Chapter 7 : EKHEM!

6.5K 817 104
                                    

Siang ini Azka tidak akan menemani Alika untuk makan siang. Ia hanya akan menyuruh pembantu dirumah untuk mengirimkan makanan dalam porsi lumayan banyak ke tempat Alika sekarang tinggal.

Itu adalah usulan dari Daniel agar Azka tidak terlalu memanjakan Alika. Bagaimana pun juga, di masa depan, Alika akan mempunyai kehidupan sendiri. Akan ada saatnya, mereka tidak berada disekeliling Alika. Jadi setidaknya, Alika harus bisa berdiri diatas kakinya sendiri tanpa bergantung pada orang lain, walau dengan jangka waktu sebentar.

Awalnya Azka menolak karena terlalu khawatir Alika akan kesepian atau tidak bisa melakukannya, tapi Daniel terus memberi pengertian pada Azka.

Kalo kata teman-temannya sih, 'Biasain dari hal kecil dulu.' padahal mereka juga ikut serta dalam memanjakan Alika. Dan akhirnya dengan berat hati Azka menyetujui usul dari Daniel.

"Abang, udah dulu ya? Ada yang ketuk pintu dibawah." ujar Alika pada seseorang disebrang.

"Ya udah tutup telponnya. Jangan telat makan."

Setelah menyahut perkataan orang disebrang, Alika mematikan sambungannya dan turun ke bawah untuk membuka pintu.

"Bibiiii." Pekik Alika riang dan langsung memeluk sosok paruh baya yang ada dihadapannya.

🐇🐇🐇

Kembaran Alika

Ka, lempar alamat kost alika sekarang.

Tanya Alika langsung lah.

Gk mau ngasih dia.
Buruan kirim.

Tunggu Alika keceplosan aja.

Lama Azka!

Bapa Jokowi said ... SABARRR.

Ngeselin banget sih! Anak siapa lo, hah?

Anak Papa Adiguna.

Bokap gue itu.

Bodoamat!

_____

Bian berdecak melihat balasan adiknya itu. Bagi Bian, Azka itu menyebalkan. Tidak ada bedanya dengan setan. Tapi pandangan itu berbanding terbalik dengan Alika. Bagi Alika, Azka itu baik seperti malaikat. Jadi kalau disimpulkan, Azka itu setengah malaikat, setengah setan. Fifty-fifty lah.

Memasukkan ponselnya pada saku, Bian menoleh pada temannya. "Tadi lo mau cerita apa? Ada penghuni kost baru? Cewek cowok?" tanya Bian.

"Cewek."

"Widihhh, cantik gak?"

"Imut." jawabnya.

Tanpa disadari, saat Leon menjawab pertanyaan dari Bian, entah kenapa ia terbayang wajah Alika saat marah, tertawa dan tersenyum. Hal itu membuat ujung telinganya memerah.

Bian yang melihat itu mengerti. Walaupun Leon menjawab pertanyaannya dengan wajah datar dan singkat, tapi Bian dapat melihat ada riak kebahagiaan disana. Bian berteman dengan Leon itu bukan sehari-dua hari, tapi sudah sejak SMA mereka berteman.

"Kelihatannya lo seneng banget nih nyeritain anak kost baru itu. Suka lo?" tanya Bian to the point.

Leon menoleh cepat, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Gak."

"Telinga lo gak bisa bohong, Yon. Merah banget gitu." goda Bian seraya menarik telinga Leon pelan.

"Ini karena gerah."

Anak KosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang