BAB 11.1

5.4K 147 24
                                    

Harass

Masa bebasnya sudah mulai berakhir, jadwal padat menanti Rebecca kedepannya.
Beberapa hari yang lalu Arlo menghubungi dirinya, menawarkan sebuah Apartemen yang membuat Rebecca antusias kala mendengarnya. Merasa tertarik, Rebecca akhirnya mengajak Arlo untuk melihat bagaimana kondisi hunian tersebut.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Arlo yang kini sedang menemani Rebecca berkeliling di Apartemen yang mungkin akan menjadi tempat tinggalnya nanti.

Rebecca sangat menyukainya. Gaya arsitektur yang simple namun terkesan mewah, mungkin dirinya hanya perlu mengubah warna pada dinding agar terlihat lebih hidup. Jika dilihat secara menyeluruh warna gelap terlihat sangat mendominasi.

Entah seperti apa penghuni yang tinggal sebelumnya...?

"Ini bahkan lebih dari bayanganku! Koneksimu hebat juga ternyata."
puji Rebecca, melihat lokasi Apartemen ini yang berada di pusat kota. Banyak orang terutama pebisnis yang ingin memilikinya karena kemudahan akses yang luas.

Arlo tersenyum penuh makna, mengingat siapa orang yang dimaksud. Semoga saja wanita ini tidak terkejut saat mengetahui siapa yang akan tinggal disebelahnya nanti.
"Jadi, kau akan membelinya?"

Rebecca mengerutkan dahinya sejenak, memikirkan seseorang yang saat ini terlintas di kepalanya. "Apa bisa menunggu? Aku harus membicarakannya dulu bersama William."

"Kupikir tidak masalah... Aku akan berbicara pada pemiliknya."

Rebecca tersenyum lega, jika dia membelinya secara diam-diam entah apa yang akan dilakukan William nantinya.
"Baiklah... Aku akan mengabarimu lagi nanti."

Setelah pertemuannya dengan Arlo, kini Rebecca berencana akan mengunjungi sahabatnya, Hera. Ketempat dimana dia lebih banyak menghabiskan waktunya disana.

Rumah Sakit yang kini dituju Rebecca masuk kategori Rumah Sakit paling sibuk di Kota ini. Mungkin itu alasan mengapa Hera seolah tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri, mengingat jika dia merupakan salah satu Dokter utama disana.

Hera Edelmar terlahir dari keluarga yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ayahnya seorang abdi negara berpangkat Jendral yang kini sudah pensiun. Sedangkan, Ibunya merupakan pendiri suatu organisasi yang aktif dibidang kemanusiaan.

Tidak heran mengapa Hera mendedikasikan diri pada pekerjaannya untuk membantu setiap pasien yang membutuhkan jasanya.

Rebecca jadi ingat, setiap kali Ia meminta Hera untuk menyempatkan waktu untuk memanjakan dirinya sendiri, Hera akan selalu menjawab dengan slogan andalannya.

Time is money 'NO'
Time is life 'Hera said'.

"Aku sanksi kita akan bertemu jika bukan aku yang menghampirimu!" kalimat menyindir yang diucapkan Rebecca begitu masuk kedalam ruangan yang tertera Emergency Room Head tidak membuat fokus wanita yang sedang sibuk dengan 'Entah catatan apa?' terganggu.

Terima kasih untuk semuanya...
Tetap dukung cerita ini yaaa...

Vote, Comment & Share

TERIMA KASIH

HARASS [I'm Yours]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang