BAB 7

7.5K 211 3
                                    

Harass

Rebecca menelusuri ruangan yang kini dia masuki. Terlihat sudah ada Arlo dan kedua temannya yang Ia kenali. Tatapannya kini jatuh pada pria yang sedang berdiri melihat kearah dirinya dengan ekspresi seolah sedang melihat hantu.

Rebecca lantas tersenyum geli melihatnya. Ia lalu berjalan menghampiri pria itu dan memeluknya.
"Long time no see Dex."

Dex seakan tidak percaya. Seorang Rebecca kini berdiri nyata dihadapannya, bahkan memeluknya.

"is this a dream?" gumam Dex,
lalu membalas pelukan Rebecca dengan raut wajah penuh kesenangan. Ini pertemuan pertama mereka secara langsung sejak delapan tahun yang lalu. Rebecca teman yang menyenangkan, sungguh. Tidak seperti kebanyakan wanita cantik pada umumnya, itu mengapa Dex sangat menyukai sosoknya.

"Jadi bagaimana menurutmu, ini mimpi atau tidak?" tanya Rebecca seraya melepas pelukan mereka.

Dex menggaruk kepala bagian belakangnya, tersenyum malu atas tingkahnya sendiri. Terus menatap Rebecca yang kini ada dihadapannya.

"Hentikan Dex! Itu menggelikan." sindiran yang Arlo layangkan melihat betapa konyolnya Dex.

Tanpa menghiraukan Dex yang Arlo tahu pasti sedang memakinya dalam diam, Ia lalu menyuruh semuanya untuk duduk.

Mereka semua pun duduk di sofa yang memiliki bentuk setengah persegi dengan meja di tengahnya.
Arlo duduk di sofa sebelah kiri seorang diri, didepannya ada Gianna dan Anne duduk bersama. Sedangkan Archer, Rebecca dan Dex duduk bertiga di sofa bagian tengah yang berukuran lebih panjang.

Selain memiliki ukuran yang luas, di ruangan ini juga terdapat beberapa fasilitas yang bisa mereka manfaati untuk menghabiskan malam. Karaoke dan meja billiard salah satunya.

It's a long night...

"Kau tidak bergabung dengan mereka?" Rebecca bertanya pada Archer yang sejak tadi Ia perhatikan hanya diam saja. Kini hanya tinggal mereka yang masih duduk santai, yang lainnya sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Arlo dan Dex sedang bertanding. Siapa yang kalah dalam bermain billiard, maka dia yang akan membayar tagihan untuk malam ini.
Sedangkan Gianna dan Anne tengah asik bernyanyi, seolah sedang menunjukkan kemampuan mereka diatas panggung.

"Siapa yang kau ajak bicara!?" Suara serak bernada ketus itu lantas membuat Rebecca mendengus.

Well... Sejak pertama kali mengenal Archer, Rebecca sangat penasaran sebenarnya. Pria seperti apa dia? Aura dominan terpancar jelas didalam dirinya.
"Kau masih sama! Dingin dan kaku."

"Aku tidak butuh komentarmu!"

"Hey! Aku hanya memperingatimu. Jika kau tidak merubah sikapmu itu, percayalah... Tidak ada wanita yang akan bertahan lama denganmu."

"Jadi menurutmu aku harus seperti dia...?" desis Archer seraya melirik Dex.

Rebecca terkekeh, "Ya... Setidaknya itu akan lebih baik." dan Archer langsung berdecih begitu mendengar ucapan Rebecca.

Tampaknya Rebecca akan memiliki hobby baru. Dapat menggoda Archer ternyata menyenangkan.

"Kau butuh kehangatan Archer." Saran Rebecca sambil menatap Archer tepat di matanya yang Ia sadari memiliki warna sebiru samudera.

"Kau mau memberikannya padaku" suara bariton yang mengalun dengan tatapan tajam yang mengarah padanya membuat sekujur tubuh Rebecca seolah tersengat listrik.

Rebecca lalu memutuskan aksi saling tatap itu, mengambil segelas bir diatas meja lalu menyesapnya.

Ini akan sangat berbahaya jika diteruskan, pikiranya.

Vote, Comment & Share

TERIMA KASIH

HARASS [I'm Yours]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang