bukannya kita pernah ketemu gak sih?" Ratu jadi menyernyit, begitu juga dengan yang lain.

"Masa sih pi? Dimana?" Marsel jadi berfikir keras.

"Lupa--" Zessy jadi terkekeh.

"Mami--" Ratu menengok ke arah Mateo yang tiba-tiba merengek kecil, jadi teringat ucapan kala di rumah sakit itu.

"Ouh, Sy. Sebenernya-- anuu--" Zessy menatap heran, begitu juga dengan Mark. Alih-alih berbicara, Angel malah berbisik-bisik dengan suaminya. Membuat Mateo mengumpati orang tua itu dalam hati. Padahal harusnya dari tadi mengutarakan tujuan mereka kemari, tidak usah menunggu Ratu turun.

"Eh, pii bilang ih!" Marsel jadi mengangguk.

"Jadi maksud kedatangan kami kesini untuk-- melamar putri kalian--" syok, tentu. Ginjal Ratu bahkan sampai keram.

"Gimana baiknya aja," menengok tak percaya ke arak Mark, Ratu lalu menatap bingung Zessy.

"Ma?" Zessy mengangguk, menenangkan putrinya itu.

"Saya-- ingin mengikat Ratu dalam hubungan pertunangan tante" diam-diam Angel tersenyum gemas. Putranya itu memang gila, Angel sangat bangga.

"Tapi kecepetan!" Mateo menaikkan alisnya menatap Ratu.

"Mak--maksudnya tuh Ratu kaget mamaa!" Mendengar rengekan gadis itu malah membuat Marsel terkekeh kecil.

"Kan ini baru lamaran, acaranya bisa nantian" Mateo menghela nafas dalam. Kalo gini percuma saja ia menyeret mami dan papinya agar cepat-cepat melamar.

"Tapi--"

"Mama terserah kamu sayang, Mateo yang pertama. Dan kamu yang memutuskan," bolehkan Ratu egois kali ini saja? Walau tahu keputusannya nanti akan merusak semuanya, tapi bolehkah Ratu bahagia sebentar?

Tiba-tiba jantungnya berdenyut nyeri, seakan situasi ini memancing kesakitannya.

"Aku takut--" gumaman itu membuat Zessy tersenyum kecil.

"Lho? Masih banyak waktu sayang, gak harus sekarang. Hm?" Ratu jadi menatap Angel, Marsel dan Mateo bergantian. Memejamkan matanya sebentar.

"Iya,"

"Iya apa?"

"Aku mau,"

"Mau apa?" Ratu jadi merengek.

"Ih mamaaa!" Dan detik itu semua orang tertawa, dengan senyum Mateo yang tertahan.

Semoga menjadi yang terbaik.




Semoga menjadi yang terbaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Woi kependekan kan.
Ini 600 kata kurang lebih sih.

Next or No?

Yuk, spam komen '😏' duluu.

RatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang