BAB 2

12.6K 214 4
                                    

Harass

International Airport
Jhon F. Kennedy

Untuk pertama kalinya sejak kepergiannya delapan tahun lalu untuk menimba ilmu dan memulai karirnya sebagai seorang model di kota London, Akhirnya Rebecca menginjakkan kakinya kembali ke salah satu kota terpadat di dataran America tersebut.

Tidak banyak yang berubah, hanya gedung-gedung pencakar langit yang semakin bertambah saja jumlahnya.

Kedatangan sosoknya yang juga terkenal hingga benua America menjadi topik hangat diberbagai media, baik online maupun offline. #WelcomeHomeGoddess Menjadi tagar paling populer hari ini.

"Aku tidak amnesia ketika meminta Hera yang datang untuk menjemputku? Kenapa jadi kau!"
Rebecca mengerutkan dahinya bingung, mengapa yang berdiri dihadapannya justru orang yang sedang tidak ingin ditemuinya.

"Dia sedang berkencan dengan alat medisnya... Kenapa? kau tidak senang" tanya William yang melihat raut muka masam tergambar jelas di wajah wanita itu.

Rebecca mendengus tidak peduli, lalu berjalan pergi melewati William tanpa kata.

"Hey! Kau masih marah?" tanya William mengejar Rebecca.

"Menurutmu!?" seru Rebecca tanpa berbalik dan masih terus berjalan.

William berusaha mendekat. Meraih tangan ramping itu kedalam genggamannya, dan menariknya agar wanita ini menghadap dirinya.

Rebecca yang seolah menganggap William adalah  virus yang menular langsung menyetak lengannya agar terlepas dari genggaman itu.

William pasrah, setidaknya wanita yang ada di hadapannya ini sudah mau menatap dirinya.

"Dengar... Maafkan aku oke?"

Rebecca mengangkat sebelah alisnya, melipat kedua lengannya di dada mendengar permintaan maaf yang terdengar tidak tulus menurutnya. "hanya itu!" ucapnya meremehkan.

"Apa yang kau inginkan? Aku akan berusaha memenuhi apapun permintaanmu asalkan kau mau memaafkanku." bujuk William,

"apapun?" tekan Rebecca yang tertarik dengan tawaran itu.

"Apapun!"

Rebecca pun mulai memikirkan hal yang dapat menguntungkan dirinya. Saham Addison, pikirnya jahil.

Sedangkan William sedikit khawatir akan permintaan Rebecca nantinya.
Melihat bagaimana ekspresi wajah wanita itu terlintas seperti tokoh antagonis yang sedang menyusun rencana jahatnya.

"Aku ingin Apartement" celetuk Rebecca.

William mengerutkan dahinya mendengar permintaan yang sangat sederhana baginya. "Itu saja?"

"Maksudku, aku ingin Apartement untuk aku tinggali. Hanya aku! Sendiri." jelas Rebecca penuh tekanan.

Rebecca tentu saja akan memanfaatkan kesempatan ini, dia butuh privasi. Selama ini hidupnya seolah diawasi. Selama berada di London William bahkan melarangnya untuk tinggal sendirian, ada Lilly dan satu bodyguard wanita yang tinggal bersamanya. Rebecca merasa terkekang.

Sebenarnya dengan profesinya saat ini tentu saja Ia punya banyak uang. Apapun yang dia inginkan Rebecca bisa membelinya, termasuk sebuah Apartement.

Tapi bukan itu inti permintaannya. Rebecca hanya ingin hidup mandiri tanpa bayang-bayang keluarga Addison.

Sesederhana itu...

"Tidak bisa!" tolak William tegas

"kau sudah berjanji!"

William menghela nafasnya untuk berusaha menekan emosinya karena mendengar permintaan Rebecca.
"Kau seorang gadis! Tinggal sendirian adalah pilihan yang berbahaya."

"Aku sudah dewasa! Aku bisa menjaga diriku."

"Dimataku kau tetap gadis kecil yang masih harus dilindungi." ucap William berusaha membuat pengertian.

"Kau bukan kakakku! Berhentilah bertingkah!"
Kesal Rebecca, genangan air mata mulai terlihat dimata hijaunya,
"jika saja kedua orang tuaku___"

William langsung menarik Rebecca kedalam dekapannya saat tahu apa yang akan diucapkan wanita itu.
"sssttt... Baiklah maafkan aku" ucap William menenangkan Rebecca yang kini mulai terdengar menangis lirih.

"mengenai permintaanmu... Aku akan membicarakannya dengan Grandpa."

Rebecca langsung mengangkat kepalanya dari dada bidang William ketika mendengar itu, "Kau berjanji?"

"Aku berjanji... Sekarang hapus air matamu, kau sangat jelek ketika menangis." ucap William meledek sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi Rebecca menggunakan jemarinya.

"Kau menyebalkan!"

Vote, Comment & Share

TERIMA KASIH

HARASS [I'm Yours]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang