BAB 9

7.6K 201 3
                                    

Harass

Last Night

Archer memperhatikan wanita yang kini terbaring diatas kasur king size miliknya. Tidak ada ekspresi berarti di wajah Archer saat melihat wanita itu. Untuk pertama kalinya, ada seorang wanita berada didalam area pribadinya.

Ketika Archer akan meninggalkan ruangan itu, suara wanita memanggil dirinya.

"Archer! Apa itu kau?"

Archer berbalik, melihat Rebecca yang kini sudah duduk dengan mata sayu melihat dirinya.
Archer lalu berjalan menghampiri, duduk ditepi kasur tepat di hadapan wanita itu.

Rebecca menyipitkan kedua matanya, melihat wajah tampan Archer yang begitu dekat dari penglihatannya.
Rebecca lantas mengulurkan lengannya ke wajah Archer.
"Apa aku pernah mengatakan jika kau itu tampan?"

"Kau mabuk!" Archer menggenggam tangan Rebecca yang bertengger disebelah pipinya, lalu menurunkannya.

"Berbaringlah... Aku akan membuatkanmu air madu." Archer berusaha membujuk Rebecca, membaringkan wanita itu kembali lalu menyelimutinya.

Ketika Archer akan pergi, Rebecca justru menahannya dengan mengalungkan kedua lengannya di leher Archer. Alhasil kini Archer setengah membungkuk dengan Rebecca di bawahnya.

"Archer... Apa kau memiliki kekasih?"

"Tidak."

Rebecca tersenyum, "Tebakanku ternyata benar."

Archer mendengus mendengarnya, apa wanita ini memandang buruk dirinya? banyak wanita yang berusaha mendekati Archer selama ini, hanya saja tidak ada satupun yang berhasil menggetarkan hatinya. Tidak! Kecuali untuk seseorang.

"Apa menurutmu aku tidak menarik?" Archer berusaha mengikuti wanita itu, meskipun pinggangnya sudah mulai kram karena posisinya kini yang sangat tidak nyaman.

"Hanya orang buta yang tidak tertarik padamu."

"Jadi, apa kau tertarik padaku?"

Rebecca tidak menjawab, dirinya malah sibuk mengagumi ciptaan Tuhan yang terpahat mendekati sempurna dihadapannya.
Lalu, tatapan Rebecca kini jatuh ke bibir Archer yang terlihat berwarna merah. Archer yang menyadari kemana tatapan Rebecca mengarah langsung berusaha menekan sesuatu yang mulai bangkit dari dalam dirinya.

"Archer..." Rebecca menatap tepat di manik mata Archer dengan wajah seolah sedang memohon, "Cium aku."

Archer mengepalkan kedua lengannya yang berada di kedua sisi kepala Rebecca.
"Berhentilah bertingkah... Jika kau tidak mau menimbulkan percikan api."

"Aku suka bermain api." ucap Rebecca tanpa mengalihkan tatapannya. Justru kini sebelah tangan Rebecca sudah mulai menjalar ke dada bidang Archer dan membelainya.

Archer yang sejak tadi berusaha menekan gairahnya sudah tidak bisa lagi menahannya. Seseorang seperti Rebecca tidak bisa dilewatkan.

"Aku harapa kau tidak takut terbakar" tepat setelah mengucapakan itu, Archer langsung menekan Rebecca dan mengurung wanita itu dibawah kukungannya.

Archer menundukan kepalanya, dan mencium bibir wanita itu dalam. Archer mengerang begitu Rebecca membalas ciumannya 'manis' Archer takut dia tidak akan bisa berhenti.

Rebecca melenguh, decapan bibir yang beradu terdengar memenuhi di tiap sudut ruangan. Menambah kesan erotis dan menggoda.

Ciuman Archer berpindah ke leher putih nan menggoda milik Rebecca, meninggalkan jejak merah seakan menandai kepemilikan.

Ketika Archer berusaha menurunkan lengan baju Rebecca, tidak ada gerakan berarti dari wanita itu. Archer lalu mengangkat kepalanya dan melihat Rebecca yang kini terlihat sudah terlelap tanpa rasa bersalah.

Archer menipiskin bibirnya, gairahnya belum padam. nafas teratur dari wanita itu seolah sedang mengejek dirinya.
"Rebecca..." desis Archer tidak percaya, dalam kondisi seperti ini dia masih bisa tertidur?

Dengan tampak enggan Archer bangkit dari posisinya, berjalan kedalam kamar mandi untuk menetralkan gairahnya dengan cara mandi air dingin di jam yang terlihat menunjukkan pukul dua pagi.

"Hanya kau yang bisa membuatku seperti ini!" gumam Archer frustrasi sambil menyugar rambutnya dibawah pancuran air.

Vote, Comment & Share

TERIMA KASIH

HARASS [I'm Yours]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang