Chapter 3 : Minimarket

8.6K 971 97
                                    

Setelah isya, Alika terus mondar-mandir di depan dua kamar lantai bawah. Alika ingin mengetuk salah satu kamar, tapi ragu. Ia tidak tau kamar Rangga yang sebelah mana. Tadi sore, setelah Azka pulang, Rangga berjanji akan menemani Alika untuk ke minimarket. Tapi sampai sekarang, Rangga belum memunculkan batang hidungnya.

Salah satu pintu kamar terbuka, menampilkan sosok yang Alika tunggu sedari tadi. "Ngapain, Al?" tanya Rangga.

"Ih! Masa lupa?"

Rangga meringis saat mengingat janjinya. "Sorry, Al. Gue ada urusan. Lo minta temenin sama Chiko atau Leon aja ya?"

"Tapi Bang Rangga udah janji sama Alika mau temenin ke minimarket. Kata Bang Azka kalo udah janji, gak boleh ingkar." wajah Alika sedikit merenggut.

"Iya maaf. Urusannya mendadak banget ini. Lain kali aja ya? Sama Chiko atau Leon aja ya? Gue buru-buru nih, bye." setelah mengunci pintu kamarnya dan mengusap lembut rambut Alika, Rangga langsung pergi dengan terburu-buru.

Alika mendengus. Bagaimana ini? Malam-malam Alika selalu ingin jajan. Ingin minta tolong pada Azka, tapi tadi Azka bilang, ia akan tidur sebentar sampai jam delapan, dan sekarang belum jam delapan. Ia tidak ingin mengganggu Abangnya itu.

Jika minta tolong pada Haikal ... Alika menggelengkan kepalanya. Bukannya menolong, Haikal pasti akan mengajaknya ribut.

"Butuh bantuan?"

Alika menoleh kearah sumber suara, mendapati Chiko yang sedang bersandar pada kusen pintu kamarnya dengan tangan yang dilipat di depan dadanya.

"Kalo butuh bantuan, coba minta tolongnya baik-baik. Pasti gue tolongin kok."

Minta tolong pada Chiko juga bukan pilihan yang pas. Chiko itu sebelas-dua belas dengan Haikal. Menyebalkan.

"Gak usah, Alika bisa sendiri." ujar Alika dengan nada ketus.

"Beneeeerrr? Yakin gak mau dianter?" Chiko meyakinkan.

"Yakin kok."

"Denger-denger dibelokan yang ada kebunnya, itu ada yang pernah gantung diri lho, Al." ujar Chiko berusaha menakuti Alika. Ia pikir, menakuti gadis seperti Alika itu sangat mudah, tapi pikirannya itu salah.

"Gak apa-apa. Alika gak takut setan kok. Malah Alika bisa lihat setan, ngobrol juga sering kok." ucap Alika tenang.

"Lo bisa lihat setan?" beo Chiko memastikan.

"Iya bisa. Sekarang aja Alika lagi lihat setan. Setannya jelek banget, ih!"

Niat awal menakuti Alika gagal, malah dirinya yang dibuat takut oleh Alika.

"Heh! Yang bener aja lo? Gak usah nakut-nakutin deh." ujar Chiko menatap sekeliling dengan gelisah.

"Setannya pake baju putih."

Bulu kuduk Chiko meremang mendengar Alika menyebutkan salah satu ciri setan yang Alika lihat.

"Rambutnya gondrong."

Chiko mengusap tengkuknya sambil terus menatap sekeliling.

"Pake celana pendek."

"Stop, stop, Al. Ampun tadi gue cuman bercanda."

"Setannya lagi nyender di pintu."

Chiko menjauh dari pintu. "Woi Al, yang bener aja lo!"

"Setannya lo, bego! Mauan aja dibego-begoin sama bocah."

Chiko terdiam mencerna ucapan Leon yang baru saja turun dari lantai dua. Sedangkan Alika mengulum bibirnya menahan senyum.

"Mau ke minimarket kan? Ayo." ujar Leon datar pada Alika.

Anak KosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang