BAB 8

7.5K 196 4
                                    

Harass

Pagi ini, Rebecca terbangun dengan rasa pusing dan haus yang menggerogoti tenggorokannya. Gadis itu pun melirik nakas yang ada disamping tempat tidur, tampak kosong. Tidak ada gelas yang biasanya selalu Ia letakkan disana untuk berjaga-jaga jika tengah malam Ia terbangun karena kehausan.

Rebecca lalu melihat langit-langit kamar dan terkesiap, Ia pun bangkit dan meneliti kamar yang kini dia tempati bukanlah kamarnya yang ada di apartemen William.

Kamar ini terlalu suram untuk dirinya yang sangat menyukai warna pastel. Dan yang pasti ini juga bukan kamar William yang sangat terobsesi dengan warna putih.

Ada dimana dia...?

Disaat Rebecca mulai memikir apa yang terjadi padanya, munculah seorang pria dari ruangan yang Rebecca tebak adalah walk in closet.

Rebecca mengerutkan dahinya heran, mempertanyakan sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini. "Kenapa kau ada disini?"

Pria itu menatap Rebecca, lalu berjalan begitu saja meninggalkannya. Rebecca yang mendapat respon seperti itu hanya bisa menganga tidak percaya.

Apa pria itu tuli!

Rebecca lalu berjalan menyusul, melihat pria itu sudah duduk santai di meja makan yang sudah dipenuhi berbagai menu sarapan yang terlihat menggiurkan.

"Duduklah..." ucap pria itu tanpa melihat Rebecca.

"Tidak! Sebelum kau menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi?"

Lagi-lagi tidak ada respon dari pria itu, masih saja tenang menyantap hidangan yang ada dihadapannya.
"Archer!" seru Rebecca kesal.

"Diamlah... "

"Okay... Aku tidak akan mengganggumu!" Sungguh, Rebecca sangat kesal sekarang. Lebih baik dia pergi daripada mengalami penyakit darah tinggi diwaktu yang tergolong masih pagi, mengeluarkan energinya secara percuma.

Kini Rebecca menelusuri lorong, mencari letak pintu keluar dari rumah yang menurutnya terlampau besar jika hanya untuk ditinggali Archer seorang diri.

Ketika Rebecca masih sibuk melihat kesana kemari, tiba-tiba tubuhnya terhuyung kebelakang karena tarikan seseorang. Dan kini dirinya sudah terpojok ke sebuah dinding.

Archer...

"Kau mau pergi begitu saja...?" Archer menipiskan bibirnya, menatap Rebecca tajam. Tangannya mengurung wanita itu.

"lalu...?"

"Semalam kau mabuk... Apa kau lupa?"

Baik... Sekarang Rebecca mulai paham situasinya. mengapa Ia bisa berada di rumah Archer secara tidak sadar. "Apa aku melakukan sesuatu?" tanya Rebecca dengan nada hati-hati. Takut, jika saat dirinya mabuk Ia melakukan hal yang aneh.

"Bukan kau... Tapi kita." bisik Archer lirih tepat disamping telinga Rebecca, yang mampu membuatnya merinding seketika merasakan hembusan nafas Archer.

Rebecca meneguk air liurnya, mengingat-ingat apa yang telah dilakukannya. Namun nihil, tidak ada satupun yang terlintas. Terakhir yang Rebecca ingat adalah, bahwa dirinya kalah dalam bermain kartu yang mengharuskannya minum satu botol bir.

"Kau hanya menakuti bukan...?"

"Mau ku bantu mengingatnya!" ucap Archer seraya semakin mendekati Rebecca.

"Apa yang___ hmmmp..."

Kedua mata Rebecca terbelalak merasakan sesuatu yang basah menyentuh bibirnya.

Rebecca berusaha menolak ciuman Archer. Tapi tidak bisa, tenaga pria itu jauh lebih kuat. Tangan Archer mencengkeram lengannya, bibirnya semakin intens mencium bibirnya. Lidahnya berusaha masuk, sesekali menggigit bibir Rebecca. Seolah sedang menggoda Rebecca agar mau membalas ciumannya.

Demi Tuhan... Rebecca mulai terbuai, pangutan bibir Archer membuatnya merasa aneh. Seperti ada perasaan asing yang mampu menggelitik perutnya.

Rebecca menyerah, ketika lengan Archer perpindah merengkuh pinggangnya dan satunya lagi kini berada ditengkuknya.

Rebecca akhirnya membalas ciuman Archer, mengalungkan kedua lengannya ke leher pria itu. 

Vote, Comment & Share

TERIMA KASIH

HARASS [I'm Yours]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang