Plan

615 119 14
                                    

*Sehari sebelumnya...

Jeongyeon mengemudikan mobilnya dan berhenti di sebuah lahan kosong. Disana sudah ada sebuah mobil yang menunggu dirinya. Begitu ia menghentikan mobilnya, ia keluar dari situ dan masuk ke mobil disebelahnya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Jeongyeon.

"Super fine." Jawab wanita disebelahnya.

"Aku kudengar kau sedang mengincar posisi yang lebih tinggi. Mau aku bantu?" Tanya Jeongyeon.

"Apakah kau kenal seseorang dari stasiun tv tempatku bekerja?" Tanya wanita itu.

"Aniyo, tapi aku tau kasus apa yang harus kau tangani selanjutnya." Jeongyeon memberikan sebuah flashdisk.

"Apa ini?" Tanya Wanita itu.

"Ahn Jihyuk." Jawab Jeongyeon yang membuat wanita itu terkejut.

"Kau gila?? sebentar lagi pemilihan presiden." Ucap wanita itu.

"Justru lebih cepat kau menanganinya, lebih baik. Apa kau mau negara ini di pimpin oleh seorang pembunuh?" Tanya Jeongyeon.

"Sejak kapan kau peduli mengenai politik?" Tanya wanita itu.

"Saat ini menyangkut masa depan anakku." Jawab Jeongyeon.

"Lalu mengapa tidak melapor pada polisi?" Tanya wanita itu.

"Dia bekerjasama dengan pengusaha besar Choi Siwon sehingga memiliki pasokan uang untuk menutup mulut polisi. Didalam situ ada laporan keuangan club yang dimiliki oleh Choi Siwon. Penghasilannya hampir 10 juta won permalam dari 5 cabang tapi dia selalu menunggak pajak hingga membeli minuman alkohol secara ilegal. Ia memimpin gangster kelas kakap yang mencari uang dengan cara menjual senjata ilegal dan narkoba. Mereka membelinya dari China dan menjualnya pada militer." Ucap Jeongyeon.

"Mwo??" Kaget wanita itu.

"Yeah, mereka memiliki plan B, mereka tidak bodoh. Mereka tau berdasarkan kondisi saat ini, tidak akan mungkin untuk mendapat suara rakyat. Para rakyat menginginkan presiden yang sekarang untuk menjabat 2 periode sehingga mereka bekerja sama dengan calon presiden nomor tiga yang merupakan jendral angkatan darat. Bila presiden Park Jisung kembali menjabat, mereka akan menuduh kecurangan di komisi pemungutan suara dan melakukan kudeta." Ucap Jeongyeon.

"J-jeongyeon-ah, dari mana kau mengetahui ini semua??" Tanya wanita itu.

"Aku mengintainya selama seminggu penuh dengan teknologi mata mata Qatar. Semua aktivitasnya, percakapannya, pertemuannya dengan calon presiden nomor 3, ada di situ." Ucap Jeongyeon sambil menunjuk flashdisk di tangan wanita itu.

"Aku tau itu ilegal. Aku hanya memberitahumu agar kau dapat mengerti seberapa genting masalah ini. Kau harus membantu kami secepatnya." Pinta Jeongyeon.

"Tentu aku akan membantumu! aku akan mengurus semua hal ini, kau tak perlu khawatir." Ucap wanita itu.

"Tolong tangani kepala kepolisian dulu, lalu Choi Siwon. Semua bukti yang kau butuhkan ada disitu." Ucap Jeongyeon.

"Aku akan membuat berita ini menjadi headline hingga mereka takkan bisa kabur dari tuntutan masyarakat." Ucap wanita itu.

"Gomawo, Irene-ah." Ucap Jeongyeon.

*10 jam sebelum Siwon ditangkap

*Brak!

"Eoh?! apa apaan ini?!" Kaget kepala kepolisian saat begitu banyak anak buahnya yang di pimpin oleh Tzuyu memasuki ruangannya saat ia sedang berbicara dengan Daniel.

"Cho Wooshin, Kang Daniel, kalian ditahan atas tuduhan menyalah gunakan kekuasaan dan turut serta atas kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Choi Siwon." Ucap Tzuyu.

"M-mwo?!" Kaget Daniel.

"Kalian berhak diam dan memanggil pengacara kalian." Ucap Tzuyu disertai beberapa polisi yang memborgol mereka.

.
.
.


"Pengusaha kaya Choi Siwon terjerat kasus jual beli senjata, obat obatan, dan minuman alkohol ilegal. Ia juga menjadi tersangka berbagai pembunuhan berencana beberapa orang yang dinyatakan bunuh diri beberapa waktu kebelakangan ini. Semua kasus pembunuhan itu diketahui telah ditutup tutupi oleh kepala kepolisian Seoul dan salah satu bawahannya. Seluruh anggota gangster milik Choi Siwon diperiksa polisi atas keterlibatan mereka dalam kasus ini."  Seluruh team berkumpul di mansion Jeongyeon dan menonton berita pagi itu bersama sama.

"Rupanya kasus ini sudah benar benar tersebar ke seluruh penjuru korea." Ucap Jeongyeon.

"Yeah, mereka sudah pasti tidak bisa berbuat apapun." Angguk Momo.

"Aku tak menyangka ini benar benar berhasil." Ungkap Mina.

"Jendral polisi korea selatan memberikan tanggapannya mengenai kasus ini. Beliau mendeklarasikan bahwa ia akan mendengarkan permintaan warga korea untuk memecat kedua perwira polisi tersebut. Beliau juga menambahkan, akan mengangkat kembali dan memberi penghargaan kepada 3 orang polisi yang sempat dipecat karena mengetahui kebenaran tentang kasus ini dan mencoba untuk mengungkap semuanya." Lanjut pembawa berita itu yang membuat semua orang diruangan itu bersorak gembira.

"Woooooohooo!!" Seru Taecyeon.

"Asiknya yang bisa kembali bekerja!" Goda Sana.

"Good job guys!" Seru Jeongyeon.

"Aigoo-ya, lihatlah si mata besar itu menangis." Ledek Nayeon.

"Gomawo yorobun hikss, gomawo.." Ucap Jihyo yang terharu.

"Hahahahaha." Tawa mereka semua.

Mereka pun menepuk nepuk pundak Jihyo hingga wanita itu merasa lebih baik.

"Aku penasaran bagaimana kabar si pak tua calon presiden itu." Ucap Kyungsoo.

.
.
.


"ARRRRRGGHHHHH!!!!" Amuk Ahn Jihyuk sambil membanting isi meja kerjanya.

"Kurang ajar!! ini semua pasti perbuatan tikus tikus itu!!!" Frustasi pria itu.

*Dddrrt drrrtt

Ponsel Ahn Jihyuk berdering.

"Yeoboseyo?" Ucapnya sambil menenangkan nada bicaranya.

"Yowww my man Jihyuk-ah!" Sapa Jeongyeon dari seberang.

"Siapa ini?" Tanya Jihyuk.

"Siapa aku? hahaha aku adalah orang yang saat ini sangat ingin kau temui. Bagaimana menurutmu tentang kedua temanmu yang menghebohkan berita hari ini?" Tanya Jeongyeon.

"Kau?! dasar kurang ajar!!!" Teriak Jihyuk.

"Aigoo-ya, kau sangat berisik." Keluh Jeongyeon.

"Temui aku jam 9 malam di gedung kosong singil-dong. Mari kita bicarakan persahabatan kecil kita ini." Ucap Jeongyeon sebelum akhirnya ia mematikan sabungan telpon mereka.







































Yup, saya terinspirasi dari kudeta Myanmar :)

The Love Heist S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang