42 ~ Mirror

1K 178 6
                                    

Jiho termenung diam di lobi Rumah Sakit. Sudah 2 jam yang lalu shift prakteknya selesai. Sudah 2 jam yang lalu juga hujan sudah berhenti membasahi bumi. Tapi kaki sama raganya gak bisa di ajak kompromi untuk segera bangkit dan beranjak pulang.

Raganya memang ada di badannya, tapi isi kepalanya melayang ke mana-mana. Satu kata yang bisa menggambarkan kondisinya saat ini, lelah

Lelah sama masalah yang satu persatu mulai muncul, dan terus bermunculan tanpa menunggu masalah yang lalu selesai. Numpuk, tanpa ada penyelesaian. Rasa marah, bersalah, kecewa, kesal, bercampur jadi satu.

Jiho menjadi salah satu orang yang di hantui rasa bersalah, bukan cuma untuk satu masalah, tapi dua sekaligus. Masalah pribadi yang ia coba selesaikan, ujung-ujungnya tertunda saat masalah lain datang.

Baru beberapa hari yang lalu Jiho menangkap basah Mingyu, saudara kembarnya minum obat tidur dengan dosis berlebih. Bukan cuma obat tidur, tapi juga obat pereda sakit kepala yang berpuluh papan kosong menumpuk di lantai. Pantas saja pemuda itu jarang ke luar kamar, sekalinya ke luar cuma sekedar formalitas menyambut pulangnya Jiho atau mengantar Jiho yang akan berangkat Kuliah atau praktek. Pantas saja Mingyu sama sekali gak pernah lagi basa-basi menanyakan apakah Jiho butuh di antar. Atau pun saat Jiho pulang, Mingyu gak pernah lagi menanyakan di mana keberadaan Jiho, apa kah adiknya sudah makan siang, atau apa kah Jiho bisa pulang sendiri saat sudah larut malam.

Bahkan kecewanya Jiho, Mingyu bahkan tidak menayakan keberadaan Jiho saat dua hari ini dia tak pulang ke rumah. Jiho pun harus berbohong ke pada Junkyu bahwa saudara tua mereka baik-baik saja, karna nyatanya Junkyu beserta adik-adik mereka sedang pergi liburan dari seminggu yang lalu

Jiho tersenyum miris, bisa aja dia nyalahin Mingyu yang gak tau kondisi dia sekarang, faktanya Jiho sendiri gak tau ke mana Junkyu pergi sekarang. Yang dia tau hanya judulnya saja, liburan.

"Ho...?"

Jiho mengerjap, satu tepukan halus pada bahunya menyadarkan Jiho dari keterpurukannya.

Di sampingnya sudah ada satu pemuda yang duduk sambil menatap Jiho khawatir,

"Chan?"

Chan ngangguk, di raihnya kelopak mata Jiho yang memerah, di tatapnya dua bola mata gadis yang sekarang berubah status menjadi mantannya, "Ho ngapain? Udah jam 2, kok gak pulang? Apa nunggu jemputan"

Jiho termenung lagi. Jemputan? Emang siapa sekarang yang akan menjemputnya? Emang Mingyu tau adiknya bahkan belum ganti baju dari kemarin karena dia ngerasa gak ada magnet yang menariknya untuk pulang ke rumah

"Ho?"

"Hng, kenapa Chan?"

"Kenapa, ada masalah?"

Jiho menggeleng sejenak, lalu fikirannya berbelok-belok liar, dia tatap Chan yang masih menatapnya panik

"Lo mau ke mana habis ini?"

"Gak ada pulang, gue habis ngantar makanan buat, mm Jihyo..." ucap Chan ragu

Jiho ngangguk-ngangguk, ternyata dua orang ini langgeng juga. Kirain setelah kepergok bakal putus, nyatanya lanjut bahkan berbulan-bulan gini? Luar biasa

Jiho terkekeh sendiri, lalu noleh natap Chan dengan bibir yang terangkat sebelah, buat Chan juga sama-sama terkekehnya

"Kenapa hm? Suntuk?"

Jiho ngangguk, "Banget, pusing kepala gue"

"Mau ikut gue gak?"

"Kemana?"

"Kemana aja, ngilangin suntuk"

Jiho tampak menimbang-nimbang, otaknya nyuruh mengiyakan ajakan Chan, karena memang dia lagi gak bisa mikir jernih. Sedangkan hatinya bilang jangan.

Tapi Chan keburu narik tangan Jiho buat beranjak dari sana

"Jangan banyak mikir, buruan. Keburu hilang niatnya"

~



Jaehyun terbangun saat hari menjelang subuh. Bukan karena alarm, atau pun panggilan Eunha. Tapi handphone-nya berdering berkali-kali yang buat Jaehyun mau gak mau bangkit buat ngangkat panggilan dari seseorang di luar eskpetasinya

"Hm? Kenapa?"

"..."

"Di rumah... "

"..."

"Gak tau, gue kan udah ke luar..."

"..."

"Ngapain nyuruh gue anjir! Ke orang lain aja kenapa sih?"

"..."

"Haish! Lo sekarang di mana emang?"

"..."

"Hng?"

"..."

"Sembarangan! Gak usah ngaco!"

"..."

"Hah terserah, yaudah kirim alamat lo"

"..."

"Hm"


Jaehyun ngedengus kasar, dia ambil satu jaketnya random dari belakang pintu, lalu menimbang-nimbang mending bawa motor atau mobil, tapi pilihannya jatuh pada kunci motor

Begitu ingin ke luar kamar, Jaehyun mengurungkan niatnya dan bersembunyi di balik pintu saat mendengar langkah kaki yang sedang menaiki tangga

Ia mengintip, Eunha lah yang baru datang dengan sosok lain yang lagi-lagi buat Jaehyun ngedengus kasar. Yang abangnya Eunha itu dia atau Jungkook sih?

Ngantar jemput Eunha, nganterin Eunha makanan, nemenin Eunha jajan ke luar.

Melihat Jungkook yang ingin beranjak turun setelah Eunha masuk kamarnya, Jaehyun segera ke luar dari kamarnya, lalu berjalan beriringan dengan Jungkook menuruni tangga

"Ke mana lo?" tanya Jungkook melihat Jaehyun menenteng helm juga satu jaket lain di tangannya

"Kepo"

Jungkook mendecak, baru ingin balik ke rumahnya, seruan Jaehyun membuat dirinya tersentak, dengan langkah kaki yang perlahan berhenti tanpa menoleh

"Kalau ada masalah jangan di sembunyiin, kalian terlalu lama main tutup-tutupan sama kita. Kalian buat yang lain bingung. Gue cuma mau bilang, siapa tau lo gak sadar. Coba lo perhatin anak-anak. Semuanya menjauh, gak ada lagi yang namanya anak Gang. Kita sama-sama out of topik. Gue aja gak tau, sejak kapan Eunha gak butuh gue sebagai abangnya lagi. Mungkin kita tukar peran aja kali ya Kook? Lo aja gih yang tinggal sama Eunha di sini!"

Jaehyun ngeluarin motornya dari garasi, memakai helmnya, dan siap mengendarai kendaraannya di cuaca dingin subuh-subuh begini. Tapi kalimat panjang balasan Jungkook, berbalik membuatnya tersentak

"I mean, kayanya sebelum lo ngatain gue, lo yang harus ngaca duluan Jae. Sebelum bermunculan masalah-masalah lain, lo duluan yang mundurin diri sebagai kapten anak Gang. Lo yang mecat diri lo sendiri sebagai tetua anak Gang. Lo yang pertama kali menghindar dari kita-kita, sampe anak buah lo yang ngerasa gak ada leader lagi mutusin buat jalan di jalan masing-masing. Lo yang out of topik, lo yang berkutat sama masalah lo sendiri, sampai lo gak sadar di sekitar lo mulai terpercik masalah lain, masalah kecil yang lama-lama membesar.---

---Bahkan gue meragukan kualitas lo sebagai abangnya Eunha. Kenapa lo sampe gak tau adek lo ada masalah apa? Bukannya lo sendiri gak berusaha mencari tau dia kenapa? Lo juga masih dalam mode sembunyi lo kan? Jangan ngelimpahin rasa bersalah lo ke orang lain. Karena pada dasarnya gue juga ngerasa bersalah buat masalah yang gue ciptain sendiri. Sebelum kita urus masalah yang ada di Gang, mending kita balik selesain dulu masalah masing-masing. Gue gak nyalahin lo, karena baik lo atau pun gue, kita sama-sama punya suatu hal yang harus di urus tanpa ikut campur tangan orang lain. Right? Jadi... Sampai ketemu di hari baik setelah ini. Good luck"

Anak Gang - Kisah Klasik || 97LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang