Chapter 15 : Topeng

5.1K 706 130
                                    

Halo-halo hai?


Apa kabar kalian?

Masih nungguin cerita AK kah?

Btw terimakasih buat kalian yang masih nungguin cerita AK.


Oke langsung aja, seperti biasa, jangan lupa vote dan komennya yaa...

Jangan lupa juga saran dan kritiknya, cek typo juga guys.

Happy reading!

_____

Urusan mengontrol ekspresi dan emosi, Alika juaranya. Bukan karena terbiasa memendam semuanya sendiri, tapi karena terpaksa.

Sedari kecil, Alika selalu di atur dalam hal apapun. Dalam lingkup pertemanan, tutur kata, makanan dan minuman, termasuk ekspresi dan emosi. Semuanya di atur.

'Alika tidak boleh makan ini-itu.'

'Alika tidak boleh berkata kasar, jangan bersikap kasar sama orang.'

'Alika tidak boleh marah-marah.'

'Alika harus senyum, gak boleh cemberut.'

Pernah Alika mengeluhkan 'lelah' dengan hari-harinya, tapi Adiguna berkata, "jangan ngeluh dek, diluar sana banyak orang-orang yang lebih susah. Kamu disini punya segalanya, apapun yang kamu mau selalu Papa turutin."

Memang benar apa yang dikatakan Papa-nya itu, tapi apa salahnya mendengarkan tanpa menghakimi? Alika mengeluh, hanya ingin didengarkan saja, tidak untuk dihakimi. Dan sejak saat itu, Alika tidak pernah lagi mengeluhkan apapun pada keluarganya, ataupun temannya.

"Curang! Papa bisa ngabarin Abang Bi sama Abang Azka, tapi kok gak pernah ngabarin Alika? Pasti Papa udah lupa sama Alika!" ujar Alika yang baru keluar dari kamar mandi dengan tiba-tiba.

Bian yang sedang berbaring dikasur, langsung duduk dan melirik Alika yang sekarang sedang mengeringkan wajahnya dengan handuk kecil. "Lho, jangan suudzon dulu kamu, dek. Papa gak ngabarin kamu pasti punya alasan, Papa kan disana sibuk sama proyek barunya. Lagian Papa selalu nanyain kabar kamu kok, kalau lagi telpon Abang."

Alika sedikit sensi dengan jawaban Bian. Ia membalikkan kursi belajar ke arah Bian, lalu duduk disana. "Sesibuk-sibuknya Papa, Papa sempat tuh buat kabarin Abang. Apalagi sama Bang Azka, hampir setiap hari Papa telpon Bang Azka. Kenapa kabarin Alika gak bisa, walaupun semenit?"

Bian terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Setiap pertanyaan Alika yang tiba-tiba selalu berujung jebakan.

"Nanti pasti Papa hubungin kamu, Abang jamin itu. Kamu mending jajan gih, ajak Chiko sekalian, mumpung dia belum pergi lagi."

"Lho? Emang Bang Chiko mau pergi kemana?"

Bian tersenyum, berhasil mengalihkan pembicaraannya dengan Alika.

"Lho? Kamu belum tau? Chiko kan kerja part time dari sore sampai malam." ujar Bian memberitahu.

Bibir Alika membulat membentuk huruf O, ia buru-buru mengambil uang dari dompetnya. "Abang gak ikut kah?"

Anak KosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang