Assemble

622 117 9
                                    

"Berita tentang kampanye hari itu benar benar sudah hilang karena berita kencan selebriti muncul di keesokan harinya. Ahn Jihyuk benar benar punya bantuan dari media. Walaupun kejadian saat kampanye itu membuat pemilihnya berkurang, ia akan menggunakan uang Choi Siwon untuk mengatasi itu semua." Ucap Jihyo.

"Jadi kuncinya disini dia harus dipenjara bagaimanapun caranya bukan?" Tanya Dahyun.

"Ne, itu adalah satu satunya cara untuk menghentikannya. Namun, publik juga harus tau apa yang selama ini ia perbuat. Beritanya harus menjadi sangat besar agar ia mendapat tekanan dari publik." Ucap Taecyeon.

"Heyy semuanya, maaf aku terlambat, ini aku bawakan jokbal dan ayam goreng." Momo tiba tiba datang dan menaruh beberapa box makanan di depan mereka semua.

"Wahh ini yang kita butuhkan." Jeongyeon dan yang lainnya menyerbu makanan yang dibawakan Momo.

Taecyeon, Jihyo, dan Kyungsoo pun kebingungan karena mereka ber 7 terlihat begitu santai dalam membahas masalah ini.

"Bukankah kalian terlalu santai?" Tanya Jihyo.

"Huh?" Bingung mereka.

"Kita sedang membahas rencana ini, bukankah seharusnya kita semua fokus?" Tanya Jihyo.

"Rencananya sudah jadi, tenanglah." Ucap Jeongyeon.

"Ne?" Tanya Jihyo.

"Otak segala rencana ada disini, kita tak perlu pusing memikirkan rencananya." Sana menunjuk ke arah Jeongyeon.

"Kita semua pemalas. Kalau bisa di kerjakan nanti, kenapa harus sekarang." Ucap Dahyun.

"Kalian semua makanlah saja, aku dan Chaeyoung akan mengatur rencananya." Jeongyeon dan Chaeyoung pun pergi dari ruangan itu sembari menenteng sekotak ayam goreng.

"Ne?" Jihyo dan yang lainnya kebingungan.

.
.
.

"So what's the plan?" Tanya Chaeyoung setelah mereka selesai menghabiskan 1 box ayam.

"Anything would be good." Jawab Jeongyeon santai.

"Kau belum memikirkan apapun bukan?" Tanya Chaeyoung.

"Tentu saja sudah." Angguk Jeongyeon dengan begitu yakin.

"Apa itu?" Tanya Chaeyoung.

"Menjebloskan si tua bangka itu ke penjara." Jawab Jeongyeon.

"Caranya?" Tanya Chaeyoung.

"Bukankah seharusnya kau juga membuat dirimu berguna?" Tanya Jeongyeon.

"Kau benar benar menyebalkan." Chaeyoung terkekeh sembari mengambil backpack miliknya.

"Nah, itu yang aku maksud. Ayo keluarkan senjatamu." Ucap Jeongyeon semangat.

Chaeyoung pun mengeluarkan laptopnya.

"Kau bisa mendapatkan semua informasi tentangnya?" Tanya Jeongyeon.

"Dia bukan orang biasa, jadi aku tidak akan bisa mengakses semua miliknya. Tapi aku akan memperoleh sebanyak banyaknya." Ucap Chaeyoung sambil fokus menatap laptopnya.

"Dia memiliki banyak tikus tikus imut yang selalu membantunya." Komentar Chaeyoung.

"Yeah, itu sangat merepotkan. Kau punya solusi untuk itu?" Tanya Jeongyeon.

"Cara paling mudah untuk menghancurkan yang besar adalah menghancurkan yang kecil lebih dulu." Ucap Chaeyoung.

"Yeah, dia hanyalah politikus biasa yang tak berdaya tanpa Choi Siwon." Angguk Jeongyeon.

"Aku punya ide untuk itu, tapi kita membutuhkan banyak informasi yang tidak bisa aku akses begitu saja." Ucap Chaeyoung.

"Apa yang kau butuhkan?" Tanya Jeongyeon.

"Uang." Jawab Chaeyoung.

"Aku tidak punya masalah soal uang." Ucap Jeongyeon.

"Uang yang banyak." Lanjut Chaeyoung.

"Ne?" Bingung Jeongyeon.

"Siapkan passportmu, kita akan berkunjung ke Qatar." Chaeyoung tersenyum tipis.


.
.
.

"Untuk apa kita jauh jauh kesini Chaeyoung-ah?" Tanya Jeongyeon.

"Untuk bertemu dengan seorang teman." Jawab Chaeyoung.

"Temanmu tinggal di unit yang ada di gedung ini?" Tanya Jeongyeon.

"Well, hampir benar." Angguk Chaeyoung.

"Tapi yang lebih tepat lagi ia adalah pemilik gedung pencakar langit ini." Jeongyeon pun terdiam tak percaya.

"Chaeyoung!!" Sapa seorang pria berwajah timur tengah begitu mereka masuk ke sebuah ruangan.

"Al! How are you??" Chaeyoung memeluk pria itu.

"Kau membawa teman." Ucap Al.

"Ah yeah, ini Jeongyeon." Al pun menjabat tangan Jeongyeon.

"Jeongyeon, Yoo Jeongyeon." Ucap Jeongyeon sambil tersenyum.

"Sheikh Khalifa bin Hamad bin Khalifa Al Thani, panggil saja aku Al." Ucap pria itu.

"Kau pangeran Qatar??" Kaget Jeongyeon.

"Begitulah." Angguk Al.

"Aku bertemu dengannya saat di LA." Ucap Chaeyoung.

"Chaeyoung adalah yang terbaik. Dia banyak membantuku, aku sangat bersyukur bisa bertemu dengannya." Ucap Al.

"Well sebenarnya sekarang aku yang membutuhkan bantuanmu, brother." Ucap Chaeyoung.

"Di Qatar, kau memiliki free access untuk melakukan apa saja, aku jamin itu." Ucap Al.

"Kalau begitu bagaimana jika aku meminjam Ain untuk beberapa waktu?" Mendengar permintaan Chaeyoung, senyum Al pun perlahan memudar.

"Kau tau aku tidak bisa mengabulkan permintaan itu, Chaeyoung." Ucap Al.

"Karena itu kami membawa beberapa bingkisan untukmu." Ucap Chaeyoung sambil tersenyum.

"Bingkisan?" Tanya Al.



.
.
.

"I-ini!" Kaget Al.

"Bugatti Chiron dan Mercedes AMG GT." Angguk Chaeyoung.

"Aku tau kau sangat menginginkan kedua mobil ini namun kesulitan untuk membelinya, jadi aku bawakan. Well, sebenarnya ini milik Jeongyeon, tapi ia mengeluarkan dua monster ini dari kandangnya untuk meminjamkannya kepadamu." Ucap Chaeyoung.

"Hanya bila kau meminjamkan alatmu." Jeongyeon menyodorkan kunci kedua mobilnya kepada Al.

"Ain tidak dapat dipinjamkan semudah itu kepada orang lai-" Ucapan Al terpotong.

"Jeongyeon juga akan memberikan McLaren miliknya." Celetuk Chaeyoung.

"Mwo??" Kaget Jeongyeon.

"Dia punya McLaren??" Kaget Al.

"McLaren 720S warna orange, warna favoritmu." Persuasif Chaeyoung.

"Setuju!" Angguk Al.

"Mwo??" Bingung Jeongyeon.

"Setuju! kalian berdua, ayo ikut aku ke atas!" Ajak Al penuh semangat sambil berjalan pergi meninggalkan keduanya.

"Yak Chaeyoung-ah, kita tidak menyepakati hal ini sebelumnya!" Protes Jeongyeon.

"Kau bilang kau tidak memiliki masalah dengan uang bukan?" Tanya Chaeyoung.

"Ini bukan masalah uang-" Ucapan Jeongyeon terpotong.

"Aku jamin kau takkan menyesal. Alat miliknya itu sangat keren, kita bisa melakukan apapun dengan itu. Sudahlah, ayo!" Ajak Chaeyoung sambil berjalan meninggalkan Jeongyeon.


















waduh waduh waduh

The Love Heist S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang